Seberapa Penting Soft Skill dalam Proses Pencarian Kerja?

23 Januari 2018 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wawancara (Foto: Dok. Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wawancara (Foto: Dok. Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kebijakan beberapa kampus yang menerapkan sistem kredit poin sebagai salah satu syarat untuk ikut skripsi atau wisuda, memunculkan sebuah indikasi bahwa soft skill saat ini sudah mulai diperhitungkan sebagai sesuatu yang cukup penting untuk masa depan seseorang.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin terbukanya persaingan, kebijakan tersebut dirasa cukup masuk akal untuk mempersiapkan para lulusan baru untuk “bertempur” di arena pencarian kerja setelah lulus dan mendapatkan sebuah gelar.
Namun, seberapa penting sebenarnya peran soft skill dalam membantu seseorang bersaing di dunia kerja? Untuk mengetahui hal tersebut, kumparan (kumparan.com) menanyakan hal tersebut kepada Rizka Septiadi, Chief Marketing Officer dari Karir.com.
Dihubungi kumparan, Rizka menjelaskan bahwa soft skill merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki para milenial yang sedang dalam mencari pekerjaan.
“Sementara, bagi mereka yang berada di lingkup kerja yang membutuhkan banyak inovasi dan inisiatif, soft skill itu sangat diperlukan. Terutama, yang sangat terlihat adalah dalam cara menjelaskan atau mempresentasikan suatu materi,” kata Rizka.
Persiapan wawancara kerja (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Persiapan wawancara kerja (Foto: Thinkstock)
Selain itu, dia juga menambahkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang penting untuk digunakan saat harus menjual ide dan meyakinkan orang-orang dengan ide yang kita miliki.
ADVERTISEMENT
“Termasuk dalam hal jualan (ide). Tidak harus (hanya) sales force yang bisa jualan, tapi kalau (untuk) antar departemen dia punya ide, bagaimana dia merepresentasikan dan meyakinkan orang hingga ide tersebut dipakai dan terjual, itu juga merupakan soft skill juga,” tutur dia.
“Ketika interaksi antar departemen, inovasi untuk bersaing menghadapi pasar dan kompetitor, soft skill itu dari lingkup internal saja perlu, apalagi untuk ekternal perusahaan. Itu yang rata-rata sekarang dilihat oleh para perekrut,” tambah dia.
Dari penuturan Rizka, soft skill juga saat ini sudah mulai digunakan dalam beberapa proses perekrutan. Seperti misalnya di beberapa perusahaan multinasional. Selain wawancara, mereka biasanya menerapkan metode tambahan untuk menyeleksi kandidatnya.
“Rata-rata multinational company yang jejaringnya sudah luas, selain wawancara, mereka juga mengadakan Leaderless Group Discussion (LGD). Di situ akan terlihat bagaimana cara interaksi serta menguasai materinya,” ujar Rizka.
ADVERTISEMENT
“Kalau misalkan dia di atas kertas tinggi, tapi juga bisa menjadi seseorang yang mengeluarkan ide dan menceritakannya dalam diskusi tersebut, itu biasanya akan menjadi nilai tambahan,” tambahnya.
Dalam beberapa kasus, soft skill bahkan bisa menjadi penentu dalam seleksi kerja. Terutama saat jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah pencari kerja, menyebabkan persaingannya begitu kompetitif.
Dalam kasus tersebut, Rizka menjelaskan, para perekrut bisa saja menggunakan soft skill sebagai penentu siapa yang terbaik di antara para pelamar yang ada.
“Perekrut melihat yang terbaik salah satunya dari soft skill selain hard skill. Hard skill, kan, sudah ketahuan di atas kertas. Sementara, soft skill, kan, tidak ada tolok ukur, kecuali dengan cara berinteraksi,” tutup dia.
ADVERTISEMENT