Riset: Tahun 2020, Freelancer Lebih Diminati daripada Pekerja Tetap

5 Januari 2018 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang bekerja di pinggir pantai. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang bekerja di pinggir pantai. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Enggak sedikit dari orang tua kita menerapkan standar kehidupan ideal bagi anak-anaknya. Biasanya, sih, enggak jauh-jauh dari sekolah setinggi mungkin, punya pekerjaan tetap dengan penghasilan mencukupi, bahkan bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
ADVERTISEMENT
Nah, standar kehidupan ideal itu sampai saat ini masih diikuti oleh sebagian orang, namun ada juga beberapa yang meninggalkan dan lebih memilih mengambil jalan yang sama sekali bertolak belakang. Mereka yang mengambil jalan lain itu adalah milenial yang memilih menjadi freelancer, alih-alih menghabiskan sepertiga harinya menjadi pekerja tetap kantoran.
Kenapa bisa demikian?
Di era digital sekarang ini, arus informasi dimungkinkan berjalan secepat mungkin tanpa peduli berapa jarak yang harus ditempuh. Hal ini rupanya menjadi titik awal terbukanya aneka lapangan pekerjaan dan peluang bekerja sama yang enggak melulu menuntut pertemuan tatap muka langsung bagi para pelakunya.
Di samping arus perkembangan teknologi dan informasi, salah satu alasan kenapa milenial lebih memilih menjadi seorang freelancer adalah untuk mendapatkan pengalaman baru. Dengan menjadi seorang freelancer, mereka bisa saja melakukan dua pekerjaan sekaligus tanpa harus terikat dengan peraturan perusahaan seperti masalah office hour.
ADVERTISEMENT
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Kiki, seorang lulusan Design Grafis dari salah satu universitas swasta di Jakarta. Menurutnya, setelah merampungkan kuliah di tahun 2017, ia lebih memilih menjadi seorang freelancer ketimbang pekerja tetap.
“Aku belum menemukan perusahaan yang cocok sama jurusan kuliah yang aku geluti. Buat apa aku stay di satu perusahaan, tapi aku enggak minat?” ujar Kiki, kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (5/1).
Kiki juga menambahkan bahwa menjadi seorang freelancer ia bisa bebas untuk mengatur kapan ia pengin mengambil proyek atau bersantai sejenak.
“Coba, deh, kamu bayangin, kalau kamu jadi pekerja tetap, emang kamu bisa kerjain dua proyek sekaligus? Enggak, kan? Nah, gara-gara ini juga aku bisa dapetin berbagai macam proyek dan bisa bertemu dengan orang-orang baru. Akhirnya, semua itu bisa nambah pengalaman aku,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pergeseran minat milenial untuk menjadi seorang freelancer rupanya sudah dirasakan oleh Yoris Sebastian, pemerhati milenial. Menurutnya, milenial lebih berani kerja sebagai freelancer ketimbang jadi karyawan tetap.
“Menurut saya, di tahun 2020 nanti akan lebih banyak freelancer. Dan menurut saya itu enggak masalah, apalagi sekarang didukung dengan BPJS yang bisa di-apply secara mandiri tanpa harus menunggu fasilitas yang didapat jika menjadi seorang pekerja tetap,” tambahnya.
Pendapat Yoris juga diperkuat oleh sebuah studi yang dilakukan The Freelancer’s Union. Dalam studi tersebut, disebutkan bahwa satu dari tiga orang Amerika (sekitar 42 juta) adalah pekerja independen. Dan pada tahun 2020, diprediksikan kenaikan jumlah peminat freelancing mencapai 50 persen kebutuhan pekerja di Amerika.
Alasannya, dikutip dari Forbes, kemajuan teknologi yang pesat membuat kita bisa bekerja di mana saja tanpa terbatas ruang, seperti para pekerja kantoran. Buktinya, hampir sekitar 91 persen orang Amerika punya gadget canggih untuk mendukung pekerjaan mereka. Itu artinya, berbekal hal tersebut, mereka bisa tetap menghasilkan banyak uang, tanpa perlu pergi ke kantor di pagi hari.
ADVERTISEMENT