Aspek Lingkungan yang Perlu Diperhatikan dalam Pemindahan Ibu Kota

MOHAMAD FADILAH HABIBIE
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan Teknik Sipil
Konten dari Pengguna
9 Juli 2021 21:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MOHAMAD FADILAH HABIBIE tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rancangan konsep Ibu Kota baru di Kalimantan. Foto: Dok. Kementerian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan konsep Ibu Kota baru di Kalimantan. Foto: Dok. Kementerian PUPR
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 26 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ibu kota baru akan dibangun di wilayah Kalimantan. Hal itu dipertimbangkan oleh berbagai aspek, salah satunya geopolitik dan kebencanaan. Pembebasan lahan di Kalimantan Timur ini menyebabkan lebih banyak hutan yang dimusnahkan serta habitat di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Akibatnya lingkungan sekitar mengalami bencana banjir, sedimentasi, dan abrasi sungai kecil maupun besar disertai kekeringan yang akan terjadi. Besarnya lahan yang dibutuhkan pula untuk pemindahan ibu kota di wilayah Kalimantan Timur dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pada area sekitarnya.
Pembebasan lahan dengan skala yang cukup besar akan berdampak buruk khususnya bagi daerah Kalimantan Timur. Karena banyaknya masalah lingkungan yang kerap dihadapi. Seperti kebakaran hutan, Krisis air bersih, dan kekeringan.
Kalimantan Timur yang dikenal sebagai pemilik sumber daya alam yang melimpah memiliki masalah utama dalam lingkungan yaitu kebakaran hutan. Karhutla merupakan salah satu dari kasus kebakaran hutan yang menghabiskan 42.470 hektar hutan di Indonesia.
Dengan terealisasinya pemindahan Ibu Kota jika pembangunan tidak memperhatikan kondisi lingkungan yang ada. Maka, akan meningkatkan risiko kekeringan. Karena dalam tahap pengadaan tanah untuk pembangunan Ibu Kota baru membutuhkan pembebasan lahan dengan skala yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Untuk mengurangi risiko tersebut, prinsip yang sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Harus menjadi pondasi yang dipegang sehingga pembangunan ibukota bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Kalimantan Timur memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Meskipun daerah tersebut sangat minim terjadinya bencana alam, apabila tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan tetap melakukan pembangunan maka kemungkinan besar akan terjadinya banjir seperti di Jakarta. karena pembebasan lahan seperti penebangan pohon yang sangat banyak untuk pembangunan ibu kota yang begitu besar akan mengurangi daya serap tanah.
Hingga saat ini Kalimantan Timur masih mengalami krisis air bersih. Sehingga tidak banyak sumber air yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Walaupun curah hujan di Kalimantan Timur tergolong tinggi, dan kuantitas air cukup banyak. Namun, volume air yang melimpah tersebut tidak bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan air tersebut harus melalui proses pengolahan dengan cara menetralkan air yang sedikit asam menggunakan saringan alami atau zat kimia.
ADVERTISEMENT
Dan jika pemindahan ibukota terealisasikan, maka akan terjadi peningkatan populasi di daerah Ibu Kota Baru. Jika tidak segera mencari alternatif solusi untuk permasalahan kuantitas air ini, kemungkinan besar dalam beberapa tahun Kalimantan Timur akan mengalami krisis air.
Begitu banyak dampak yang akan terjadi apabila perpindahan Ibu kota baru di wilayah Kalimantan Timur dilaksanakan, menunjukkan betapa perlunya menyiapkan rencana dalam upaya memitigasi risiko yang terjadi apabila ada kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Karena dalam perencanaan pemindahan Ibu kota baru adanya dampak terhadap lingkungan dari mulai dibutuhkan besarnya lahan dapat mengurangi jumlah pohon hingga terdapat krisis air.
Oleh sebab itu, pentingnya mempersiapkan pengelolaan lingkungan dengan melihat jenis tanah, di mana terkait dalam pembangunan ibu kota baru membuat lahan yang telah diperluas menjadi tertutup dengan banyaknya pembangunan infrastruktur pasti menyebabkan limpasan yang besar jika tidak diantisipasi, salah satu dampaknya yaitu terjadi banjir seperti masalah yang tidak jauh dihadapi oleh Jakarta.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu mempersiapkan upaya pemulihan pasca kejadian bencana juga harus diperkirakan seperti penanaman pohon kembali diperlukan dan jumlah penduduk jika adanya penambahan populasi.
Referensi
G. Tyler Miller, Jr. Scott E. Spoolman, Brooks/Cole. 2012. Living in the Environment 17th Edition. USA, California.
M. Putri Rosalina, Yosep Budianto. 2020 “Krisis air bersih di Ibu Kota baru”. https://www.ekuatorial.com/2020/01/krisis-air-bersih-di-ibukota-baru/
Nurhadi Sucahyo. 2020.“Potensi Bencana Mengiringi Pemindahan Ibu Kota Negara”. https://www.voaindonesia.com/a/potensi-bencana-mengiringi-pemindahan-ibu-kota-negara/5637479.html