Milenial dan Generasi Z Rentan Alami Gangguan Kecemasan, Ini Cara Mengatasinya

25 November 2021 13:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gangguan mental jadi salah satu akibat dari pandemi COVID-19 yang berkepanjangan bagi milenial dan generasi Z.
ADVERTISEMENT
Di antara bentuknya yakni gangguan kecemasan, yang dapat diukur dari beberapa faktor seperti rasa kebingungan, banyak pertanyaan, keraguan, merasa di posisi yang tidak aman, dan membandingkan kehidupannya dengan orang lain.
Hal ini juga berdampak pada berkurangnya rasa percaya diri, mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi dan menjadi penyendiri.
Menurut UNICEF dalam laporan The State of the World’s Children 2021, 29 persen anak muda di Indonesia sering merasa tertekan atau memiliki sedikit minat untuk melakukan kegiatan. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyatakan sebanyak 68 persen dari 1.522 responden juga mengaku mengalami gangguan kecemasan.
“Tanpa dipungkiri bahwa pandemi ini menjadi hantaman psikologi yang cukup berat bagi kita semua khususnya milenial dan generasi Z. Di saat mereka sedang tumbuh dan berkembang mengejar target-targetnya, lalu dihadapkan dengan situasi yang tidak menentu dalam waktu yang panjang," terang Tara de Thouars selaku Psikolog Klinis, dalam konferensi pers virtual bersama Talkinc, hari ini, Kamis (25/11).
ADVERTISEMENT
"Ini membentuk rasa kecemasan, bagaimana mereka mampu menghadapi situasi kedepannya, apakah masih ada kesempatan untuk mengejar target, dan sebagainya," lanjutnya.

Tips Atasi Gangguan Kecemasan bagi Milenial dan Generasi Z

Tara menyarankan, untuk dapat mengatasi gangguan kecemasan diperlukan faktor eksternal dan internal.
Secara eksternal dapat dimulai dari membentuk lingkungan sosial yang sehat dan saling mendukung. Secara internal dimulai dari mengenali diri sendiri, harga diri, dan mengubah cara berpikir yang lebih positif.
“Cara sederhana dalam meminimalisir kecemasan yaitu kita perlu memahami bahwa kecemasan hanya pikiran dan tidak merepresentasikan kenyataan," jelas dia.
Tara menambahkan, cobalah untuk fokus pada kehidupan saat ini, dan mencoba berdamai pada sesuatu hal yang tidak pasti.
ADVERTISEMENT
"Hal terpenting adalah belajar menerima kenyataan, dan berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain,” tambahnya.
Talkinc, institusi pendidikan yang berfokus pada pengembangan keahlian berkomunikasi, turut ambil bagian dalam mengatasi gangguan kecemasan. Pihaknya memberikan edukasi melalui pelatihan webinar, yang diharapkan mampu memberikan dorongan kepada generasi muda untuk dapat menggali potensi diri.
“Mereka adalah generasi yang penuh kreativitas dan ide-ide besar. Karena keunikan karakteristiknya, mereka punya tantangan tersendiri yakni adanya krisis dari dalam diri sehingga menimbulkan rasa kecemasan. Mari bersama-sama ciptakan lingkungan yang sehat dan pola hidup seimbang untuk menjaga kesehatan mental,” pungkas Erwin Parengkuan selaku Founder dan CEO Talkinc.