Obrolan Overhearing, Melanggar Privasi?

4 Agustus 2019 10:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi overhearing. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi overhearing. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dalam komunikasi, obrolan ibarat sebuah hubungan yang melibatkan sejumlah orang. Ada komunikator yakni pemberi pesan dan ada pula komunikan sebagai penerima pesan. Feedback atau balasan dari komunikan itu lah yang membuat obrolan berjalan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, ada juga ‘pihak tak diundang’ yang bisa mendengar pesan itu. Momen pihak ketiga saat mendengar pesan itu dikenal dengan istilah overhearing.
Dalam komunikasi offline, bagian pesan yang overheard ini biasanya dibagikan kepada orang lain. Karena mereka merasa memiliki ‘privilege’ dengan secuil informasi itu.
Sementara, dalam komunikasi daring, overheard message ini dibagikan melalui channel media sosial. Sebagai contoh, konten dalam akun Instagram @overheardradio. Lengkap dengan petikan percakapan serta pelaku obrolannya.
Akun Instagram Overheard Radio. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Yang menarik dari tren ini adalah kebiasaan manusia yang tidak berubah. Tapi, hanya berpindah media saja, seperti yang diungkapkan Pengamat Media Sosial Abang Edwin Syarif Agustin.
“Percakapan di media sosial itu sebetulnya mimicking apa yang kita lakukan di dunia asli,” ucap Edwin kepada kumparan, beberapa waktu yang lalu.
Pengamat Media Sosial Abang Edwin Syarif Agustin. Foto: Instagram/@bangwin
Edwin menambahkan, pesan yang ada di akun overheard tidak memiliki batasan audiens. Sebab, orang dengan akses internet bisa mengakses pesan tersebut. Beda dengan komunikasi offline.
ADVERTISEMENT

Sejak Kapan Manusia Tertarik dengan Overhearing?

Merunut teori komunikasi, tidak mudah menjelaskan fenomena ini. Teori yang paling mendekati adalah buku Eavesdropping An Intimate History yang ditulis John L. Locke (2010).
Meski begitu, ada perbedaan antara eavesdropping dan overhearing. John menjelaskan, dalam eavesdropping, ada niatan untuk mencuri dengar dari percakapan yang sedang terjadi secara sembunyi.
Sementara itu, dalam overhearing, percakapan tidak sengaja terdengar, tetapi ada juga intensi untuk melakukan eavesdropping.
Ilustrasi overhearing. Foto: Pixabay
John berpendapat, manusia menjadi tertarik baik dengan overhearing dan eavesdropping setelah masa berburu. Tepatnya setelah mereka membangun rumah untuk tempat tinggal. Sebab, privasi menjadi terbatas dengan batasan tembok-tembok rumah.
“Kita manusia modern sangat menjaga privasi. Tapi ketika masuk ke ranah privasi melalui eavesdropping, manusia merasa tidak bersalah,” tulis John.
ADVERTISEMENT
Peneliti Jurusan Antropologi dari Yale University, Amerika Serikat itu menambahkan, overhearing menjadi tidak terhindari. Hal ini terjadi karena percakapan-percakapan di tempat umum tak terbendung setelah mereka keluar rumah. Seperti di mal atau sekolah-sekolah.
Ilustrasi overhearing. Foto: Shutter Stock
Sementara itu, John berpendapat, membaca status di Facebook orang berefek lebih dari sekadar overhearing. Sebab, pengguna terpapar lebih banyak soal informasi personal yang sifatnya private.
Meski manusia menjaga privasi, John menyebut, privasi itu malah menyuburkan keinginan manusia untuk memiliki ikatan intim dengan yang lainnya. Artinya, dorongan untuk tahu hal yang personal semakin meningkat.
Hasrat menjadi intim menjadikan overhearing sebagai interaksi dengan pengalaman berbeda. Momen ini menjadi jembatan untuk mengetahui hal personal manusia lainnya. Lalu, menjadikan mereka untuk berbagi dengan orang lain. Yang akhirnya intimasi itu terbentuk.
Ilustrasi Privasi Facebook Foto: Pixabay
“Kalau saya menjadi orang pertama yang menyebarkan itu (overheard message) kan saya akan mendapatkan perhatian lebih,” ungkap Edwin.
ADVERTISEMENT
Dalam ranah digital, Edwin menyebut, overhearing tidak bisa dipisahkan dengan privasi. “Ya privasi itu komoditas dari bahan overheard itu sendiri,” tegas Edwin. Meski, ada kekhawatiran pelanggaran privasi karena audiensnya yang terlalu luas.
“Sebenarnya privasi ini antara kita butuh tetapi kita juga ingin menutupi,” pungkas Edwin.