Plus-Minus Mengikuti Program Double Degree di Kampus

27 April 2018 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Universitas Swasta (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Universitas Swasta (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian mahasiswa, menjalani program double degree adalah hal yang melelahkan. Bagaimana tidak, menjalani satu program studi saja perjuangannya seperti mempertaruhkan hidup dan mati. Belum lagi embel-embel tugas, ujian, organisasi, hingga kegiatan dari luar kampus.
ADVERTISEMENT
Makanya tidak heran, kenapa program ini masih jarang dilirik oleh mereka yang tertarik dengan kehidupan kampus dan kegiatan organisasi.
"Keren, sih! Tapi kayaknya enggak kuat, deh, aku. Satu prodi aja udah ampun, bagaimana dua, iya, kan?" kata Sheina mahasiswa jurusan Fikom Universitas Padjadjaran, kepada kumparan (kumparan.com).
Berbeda dengan Sehina dan mahasiswa lain pada umumnya, mahasiswa yang mengambil program double degree memiliki kehidupan yang serba ‘double’. Tak hanya tugas yang bertambah, kesibukan dan materi yang dipelajari juga ekstra double. Namun, mereka masih bisa menjalankan kehidupan gandanya itu dengan baik.
Salah satunya adalah Hasnatika, Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu mengaku mantap mengambil program double degree dengan jurusan yang sama di Flinders University, Adelaide, Australia. Menurutnya, ada beberapa keuntungan ketika menjalani kuliah yang serba double itu, meski banyak orang yang meragukannya.
ADVERTISEMENT
"Pertama, bisa belajar mata kuliah yang jarang banget dipelajari di Indonesia, contohnya mata kuliah yang membahas lebih dalam tentang sejarah Australia dan hubungan luar negerinya dengan negara negara di Asia Tenggara secara lebih rinci," ujar Hasnatika.
Selain itu, melalui program itu Hasnatika juga bisa ikut berpartisipasi untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia melalui people-to-people atau dalam kehidupan sehari-hari.
"Yang paling obvious adalah kita bisa dapat gelar dari universitas luar negeri tanpa harus kuliah 3-4 tahun di sana," tambah Hasnatika.
Sejalan dengan Hasnatika, Gilang mahasiswa jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran dan Hukum di Universitas Pasundan juga mengaku memetik banyak manfaat dari program double degree.
"Misalnya punya ilmu yang lebih banyak, jadi kamu enggak hanya fokus ke satu bidang tapi kamu juga bisa di bidang lain. Dan itu jadi nilai tambah di CV ketika di dunia kerja nanti," ujar Gilang.
ADVERTISEMENT
Meski dirasa memiliki banyak manfaat, Gilang juga mengaku ada beberapa kendala saat menjalani program double degree.
"Karena beda kampus jadi waktunya yang enggak sesuai satu sama lain dan konsentrasi juga jadi terpecah, kayak tugas, UTS, dan UAS. Apalagi jurusan yang diambil juga beda, kan," tambah cowok yang mengaku tidak berhasil menyelesaikan program double degree-nya itu.
Enggak berbeda jauh dengan Gilang, Hasnatika juga mengaku mengalami beberapa kendala saat menjalani program double degree.
"Karena double degree merupakan program kerja sama antara kampus Indonesia dan kampus luar negeri, maka ada beberapa mata kuliah atau kegiatan wajib yang harus diulang saat kembali ke Indonesia karena tidak ada di kampus luar," katanya.
Selain mata kuliah, Hasnatika juga mengaku bahwa nilai yang didapat dari kampus luar negeri terkadang bisa berubah menjadi lebih rendah ketika diproses di kampus Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Contohnya di Australia untuk nilai distinction itu hampir setara dengan A atau A-. Namun di Indonesia setelah di hitung akan menjadi B atau B-," tambahnya.