Data Talks Vol. 4: Music, AI, Warp Into Product

Miloo Project
Platform Pemenuhan Skill Anak Muda
Konten dari Pengguna
14 April 2020 21:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miloo Project tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peserta Data Talks Vol. 4. Dok: Rahmat Ridha
zoom-in-whitePerbesar
Peserta Data Talks Vol. 4. Dok: Rahmat Ridha
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hobi bernyanyi dan bermain gitar ternyata bisa mengantarkan Qhansa Di’Ayu Putri ke negeri kincir angin untuk mengikuti acara bergengsi International Society for Music Information Retrival (ISMIR). Ia menjadi orang Indonesia pertama yang mengikuti forum tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saat ikut delegasi sebagai anggota ISMIR dari Indonesia, impresi delegasi lain cukup kaget. Setelah 14 tahun ISMIR berdiri, baru pertama dihadiri oleh delegasi dari Indonesia," ujar Qhansa saat berdiskusi di panggung Miloo Data Talks pada Selasa, 3 Desember 2019.
Qhansa ISMIR Delegates at Delft, Netherlands. Dok: qhansa/Instagram.
Pulang dari Belanda, Qhansa kemudian diundang oleh Miloo Project untuk membagikan pengalaman dan ilmunya di Data Talks Vol. 3.
ISMIR merupakan forum peneliti AI yang khusus membahas musik. Di sana Ia juga mengerjakan proyek bertema Verse and Chorus Detection of Acoustic Cover Versions.
Menghabiskan kurang lebih satu pekan disana, banyak insight yang didapatkan Qhansa. Salah satunya bagaimana Spotify menambahkan teknologi AI dalam melakukan profiling terhadap kesukaan musik para penggunanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga salah satu karya peserta lain yang membuat permainan mobile dengan gamelan.
Menjadi orang Indonesia pertama yang mengikuti ISMIR, Qhansa berharap semoga semakin banyak anak muda yang mau terlibat aktif di forum internasional.
"Researcher muda bangsa perlu banyak terlibat aktif dalam forum internasional. Agar dapat membuka wawasan, dan juga cakupan kolaborasi yang lebih luas,” pungkas Qhansa.
Putri Meuthia. Dok: putrimeuthia/Instagram.
Ngomong-ngomong soal researcher, sudah menjadi tantangan yang besar bagi seorang researcher untuk mengkonversi hasil risetnya menjadi sebuah produk yang bermanfaat di masyarakat.
Karena karakter seorang peneliti yang fokus pada akurasi sistem dan penyelesaian masalah, belum tentu dapat menghasilkan produk yang diterima di masyarakat.
Oleh karena Puthi Meuthia, Product Owner Specialist, turut berbagi di acara diskusi Data Talks Vol. 3 soal pengalamannya membuat produk yang bisa diterima masyarakat dari hasil riset timnya yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengalamannya, agar sebuah riset menjadi produk yang diterima diperlukan proses tersendiri yang khusus dan pertimbangan yang berasal dari berbagai aspek.
"Dalam menciptakan sebuah produk diperlukan kesungguhan dalam setiap prosesnya. Menentukan prioritas item setiap sprint dengan mempertimbangakn banyak variabel, dari resource, waktu, arah stakeholder dan shareholder, mitra kerja, regulasi, serta momentum. Maka, Data menjadi pijakan utamanya. Hal yang demikian dilakukan agar dapat mengakomodir segala aspek," ujar Putri.
****
Miloo Project adalah sebuah platform gerakan pemenuhan skill anak muda. Disini kita akan belajar dunia Hacker, Hipster, dan Hustler. Ikuti info setiap kegiatannya di Instagram @miloo.project agar kita bisa sama-sama membangun SDM yang maju.