jago coffee kopi (2).jpg

Misi Jago Coffee Antarkan Kopi Kualitas Tinggi ala Cafe ke Depan Rumah

21 Oktober 2020 8:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerobak Jago Coffee dok Jago Coffee
zoom-in-whitePerbesar
Gerobak Jago Coffee dok Jago Coffee
ADVERTISEMENT
Bisnis di bidang kopi kian banyak bermunculan di penjuru negeri. Kebanyakan didominasi oleh kedai kopi kecil yang menawarkan campuran rasa kekinian kegemaran muda-mudi.
ADVERTISEMENT
Meski jumlahnya semakin masif, bukan berarti tidak ada inovasi baru yang bisa dikembangkan. Yoshua Tanu yang telah 10 tahun bergelut di dunia kopi, tahu benar soal ini.
Makanya, di akhir 2019 lalu, ia dan Laurence Oentojo memutuskan untuk membuat terobosan baru dalam menikmati kopi melalui Jago Coffee. Pelanggan cukup mengunduh aplikasi Jago App untuk pemesanan, lalu seorang barista beserta cafe dalam wujud gerobak elektrik akan datang ke depan rumah.
Ia punya alasan tersendiri di balik idenya ini. Yoshua ingin pelanggan tetap bisa menikmati kopi tanpa mengurangi kualitasnya.
“Selama di industri kopi, saya melihat masih harus ada suatu kemajuan gimana bisa memberikan sebuah fresh coffee kepada customer dengan tidak ada gangguan pelayanan. Mereka harus diberikan suasana dan pengalaman yang lebih sempurna dari sekarang. Salah satunya dengan mobile cafe,” jelasnya kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Selain kualitas, ia juga pengin memberikan edukasi soal kopi untuk masyarakat. Sesuatu yang sulit didapat dari jasa pesan antar kopi biasa.
Sebab di Jago Coffee, setiap barista--atau disebutnya Jagoan--yang menjadi mitra, adalah pengusaha mikro sebagai pemilik satu gerobak Jago Cafe, yang operasionalnya dibantu oleh Jago App. Kini sudah ada 13 partner Jagoan di Jakarta.
“Jadi dengan mengangkat mereka punya kemampuan dan pengetahuan micro-entrepeneur, mereka ada a sense of ownership towards the business dan bisa memberikan customer service yang lebih baik. Kalau delivery, ‘kan, tinggal ambil kopi dan delivery man-nya akan mengantar saja. Mereka enggak akan menjelaskan apa pun tentang produknya,” pungkas laki-laki berusia 35 tahun itu.
Yoshua Tanu dok Jago Coffee
Tidak hanya itu, Yoshua juga ingin mengedukasi pelanggan tentang kopi lewat varian produk Jago Coffee. Ada enam produk yang dibedakan dalam dua kategori rasa, dan ditawarkan di harga sekitar Rp 18 ribu-Rp 20 ribu.
ADVERTISEMENT
Ada fruity dan flavorful dari hasil semi-wash atau natural processing, serta soft dan chocolaty yang memakai wash processing dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini agar pelanggan tahu kopi tidak hanya kopi susu robusta yang kini banyak dijajakan.
“Sekarang industri kopi bertaruh kepada es kopi susu, and we shouldn’t. Kita harus bertaruh malahan bukan di es kopi susu tapi di edukasi pelanggan. Karena kalau es kopi susu sudah enggak ada, masih banyak produk kopi lain,” tambah Yoshua.
Walau begitu, sebagai pendatang baru, mengedukasi masyarakat kepada konsep yang dihadirkan Jago Coffee bukan perkara mudah. Yoshua harus menyiasatinya dengan branding yang tepat, salah satunya dengan membuat gerobaknya tampak lebih modern, sepenuhnya elektrik, ramah lingkungan karena tidak memakai bensin atau gas, serta tidak perlu mengayuh.
ADVERTISEMENT
Yoshua bekerja sama dengan pemilik perusahaan Selis (sepeda listrik) yang sekaligus temannya, Wilson Teoh, untuk menciptakan gerobak tersebut. Produksinya dilakukan di Indonesia, begitu pula dengan bahan baku minumannya yang menggandeng petani kopi lokal.
“Semua pakai lokal pasti. Kami, ‘kan, salah satu tujuan besarnya memajukan kalangan UMKM Indonesia. Kami ingin modernisasi ke depannya, karena mereka adalah economic driver dan future generation untuk micro-entrepreneur,” lanjutnya.

Produksi Jago Coffee Naik Selama Pandemi

Yoshua Tanu dan Laurence Oentojo dok Jago Coffee
Saat bisnis di bidang lain terguncang akibat pandemi COVID-19, Yoshua yang belum lama memulai Jago Coffee justru mengaku rata-rata penjualan naik 40 persen semenjak meluncurkan Jago App pada Mei 2020. Menurutnya, hal ini bisa disebabkan model bisnis menjemput bola yang ia terapkan.
ADVERTISEMENT
Dengan aplikasi yang dimiliki, Jago Coffee juga tidak berkegantungan kepada e-commerce atau marketplace seperti bisnis kebanyakan. Namun, mereka tetap memanfaatkan media sosial untuk engagement kepada pelanggan.
“Belum banyak promosi. In general, kamu enggak akan lihat Jago Coffee (mengadakan) buy one get one sering. Mungkin sesekali. Kami ingin memberikan pengalaman kopi seharusnya selalu bisa fresh dan kualitas service dari barista yang bagus. Jadi kebanyakan Instagram untuk edukasi, brand collaboration, dan mengingatkan orang soal inovasi gerobak kami,” kata Yoshua.
Untuk ke depannya, ia menargetkan 50 partner di 2020 dan memproduksi 15 gerobak dalam sebulan ke depan, untuk menambah 25 gerobak yang telah dimiliki.
Yoshua juga berharap pemerintah dapat memberikan rekognisi kepada brand yang inovatif, hingga membuka akses agar bisa memajukan Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Bisa memberikan semua micropreneur gerobakan kesempatan yang berbeda, kalau bisa memperlihatkan sisi potensial dari industri gerobakan. Sebab, ini pasti akan berinovasi ke depannya. Tapi tanpa ada dorongan kuat dari pemerintah, pasti enggak akan berubah,” tutupnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten