Punya Nama Unik: Derita atau Karunia?

9 September 2019 19:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kartu identitas. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kartu identitas. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Apa, sih, pentingnya sebuah nama? William Shakespeare aja pernah bertanya, "Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi".
ADVERTISEMENT
Well, sebagian orang mungkin setuju dengan Shakespeare. Nama hanyalah nama. Toh, ketika di sekolah, kalau enggak dipanggil pakai nama cengan, ya, nama tongkrongan yang dikasih sama teman.
Tapi, lain ceritanya buat lima anak muda di bawah ini. Mereka dilahirkan dengan nama yang cukup unik. Bahkan saking uniknya, kehidupan mereka jadi mujur gara-gara nama. Gimana kisahnya?
Cerita di balik namaku itu panjang dan menguras emosi. Jadi usai mama melahirkan kakak, Beliau 'kejebolan' isi lagi. Padahal situasi ekonomi keluarga saat itu enggak bagus banget.
Sehingga, mama memutuskan untuk mengkonsumsi obat penggugur kandungan selama 3-4 bulan. Sampai ketika kandungan sudah mencapai usia sekitar 6 bulan, mama menyerah, karena aku enggak gugur juga.
ADVERTISEMENT
Bidan yang membantu persalinan mama bilang, kalau keinginan aku untuk hidup itu besar banget. Enggak ada satu obat pun yang mempan untuk menggugurkan aku.
Karena begitu besar keinginan aku untuk hidup, seakan memberi alasan bahwa ada sesuatu yang pengin aku sampaikan atau lakukan di masa depan.
Makanya ayah kasih aku nama Aspiration, yang artinya cita-cita, harapan, dan ambisi. Aspiration juga menggambarkan kondisi aku yang berusaha bertahan di dalam rahim mama. Dalam pengertian medis, 'kan, Aspiration berarti bernapas dalam keadaan terdesak.
Setiap kali mengenalkan diri, banyak respons yang aku dapat. Ada yang heran sambil mikir, 'Aspiration, tuh, nama atau bukan?'. Ada juga yang kagum karena namanya unik. Enggak jarang aku harus mengulang namaku berkali-kali ketika pertama kali mengenalkan diri ke orang baru.
ADVERTISEMENT
Tapi, aku enggak mau mengganti namaku. Karena walau terdengar asing, aku bangga dengan nama ini. Banyak hal-hal ajaib yang aku alami berkat nama ini. Contohnya, saat SD aku ditunjuk Pemerintah Kota jadi siswa berprestasi karena namaku kebarat-baratan.
Ketika mau masuk SMA aku dapat beasiswa dari salah satu gereja di Korea, gara-gara namaku paling mentereng. Ketika wawancara kerja juga begitu. Dari 10 kandidat, cuma aku yang lolos ke tahap berikutnya karena nama aku dianggap meyakinkan. Hahaha.
Nama itu doa dan harapan orang tua untuk anaknya. Jadi, doa mereka akan awet sepanjang masa, dan dari nama itulah anak akan mengenang orang tuanya.
Okke Oscar dok Istimewa
Kayaknya nyokap gue terobsesi karena kami punya zodiak yang sama. Jadi nyokap mengira gue akan lahir di hari ulang tahun dia. Tapi ternyata cuma kontraksi palsu, dan gue justru lahir 2 hari berikutnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, karena nyokap pengin gue menjadi mini version-nya dia, jadi nama gue merupakan singkatan dari Opi Kecil. Opi adalah nickname nyokap gue. Hahaha.
Awalnya gue enggak suka dengan nama ini. Ya, sering diejek 'tokek'-lah, dan lain-lain. Gue bahkan sempat protes pengen mengganti nama ini. Tapi nyokap dengan santainya cuma bilang, "Sana, deh, urus sendiri. Nanti bikin juga nasi kuningnya sendiri".
Sejak itu, gue biasa aja dan menerima nama gue ini. Justru ada rasa senang karena nama gue unik. Jarang orang nama aslinya Okke. Nama itu, kan, selain doa, identitas, ada juga obsesi yang diturunkan orang tua ke anaknya.
Shout out to Okke all around the world!
ADVERTISEMENT
Avissa itu artinya perempuan yang lembut, sementara Harness itu berarti pelindung. Nah, nama ini dari bokap yang pengin gue jadi perempuan lembut, tapi tetap bisa melindungi orang lain.
Orang suka bingung, sih, sama nama Harness. Ini, tuh, muncul karena bokap dulu hobi wall climbing dan naik gunung. Dan harness itu nama pelindungnya.
Menurut gue nama itu bagian dari identitas. Seseorang harus bangga dengan namanya karena kalau enggak, nanti secara psikologi bisa mempengaruhi rasa kepercayaan diri. The first thing, yang kita ucapin pertama saat kenalan sama orang, 'kan, nama kita.
Gue dikasih nama ini karena orang tua adalah mantan atlet, bokap pelari, sedangkan nyokap adalah pejalan cepat. 'Ina' itu singkatan untuk Indonesia. Jadi Athletina adalah atlet Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gue pernah di-bully juga gara-gara nama, sempat nangis karena waktu itu masih SD, ya. Kalau sekarang dikatain, mah, bodo amat.
Tapi gue enggak pernah mau untuk ganti nama. Gue nyaman banget dengan nama ini. Bayangin aja, gue bikin akun atau alamat email, tanpa perlu dikasih embel-embel, udah bisa. Di sisi lain jadi gampang banget buat di-stalk.
Menurut gue nama itu penting, karena sebuah signature. Dengan nama unik, gue punya sebuah jejak yang cuma gue yang punya.
Nama Sabar ini adalah pemberian dari mbah aku. Orang tuaku juga enggak tahu sebenarnya apa arti dari namaku ini.
Terus, orang-orang mulai menyimpulkan sendiri. Respons yang paling sering aku dapet tiap mengenalkan diri adalah, aku orangnya penyabar. Padahal enggak sabar terus juga.
ADVERTISEMENT
Makanya buat aku, nama ini adalah sebagian kecil dari identitas. Enggak mewakilkan kepribadian seseorang itu secara utuh. Identitas seseorang, 'kan, enggak sebatas nama?