Selamat Ulang Tahun, Bung

Moh Fajri
Editor kumparanBisnis
Konten dari Pengguna
6 Juni 2018 19:51 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moh Fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malam ini tepat satu tahun lalu. Kami bersembilan menuju ke sebuah tempat makan di daerah Jakarta Selatan. Selayaknya di rumah makan, kami duduk lalu memesan makanan dan minuman. Aku lupa apa yang kami pesan waktu itu, yang jelas ada banyak kudapan ukuran besar dan minuman beraneka ragam. Belum lama kami menikmati hidangan, tiba-tiba lampu dimatikan. Lagu dari Jamrud ‘Selamat Ulang Tahun’ langsung menggema diiringi dengan lilin yang diantar oleh dua orang pelayan. Aku lihat teman-temanku saling berpandangan. Pelayan tersebut melewati tempat duduk kami, mengantar kue berhias lilin menyala ke meja sebelah. Sesampainya di meja itu, sekumpulan anak muda langsung tepuk tangan sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepada temannya. Tak lama setelah lagu dimatikan, lilin pun ditiup oleh laki-laki yang bertambah umurnya.
ADVERTISEMENT
Lampu lalu kembali dinyalakan. Teman-temanku masih saling berpandangan. Aku melanjutkan makan. Saat aku lahap makan ternyata kejadian yang sama terulang. Lampu kembali dimatikan dan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ dari Jamrud didendangkan. Dua pelayan datang dengan membawa lilin menyala di atas makanan. Kali ini gantian teman-temanku yang tepuk tangan saat pelayan datang. Aku lalu senyum-senyum kemudian tertawa saat lilin tersebut diarahkan kepadaku. Selanjutnya, alur yang sudah bisa ditebak karena sama seperti di paragraf sebelumnya, bedanya kali ini aku yang meniup lilin. Bedanya lagi yang tepuk tangan kali ini bukan hanya dari meja kami tapi dari meja sebelah yang tadi juga meniup lilin. Iya, dalam satu tempat malam itu ada dua orang yang merayakan ulang tahun dengan kejutan yang sama. Sebagai bentuk solidaritas, aku langsung menyalami orang yang tadi juga merayakan ulang tahun. Sayangnya, saat ini aku lupa siapa nama laki-laki di malam Enam Juni tahun lalu. Yang jelas malam itu aku baru saja kembali dari mewujudkan mimpi setelah lulus kuliah.
ADVERTISEMENT
Enam Juni tahun ini tidak ada keinginan berlebih. Tidak ada harapan aku ingin jadi ini, ingin jadi itu seperti saat masih kuliah semester satu. Kalau ingin tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya itu umum dan sudah pasti harus diwujudkan. Keinginanku sederhana, bisa konsisten sebelum Bapak atau Emakku tanya ‘Nak masih ada duit toh buat beli makan?’, aku sudah memberi tahu mereka terlebih dahulu ‘Pak, Mak, aku kirim duit buat garap sawah di kampung’.
Tenang Pak, Mak, setiap petuah sederhana penuh makna dari kalian selalu aku ingat kok. Oiyaa, maafkan anak semata wayangmu ini yang jarang di rumah. Sekalinya di rumah tidak pernah lama. Pak, Mak, di usia kalian yang semakin senja semoga tetap sehat selalu.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan ini izinkan aku juga mengucapkan selamat ulang tahun kepada salah satu pemuda terbaik bangsa, Soekarno. Yah, Enam Juni memang menjadi tanggal lahir sang proklamator. Soekarno secara fisik memang sudah tidak ada. Namun, semangat perjuangan beliau tetap ada dan layak untuk selalu ada disetiap hati warga Indonesia. Sebab seperti yang sudah kita ketahui bersama dengan tidak melupakan pejuang lainnya, Soekarno rela mengabdi dan berjuang demi kemerdekaan, padahal dia merupakan seorang sarjana disaat bangsa ini belum semuanya terdidik. Melihat jasa Soekarno kepada bangsa Indonesia membuat aku bingung mengenai kado apa yang pantas berikan untuk pria yang akrab disapa Bung Karno ini. Apakah Soekarno mau aku pesankan kue bertuliskan "Happy bday Bung", atau aku pesankan karangan bunga besar bertuliskan "Sulit mencari penggantimu", atau cukup aku pesankan kaos bertuliskan #1945IndonesiaMerdeka sebagai tanda kita satu suara. Ahh, aku rasa kado semacam itu tidak layak diberikan kepada proklamator satu ini. Mungkin saja, dengan aku tetap belajar, belajar, dan belajar bisa menjadi sebuah kado yang Soekarno inginkan. Yaa meskipun kado tersebut tidak sebanding dengan apa yang sudah diberikan Soekarno kepada bangsa Indonesia. Setidaknya aku sudah berusaha berjuang memberikan sesuatu. Semoga saja Soekarno tidak tersinggung hanya karena saat musim kampanye tiba, wajahnya dipasang disudut atas baliho atau spanduk setiap kontestan politik. Yaa wajarlah pak, mereka memang harus menjual apa saja yang bisa dijual demi mencari sesuap kursi. Aku berharapnya sih semoga bapak ihlas supaya setiap foto wajah di baliho atau spanduk tersebut menjadi ladang amal ibadah untuk bapak. Dan, semoga Soekarno selalu tersenyum melihat keadaan bangsa Indonesia saat ini :). Selamat ulang tahun, Bung.
ADVERTISEMENT