Q&A Niki Zefanya: Beri Sentuhan Personal dan Jujur dalam Setiap Lagu

3 Juli 2019 20:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Niki Zefanya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Niki Zefanya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Amerika sebagai salah satu kiblat budaya pop dan musik dunia, tentu menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi para pelaku seni. Memiliki karier dan berkiprah di sana sebagai seorang seniman juga bukan suatu hal yang mustahil.
ADVERTISEMENT
Selain Agnez Mo dan Rich Brian, --sebelumnya Rich Chigga--, ada satu nama yang juga turut membuat bangga Indonesia. Dia adalah Nicole Zefanya, atau yang akrab dikenal: Niki.
Pada Selasa (2/7), kumparan berkesempatan untuk mewawancara langsung Niki di kantor Warner Music Indonesia dan berbicara mengenai proses kreatifnya dalam memproduksi sebuah karya musik. Penasaran bagaimana keseruannya? Yuk, simak perbincangan kami dengan cewek yang suka banget sama pisang goreng ini!
Hai, Niki! Gimana sih, cerita awalnya lo memutuskan untuk berkarier jadi penyanyi?
I grew up in music, mamiku penyanyi. Jadi, kalau ada acara kumpul-kumpul di rumah pun gue disuruh nyanyi. Tapi gue enggak pernah kepikiran untuk nyanyi secara profesional. Pas 2017 pun, gue ke Amerika itu memang buat kuliah.
ADVERTISEMENT
Mengalami kesulitan enggak sebagai penyanyi Indonesia yang berkarier di dunia musik di Amerika?
I feel like i live in two worlds, dan sebagai orang Indonesia yang tinggal di US gue suka bingung, kalo mau pulang itu pulang ke mana? Cause I have a house in LA, tapi gue juga punya rumah di Indonesia, but honestly Indonesia is my home, gue besar dan lahir di sini meskipun aku sekolah internasional pakai bahasa Inggris, tapi Indonesia is my roots and my home.
Menurutku tantangan terbesar sebagai orang Indonesia itu perbedaan budaya, makanannya, dan penyesuaian. Sebagaimana manusia yang berpindah aja ke tempat lain, tantangan terbesar yang pernah gue hadapi, ya, masa penyesuaian itu.
ADVERTISEMENT
Apakah lo juga menggunakan musik untuk mengutarakan kegelisahan seperti kritik sosial?
Musik gue belum ada yang kayak gitu. Maybe one day I'll write something like that, tapi sekarang belum. Gue cuma nulis apa yang gue pengin aja secara jujur.
Sebagai musisi yang akhirnya berkarier di US adakah sosok yang lo jadikan panutan?
Well, gue secara enggak sengaja ketemu Randy Jackson, dan yang lebih enggak nyangkanya lagi adalah dia mengenal gue. Dari pertemuan itu yang bener-bener gue ambil adalah dia benar-benar ngasih saran ke gue kayak 'terus berkarya, be yourself' karena dia enggak pernah nemuin case kayak gue.
Ketika lo mencoba jadi orang lain, lo udah gagal. Dari situ gue mikir, gue enggak usah lah mikir 'oh, gue tuh seangkatan enggak, ya, sama Kehlani?' Gue udah nggak mikir lagi kayak gitu. Gue cuma bikin musik yang inspiring, gue jujur sama diri gue sendiri, yaudah itu aja yang gue fokusin.
Niki Zefanya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ada cerita menarik enggak selama pembuatan EP 'wanna take this downtown?'
ADVERTISEMENT
Ini project pertama yang benar-benar enggak ada plan apa-apa. Gue cuma pengin bikin musik. Ujung-ujungnya terjadilah 4 lagu ini tanpa gue planning. Jadi, lagu pertama itu 'lowkey', minggu depannya gue nulis 'urs', minggu depannya lagi 'odds'.
Anyway, jadinya prosesnya organic banget. Gue nulis lowkey bareng temen gue namanya Maisie Peters dia juga singer-songwriter dari UK, kita temenan online 4 tahun, ketemu dari YouTube. Dia tinggal di London aku di Jakarta, kita skype-an ngobrol, curhat everyday, dan February kemarin kita ketemu pertama kali di LA dan kita nulis bareng lowkey. That was fun!
Ceritain, dong, gimana proses lo dalam menciptakan sebuah karya?
Selalu beda. Kadang gue nonton film atau jalan-jalan, yang penting inspirasinya tuh selalu datang dari tempat dan hal yang berbeda. Nah buat EP ini, benar-benar gue di kamar, buka laptop, terus gue dengerin samples, gue bikin musiknya dulu, terus abis itu gue mikirin melodinya, humming gitu dan gue record di handphone, baru nulis lagunya.
ADVERTISEMENT
Apa part paling favorit dalam memproduksi sebuah karya?
Gue paling suka conceptualizing dan perasaan setelah bikin lagu itu kayak lo baru aja punya bayi. It's a great feeling ketika lo membuat karya dan lo bangga akan itu. Actually semua part menyenangkan, tapi gue paling enjoy bagian kreatifnya.
Penampilan Niki Zefanya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Gimana cara lo menghadapi writer's block?
Take a break, itu penting. Apalagi di industri ini, banyak artis yang amat emosional karena kita kan bekerja berdasarkan apa yang kita rasakan. Membuat lagu itu kan personal banget, itu bukan kayak nulis skripsi yang logical banget.
Tahun lalu lo masuk kategori 'best new artist' dari Complex, terus eksistensi lo juga sudah mulai diperhitungkan. Nah, ada hal apa aja, sih, yang sebenarnya mau lo capai?
ADVERTISEMENT
Gue masih 20 tahun, gue masih mau tour keliling dunia. Gue bahkan belum punya giant headline show di Jakarta yang pengin banget gue lakukan. Banyak banget yang belum gue capai dan masih dalam list, gue juga mau lihat banyak cewek Asia bertalenta melakukan sama seperti yang gue lakukan sekarang di dunia seni. Mungkin pas usia gue udah 30-an. Gue pengin melihat perubahan budaya, mungkin itu yang hal inti yang belum gue capai tapi gue sadar itu membutuhkan waktu.
Ada pesan enggak untuk anak muda yang mau mengikuti jejak lo?
Jangan coba jadi seseorang yang bukan lo banget. Tapi enggak apa-apa selagi lo masih muda, membuat kesalahan, terus aja explore apa yang lo mau. Gue belajar, sih, kalau genre itu enggak penting banget! Lo enggak perlu jadi musisi yang cuma stuck di satu genre aja.
ADVERTISEMENT
You can be whatever you wanna be, you can make whatever kinda music you want. Apalagi kalau lo bikin musik dan memasukkan unsur personal dalam karya lo itu, that's interesting. Pokoknya buat orang-orang ingin mendengarkan lo.
Penampilan Niki Zefanya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan