La Nina di Tengah Pandemi COVID-19

Miratul Azizah
Nutrisionis, ASN Balai Besar Rehabilitasi BNN, ASNation Indonesia I S2 Manajemen Bencana Universitas Pertahanan RI, S1 Gizi Kesehatan Universitas Gadjah Mada, D3 Gizi Politeknik Kesehatan Semarang
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miratul Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
La Nina, seperti nama wanita cantik, ya. La Nina yang ini bukanlah seorang wanita cantik, namun sebuah fenomena alam. La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. Jika dampak El Nino adalah panas berkepanjangan, maka La Nina adalah kebalikannya yaitu curah hujan akan lebih banyak dari biasanya. Proses terjadinya La Nina yaitu saat air laut yang panas dari daerah Peru bergerak menuju ke arah barat sehingga akan sampai ke wilayah Samudra Pasifik. Semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudera Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Sehingga wilayah Indonesia menjadi daerah bertekanan rendah. Angin tersebut banyak membawa uap air yang mengakibatkan wilayah Indonesia akan sering terjadi hujan lebat.
ADVERTISEMENT
Seperti yang disampaikan oleh BMKG beberapa waktu lalu, bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di Indonesia hingga 40% dari biasanya. Peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Namun dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Peningkatan curah hujan akibat La Nina dan bertepatan dengan musim hujan berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. Seperti yang terjadi di beberapa titik wilayah seperti Jakarta, Bekasi, Karawang, Semarang, Nganjuk, dan lain-lain.
Tanpa adanya La Nina pun, sebenarnya wilayah Indonesia termasuk wilayah yang rawan akan bencana di antaranya banjir dan tanah longsor. Sehingga dengan adanya La Nina, masyarakat perlu lebih ekstra waspada. Di sisi lain, saat ini Indonesia sedang mengalami pandemi COVID-19. Sama seperti negara lain, Indonesia berjuang keras untuk keluar dari bencana tersebut. Apakah kita bisa berdamai dengan COVID-19 dan La Nina?
Sumber : BMKG
Siap Menghadapi Banjir dan Tanah Longsor
ADVERTISEMENT
Fenomena La Nina sudah mulai kita lihat bersama-sama hujan dengan curah yang lebih tinggi di mana-mana, angin kencang sampai dengan angin puting beliung di beberapa wilayah. Angin puting beliung merupakan fenomena alam yang tidak bisa kita kendalikan. Berbeda dengan banjir dan tanah longsor, setidaknya kita bisa melakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko dampak bencana banjir dan tanah longsor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai instansi yang membantu pemerintah dalam penanganan bencana, selain menangani bencana non alam COVID-19 harus mempersiapkan penanggulangan risiko bencana alam banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. BNPB dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) harus bekerja keras dan bekerja cerdas. Agar Setiap wilayah lebih siap dengan kedatangan dan dampak dari La Nina di tengah pandemi COVID-19.
Suasana awan mendung di langit Jakarta, Rabu (21/10/2020). BMKG menyatakan saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang bisa menimbulkan kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, BMKG pun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan b Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto
Wilayah-wilayah yang berisiko banjir dan tanah longsor harus sudah mendapatkan perhatian lebih. Apakah sudah ada sistem peringatan dini di masing-masing di wilayah berisiko, apakah tanggul-tanggul sungai dalam keadaan baik, apakah sudah tidak ada sampah-sampah di sungai, apakah aliran sungai lancar dari hulu ke hilir. Selain itu, apakah DAS (Daerah Aliran Sungai) sudah sesuai dengan fungsinya, apakah masih ada penebangan-penebangan hutan secara liar, atau apakah ada masih ada pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya. Semua harus dipantau dari semua sisi.
ADVERTISEMENT
Edukasi dan sosialisasi dari pemerintah terkait dampak La Nina pun terlihat sangat banyak dilakukan melalui media online. Sehingga bisa diakses oleh siapa pun dan kapanpun. Hal tersebut tentunya membuat masyarakat lebih siap dalam menghadapi risiko khususnya wilayah dengan IRBI (Indeks Risiko Bencana Indonesia) tinggi. Upaya penanggulangan risiko bencana berbasis masyarakat juga perlu dioptimalkan. Desa/Kelurahan Tangguh Bencana yang dikawal oleh BNPB dan BPBD dievaluasi kesiapannya dalam menghadapi dampak La Nina ini.
Tetap Sehat di Masa Pandemi dan Tetap Siaga di saat La Nina
Dalam kondisi yang seperti saat ini, La Nina di tengah pandemi COVID-19 maka yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Konsumsi makanan yang bergizi dan olahraga secukupnya sangat membantu tubuh kita. Sehingga saat virus datang, tubuh kita lebih kuat untuk melawannya. Patuhi dan jalankan protokol kesehatan akan sangat membantu diri kita, lingkungan, masyarakat bahkan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dengan kondisi berisiko banjir dan tanah longsor maka kita bisa melakukan hal-hal seperti menyimpan surat-surat berharga, elektronik dan barang-barang penting lainnya di tempat yang lebih tinggi, tidak membuang sampah di sungai, memantau informasi perkembangan dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) melalui media dan informasi yang disediakan daerah setempat.
Saya yakin BNPB bersama Kementerian Kesehatan dan pihak-pihak terkait serta dukungan masyarakat akan mampu mengatasi COVID-19 dan banjir di Indonesia. Masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa. Perekonomian pun mulai berjalan normal, angka pengangguran menurun. Semuanya sehat dan bisa tertawa bahagia. BNPB beserta BPBD juga dapat membantu masyarakat menghadapi dan melewati dampak La Nina dengan segala daya upaya. Masyarakat lebih siap dan siaga dalam menghadapi banjir dan tanah longsor. Dampak kerugian pun bisa diminimalisir. Sehat tanpa COVID-19 dan tangguh terhadap banjir dan tanah longsor. [MA]
ADVERTISEMENT