Uprising dan Misinya Mewadahi Produser Indie dalam Negeri

6 November 2018 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahesa Utara (kiri) dan Anza Mauriza (kanan) datang ke kumparan. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mahesa Utara (kiri) dan Anza Mauriza (kanan) datang ke kumparan. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seorang musisi punya dua pilihan. Bila tidak berjalan sendiri, ia bisa bergabung dalam sebuah naungan label. Untuk pilihan terakhir ini, Uprising hadir sebagai jawabannya.
ADVERTISEMENT
Dibentuk pada 2015, Uprising bermula dari sebuah forum daring yang berisikan 150 produser musik dalam negeri. Hingga sejak 1,5 tahun yang lalu, Uprising berdiri sebagai sebuah perusahaan.
Anza Mauriza, DJ sekaligus Co-Founder Uprising, melihat ada peluang yang bisa diciptakan dari komunitas produser tersebut.
"Gue lihatnya, peluang komunitas produser ini di industri musik sekarang, sangat bisa dikembangkan positifnya. Kami bisa breakthrough new music, karena banyak produser kami yang kelasnya internasional," aku Anza kepada kumparan, beberapa waktu lalu.
Pernyataan Anza disambut oleh Mahesa Utara, Founder Uprising yang juga berprofesi sebagai seorang DJ. Mahesa menilai, Uprising bisa menghadirkan hal baru, terutama di industri musik.
"Kami merasa bisa menampilkan sesuatu yang baru. Terutama musik. Karena basis kreatif itu, produser biasanya sendiri-sendiri. Jadi kalau ada satu tempat untuk menampung mereka bertukar ide, itu progresnya bisa lebih gila," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Produser musik dalam asuhan Uprising
Anza Mauriza (kiri) dan Mahesa Utara (kanan) datang ke kumparan. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anza Mauriza (kiri) dan Mahesa Utara (kanan) datang ke kumparan. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
Sebelum panjang lebar membicarakan soal produser musik, Mahesa menegaskan kembali arti dari seorang produser di masa kini.
"Produser itu cuma musisi yang bermodalkan komputer. Jadi kalau lo sudah bisa bikin musik pakai laptop sendiri, ya, namanya produser. Zaman dulu disebutnya, tuh, produser yang mengawasi rekaman. Tapi sekarang, kayak gitu," jelasnya.
Berangkat dari pemahaman itu, Uprising membuka lebar pintunya bagi produser musik yang ingin mengembangkan keahlian dan mengadu nasib di industri. Tanpa kriteria dan batasan genre, menjadi cara Uprising menghasilkan karya.
"Di Uprising ini, kami terbuka aja, sih, sebenarnya. Karena produser kami pun enggak ada yang sama genre-nya. Semua itulah yang menurut gue, kami bisa membuat sesuatu dari sini," timpal Anza.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, Anza menyebut satu syarat perlu dimiliki produser yang tergabung dalam Uprising. Syarat itu yakni, dapat menurunkan egonya.
"Yang bisa gampang diatur saja. Karena sekelas Mahesa mengajak mereka pun cukup makan waktu lama untuk mereka mau bilang, 'oh, potensi Uprising ini besar, loh'," katanya.
Ya, Mahesa mengakui ia memerlukan waktu 1,5 tahun untuk mengajarkan produser musik seputar market (pasar). Market menjadi prioritas Uprising karena Mahesa menilai percuma bila produser memiliki keahlian tinggi, namun tidak mengerti market terkini. Oleh karena itu, Uprising punya program yang diberi nama 'Ignition'.
"Gue percaya banget soal market itu dibikin. Enggak peduli kondisinya kayak bagaimana, selalu ada peluang untuk bikin market lebih bagus. Faktornya internet. Zaman dulu musisi mikirnya musik saja. Tapi karena sekarang ada internet, otomatis market jadi kebuka. Tugas kami, ya, edukasi ulang," ujar Mahesa.
ADVERTISEMENT
"Jadi mereka enggak perlu terjebak di belakang layar kayak dulu. Sudah bukan zamannya," imbuh Anza.
Keterbukaan akses bagi produser musik juga menjadi dasar pemikiran Mahesa, bahwa kini musik bisa dijadikan sebuah figur. Karenanya, pendekatan yang dilakukan oleh Uprising tidak melulu soal audio, tapi juga video. Uprising pun aktif membuat konten di media sosialnya, seperti YouTube, yang selain jadi wadah merilis lagu, tapi juga punya video rutin di kanalnya.
Rencana masa depan Uprising
Mahesa Utara (kiri) dan Anza Mauriza (kanan) datang ke kumparan. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mahesa Utara (kiri) dan Anza Mauriza (kanan) datang ke kumparan. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
Selain fokus kepada produser musik dalam negeri, Uprising tidak menutup diri untuk berkolaborasi dengan pihak luar. "Rencana banyak banget, kami sangat terbuka untuk kolaborasi. Sekarang enggak bisa besar sendiri," ucap Mahesa.
Begitu pula Anza yang mengatakan kolaborasi ini dapat meringankan para produser musik yang ada. "Justru itu mempermudah musisi, produser, dan label, yang kalau bisa jalan bareng," katanya.
ADVERTISEMENT
Soal kolaborasi tersebut, baik Mahesa maupun Anza masih enggan membocorkan musisi atau produser mana yang akan mereka gandeng di tahun depan. "Kolaborasi ada, tapi kami belum bisa memberi tahu. Mungkin nanti 2019," sebut Mahesa.
Sembari menunggu karya terbaru dari Uprising, belum lama ini Anza baru saja merilis single perdananya bertajuk 'Same Page'. Ia menggandeng penyanyi sekaligus bassist, Raiha Grashuis, untuk mengisi vokal dalam single tersebut. Kamu bisa mendengarkan 'Same Page' dalam video di bawah ini.