Survei: 52 Persen Pekerja dengan Pendidikan Rendah dan Anak Muda Alami PHK

8 Juni 2021 12:33 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Jobsreet Indonesia telah mengumumkan bagian ke-3 dari survei bertajuk Mengupas Tren Talent Global, yang diadakan bersama Boston Consulting Group (BCG) dan The Network.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei, 52 persen pekerja Indonesia mengalami PHK terutama mereka dengan tingkat pendidikan rendah dan generasi muda.
Menurut tingkat pendidikannya, sebanyak 65 persen adalah yang tidak memiliki pendidikan formal dan pendidikan SMA.
Sedangkan berdasarkan usia, sebanyak 60 persen adalah anak muda di bawah 20 tahun.
"Berdasarkan survei dapat dilihat bahwa saat ini angka PHK sangat tinggi, dan terdapat risiko penerapan sistem otomatis untuk menggantikan sumber daya manusia," jelas Faridah Lim selaku Country Manager JobStreet Indonesia, dari konferensi pers virtual belum lama ini.
Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: shutterstock
Dia menambahkan, 44 persen merasakan risiko pekerjaan mereka akan digantikan dengan sistem otomatis, dan khawatir dapat meningkatkan risiko PHK.
Sebanyak 62 persen pekerja dengan pendidikan S3 paling khawatir terhadap digitalisasi ini.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut usianya, sebanyak 48 persen anak muda di bawah usia 20 tahun yang paling cemas perannya akan digantikan oleh mesin.

Banyak Pekerja Mau Tingkatkan Skill

Walau ada kekhawatiran PHK, Faridah bilang banyak pekerja mau meningkatkan skill mereka. Dia menyebut 75 persen bersedia belajar dan 67 persen mau meluangkan banyak waktu untuk menambah ilmu, supaya mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik.
Terutama pekerja di bidang seni, industri kreatif, teknologi, penelitian, sampai media.