Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Setiap orang pasti berjodoh. Yang tidak pasti adalah sosok jodoh itu sendiri. Dan kapan sang pasangan hidup itu datang. Meski sudah mencari dan akhirnya menemukan, jodoh masih menjadi misteri. Apakah dia truly the one?
Apalagi, terkadang ada yang menghalangi. Entah restu orang tua, perbedaan keyakinan, status sosial, dan prinsip pribadi. Selain itu, weton atau hari lahir juga bisa menjadi tembok. Khususnya, bagi masyarakat Jawa.
Baru-baru ini, media sosial diramaikan curhatan orang-orang yang gagal melaju ke pelaminan karena weton. Bahkan, ada yang sudah berpacaran bertahun-tahun kandas karena weton.
Mengapa weton jadi dasar perjodohan?
Ahli perhitungan weton asal Yogyakarta, Tribowo mengatakan, dalam pandangan Jawa, manusia lahir dengan membawa potensi energi masing-masing. Energi yang kemudian terlihat dari gambaran watak seseorang. Untuk tahu, perlu menjumlahkan weton.
“Karena kandungan energi itu, perhitungan weton menjadi dasar langkah penting dalam kehidupan, misalnya menikah,” ungkap Tribowo kepada kumparan, Rabu (14/8).
Ia menambahkan, pernikahan dalam tradisi Jawa diibaratkan penanaman benih. Artinya, menanam di musim yang tandus akan berakibat buruk bagi tanaman.
Sementara itu, Dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti mengatakan, perhitungan weton itu untuk menghindari hal-hal buruk terjadi di masa depan.
“Dalam kearifan lokal Jawa, perhitungan weton dalam pernikahan itu agar manusia hidup selaras dengan alam,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Mara itu.
Lalu, bagaimana cara menghitung weton?
Weton merupakan gabungan hari lahir dan pasaran. Dalam penanggalan Jawa, pasaran merupakan pekan yang terdiri dari lima hari: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Jadi weton seseorang bisa Senin Pahing, Senin Kliwon, Selasa Wage, Jumat Legi dan sebagainya.
Baik hari maupun pasaran, memiliki neptu atau angka masing-masing. Angka neptu (dalam tabel) merupakan hasil perhitungan leluhur Jawa dari hasil mengamati alam atau yang dikenal dengan titen. Angka tersebut tidak bisa diubah.
Dalam praktiknya sejak 2002, Tribowo tidak menyarankan pasangan dengan pertemuan pasaran Wage dan Pahing.
“Itu biasanya ada yang berpisah karena ada yang mengingkari,” ujarnya.
Meski begitu, dia mengatakan, metode perhitungan jodoh dan hari pernikahan banyak variasinya. Setiap lokasi di Jawa bisa saja berbeda. Bahkan, ada juga mempertimbangkan daerah calon pengantin.
“Misalnya, orang Semarang biasanya mikir-mikir untuk menikah dengan orang Magetan karena cerita Brawijaya,” ungkap Tribowo.
Meski banyak caranya, panduan perhitungan weton yang paling populer berasal dari Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (KPBA). Kitab tersebut juga menjadi materi dalam perkuliahan Sastra Jawa di UI.
Dalam KPBA tertulis, untuk mengetahui kecocokan jodoh, rumusnya adalah jumlah weton kedua calon dibagi bilangan 5. Kemudian dilihat lagi sisanya.
“Jika sisanya itu 1 (Sri) berarti bagus, 2 (Dana) juga bagus, termasuk 5 (Lungguh). Yang tidak bagus itu 3 (sakit-sakitan) dan 4 (ada yang meninggal),” ujar Mara.
Mara mencontohkan, weton calon pengantin pria Selasa Legi dan mempelai wanita Minggu Pahing. Maka jumlah neptu-nya adalah 3 (Selasa) + 5 (Legi) + 5 (Minggu) + 9 (Pahing) = 22. Lalu, hasil tersebut dibagi 5. Dalam hal ini, 22:5 = 4 sisa 2 (Dana) yang berarti bagus.
Angka sisa inilah yang dipakai untuk menentukan kecocokan. Jika ditemukan hasil tidak baik, Mara menambahkan pasangan tersebut bisa menikah asal ada syarat yang harus dipenuhi.
“Itu tergantung weton-nya, misal apakah menyembelih hewan atau menimbun barang di tanah,” ujarnya.
Ia menambahkan, keluarga bisa memilih perhitungan lain untuk mencari kecocokan pasangan. Misalnya, bisa dibagi dengan empat atau lainnya. “Sesepuh Jawa itu sudah sangat fleksibel,” tambahnya.
Setelah weton itu dirasa cocok, langkah selanjutnya adalah perhitungan hari untuk pernikahan. Tribowo mengatakan, ada rumus tersendiri.
“Jenjem (jumlah neptu pengantin pria dan wanita) ditambah neptu hari pernikahan yang diinginkan lalu dibagi tujuh, kemudian lihat sisanya,” ungkap Tribowo.
Sebagai contoh, jumlah neptu kedua mempelai 30 dan akan menikah pada Selasa Wage (yang neptunya 3+4=7), maka perhitungannya (30+7):7. Dari penjumlahan tersebut, hasilnya 5 sisa 2.
“Kalau sisa 2 itu artinya Tunggak Semi, banyak rezekinya,” ungkap Tribowo.
Dalam rumus ini, angka sisa akan ada dalam rentang 1 sampai 7. Setiap sisa itu punya arti masing-masing.