Riset: Main Game Baik untuk Kesehatan Mental dan Bikin Bahagia

24 November 2020 7:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi seseorang yang sedang main bareng (mabar) game online. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi seseorang yang sedang main bareng (mabar) game online. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Main game kerap dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan membuang-buang waktu. Tapi, riset terbaru dari Oxford Internet Institute (OII) justru melaporkan bahwa aktivitas tersebut baik buat kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Yap, dilansir Study International, para peneliti menemukan bahwa seseorang yang main game dalam jangka waktu lama akan merasa lebih bahagia.
Untuk mendapatkan hasil tersebut, peneliti menggunakan data anonim dari game Animal Crossing dari Nintendo dan Plants vs Zombies milik EA.
Penelitian juga diikuti oleh 3.274 pemain berusia di atas 18 tahun.
"Saat bermain Animal Crossing selama empat jam setiap hari, mereka cenderung merasa jauh lebih bahagia daripada yang enggak. Namun bukan berarti game itu dengan sendirinya membuatmu senang," kata Andrew Przybylski selaku ketua peneliti.
Temuan ini kontras dengan sebagian besar penelitian selama empat dekade terakhir, yang menunjukkan bahwa main game membuat enggak bahagia. Jadi, apa yang berubah?
Menurut Przybylski, hal ini mungkin terkait dengan fitur sosial di kedua game yang memungkinkan pemain berinteraksi melalui karakter.
ADVERTISEMENT
Pemain juga memiliki kendali penuh atas karakter virtualnya. Sesuatu yang mungkin enggak didapat di kehidupan nyata.

Main Game Enggak Memicu Perilaku Agresif

Selain bikin bahagia, riset Przybylski pada tahun lalu juga menemukan bahwa main game enggak menyebabkan perilaku agresif pada remaja.
Ia menambahkan, main game yang berbau kekerasan nyatanya enggak menjadi pemicu bagi seseorang untuk melakukan tindakan agresif. Menurutnya, gangguan-gangguan psikologis seperti stres, atau masalah di keluarga dan lingkungan pertemanan, yang justru harus diperhatikan
"Ada banyak hal lain yang menyebabkan perilaku agresif ini. Seperti konstruksi gender dan latar belakang seseorang. Tapi game bukan salah satu penyebabnya," kata dia.
Laporan: Vania Sekar Widyadari