Selebgram Dinda Safay Kembali Dihujat karena Buat Diffuser dari Campuran Dettol

Konten dari Pengguna
14 April 2020 15:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miss Kepo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selebgram Dinda Safay. dok. Instagram
Selebgram dan YouTuber Dinda Safay kembali menjadi perbincangan hangat. Kali ini, ia dikritik karena membuat diffuser atau pembersih udara di dalam ruangan dari campuran Chloroxylenol yang terdapat pada cairah antiseptik dettol.
ADVERTISEMENT
Pada akun TikTok-nya, Dinda mengunggah dirinya yang sedang membuat video 'Anti Corona Virus' diffuser dengan menggunakan satu botol air mineral yang dituangkan sedikit cairan dettol. Kemudian, dikocok hingga cairan dettol larut dan dituangkan ke dalam alat diffuser.
Hal yang dilakukan selebgram 20 tahun ini sontak mengundang komentar dari netizen dan mempermasalahkannya. Pasalnya, zat Chloroxylenol pada dettol diketahui bisa mengiritasi mukosa saluran pernafasan bila dihirup. Sedangkan seperti yang sudah diketahui, dettol hanya digunakan untuk membersihkan badan dari bakteri, bukan untuk dihirup.
Seorang netizen lainnya dengan username @adamprabata mengumpulkan berbagai sumber tentang bahayanya zat Chloroxylenol dalam cairan dettol apabila digunakan sebagai diffuser. Secara umum, zat Chloroxylenol memiliki kadar toksisitas racun yang rendah hingga sedang dan berpotensi membahayakan bila tidak sengaja terhidup atau tertelan. Akibatnya, dapat menyebabkan iritasi bagi mata, kulit dan saluran pernasapan.
ADVERTISEMENT
Banyak netizen yang menyayangkan sikap Dinda yang terkesan cuek dan tak acuh saat diberikan informasi yang benar. Ia seolah tak mau dengar komentar netizen dan memilih untuk tetap melakukan hal-hal yang menurutnya benar padahal bisa saja membahayakan.
Sebelumnya, Dinda Safay pun pernah dihujat oleh netizen karena membuat hand sanitizer dari alkohol dan gel lidah buaya tanpa mengikuti standar dan aturan WHO. Ia juga sempat dikritik habis-habisan karena menggunakan sarung tangan medis untuk beraktivitas sehari-hari, padahal para tenaga kesehatan di rumah sakit tengah kekurangan APD.