news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia

Masdit (Moinblog)  Food Content Creator  Currently living in Germany
Food Content Creator, a cook and Food Technology Student. Currently living in Germany.
Konten dari Pengguna
26 November 2018 18:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Masdit (Moinblog) Food Content Creator Currently living in Germany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Gambar: Dok. Pribadi.
Makan malam merupakan ritual bagi sebagian besar orang, di mana kita bisa berkumpul bersama di meja makan (atau lesehan pakai tiker juga bisa sih) bersama keluarga dan membicarakan berbagai macam hal. Hal-hal dari mulai masalah kecil soal acara arisan keluarga minggu depan sampai masalah besar, seperti hilangnya tuperware adik di sekolah.
ADVERTISEMENT
Secara umum pula di Indonesia kita mengenal tiga kali makan utama dan ketiganya adalah makanan yang umumnya disajikan hangat dan biasanya pakai nasi. Karena konon katanya untuk kebanyakan orang Asia Timur dan Tenggara, makan itu gak lengkap kalau gak pakai nasi.
Ini menurut teman Masdit yang orang China, Korea, Vietnam, dan Malaysia yang ternyata mereka juga begitu, makan mie instan/ramyun pun juga harus pake nasi.
Balik lagi ke Indonesia, misalnya sarapan kita makan bubur ayam, lontong sayur, dan nasi uduk. Makan siang nasi padang, nasi rames, ketoprak, gado-gado, dan lain-lain. Begitu juga makan malam yang biasanya lauknya tidak begitu beda jauh dengan makan siang. Hanya saja, kadang ditambahkan lagi sama cemilan extra, seperti martabak telor/manis.
ADVERTISEMENT
Keadaan ini justru sangat berbeda dengan sarapan, makan siang, dan makan malam di Jerman. Umumnya warga Jerman suka menyantap menu dingin/kaltes essen (Müsli dan susu, Roti dan keju/selai + kopi) ketika sarapan.
Untuk makan siangnya baru deh makan yang hangat/warmes essen (Kentang goreng dan sosis, ikan goreng di tepung roti (Panierte Fisch) pakai kentang rebus, sauerkraut, dan roast pork knuckle, dan lain-lain)
Sangat berbeda dengan kita, untuk makan malam, sebagian besar orang Jerman makan roti atau lebih dikenal dengan nama Abendbrot. Jam makan malam pun lebih 'pagi' dari kita, yaitu pukul 18:00 ke atas. Dan setelah makan malam ini biasanya gak ada tuh cemal-cemil macam gorengan, es krim, pizza, atau martabak ketika terang bulan sampai waktu sarapan tiba.
ADVERTISEMENT
Pasti aneh banget untuk kita yang biasa makan roti pakai selai di pagi hari untuk sarapan atau sandwich untuk makan siang. Sama seperti Masdit, pertanyaan yang muncul pertama kali waktu denger soal Abendbrot adalah: "Kenapa malah makan roti untuk makan malam? Bukannya kalau malam justru lebih enak makan yang lebih mengenyangkan, biar enak tidurnya? Lagian kan kalau malam lebih banyak waktu untuk nyiapin menu makanan?"
Ternyata Abendbrot atau roti untuk makan malam ini bisa dibilang adalah tradisi di kalangan orang Jerman. Hal ini karena pengaruh budaya dan juga iklim. Berbeda dengan iklim di Indonesia dan negara sub tropis lainnya. Makanan yang dibiarkan terlalu lama/tidak dihangatkan akan menjadi basi.
Di Jerman, karena udaranya cukup dingin dan kelembapan udaranya pun rendah, maka ketika makanan tidak dihangatkan pun tidak akan cepat basi di musim dingin, gugur, dan semi.
ADVERTISEMENT
Roti makan malam pun praktis yaitu roti dan beberapa topping di atasnya yang sebenarnya makanan yang bisa bertahan lama kalau pun tidak disimpan di dalam kulkas.
Selai misalnya, karena campuran gulanya yang cukup banyak dan dimasak dalam jangka waktu lama tentunya tidak akan cepat basi. Daging kering (salami)/asap, karena kandungan airnya yang lebih sedikit dari daging normal pastinya akan bisa bertahan lebih lama.
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Salami daging kalkun. Dok. Pribadi.
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia (2)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Gambar pilihan topping lainnya. Dok. Pribadi.
Sauerkraut/asinan kol mengalami proses fermentasi, maka pastinya akan bertahan lebih lama. Rotinya pun berbahan dasar gandum dan bertekstur lebih keras karena menggunakan lebih sedikit air agar tidak mudah berjamur.
Mungkin karena zaman dulu di Jerman belum ada kulkas, jadi mereka menggunakan teknik ini agar bisa melewati musim dingin yang panjang.
Ilustrasi Sauerkraut/Asinan Kol (Foto: Dok: Masdit (Moinblog))
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sauerkraut/Asinan Kol (Foto: Dok: Masdit (Moinblog))
Mungkin untuk anak mudanya sekarang sudah banyak yang beralih ke makanan yang lebih enak kalau disajikan hangat seperti pasta, tumis sayuran dengan nasi, atau sosis goreng, dan salad.
ADVERTISEMENT
Tapi menurut teman Masdit yang orang Jerman, ketika di rumah orang tua mereka (Masdit ngomong ketika di rumah orang tua mereka, karena umumnya di sini ketika berumur sudah lebih dari 18 tahun mereka memilih tinggal sendiri/ngekos) atau pun berkunjung ke rumah kakek/nenek, sebagian besar makan Abendbrot.
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia (4)
zoom-in-whitePerbesar
gambar Vollkornbrot/roti gandum
Roti yang disajikan pun bukan roti putih seperti sandwich pada umumnya. Tapi roti gandum hitam (Roggenbrot), roti gandum (Vollkornbrot), misalnya. Buat kalian yang biasa makan roti bertekstur lembut pasti gak akan suka dengan roti ini. Karena selain teksturnya yang keras, ngunyahnya juga cukup lama dan rasanya juga sedikit asam dari ragi.
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia (5)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: gambar Rogenbrot/roti gandum hitam. Dok. Pribadi.
Bandingkan dengan roti putih yang biasa kita makan, teksturnya lembut dan rasanya manis karena penggunaan gula dan mentega yang cukup banyak di adonannya.
ADVERTISEMENT
Untuk Abendbrot ini biasanya ditaruh selai, sosis yang bisa di spread seperti Leberwurst (sosis dari hati sapi/babi, kadang juga unggas), Jagdwurst, salami/daging yang dikeringkan, keju seperti tilsiter dan gouda, blackforest ham (salah satu makanan special dari wilayah Blackforest di Jerman, selain kue tart-nya adalah daging ham-nya) dan sayuran mentah seperti timun dan tomat. Cara makannya pun beda, satu lembar roti lalu di atasnya ditaruh selai, keju lalu salami/daging ham.
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia (6)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: gambar roti, cream cheese dan daging salami. Dok. Pribadi.
Untuk daging salami ini biasanya terbuat dari daging babi/sapi/kalkun, tapi karena sekarang di Jerman sedang trend vegan dan vegetarian maka juga banyak tersedia salami dan keju pengganti yang terbuat dari tumbuhan. Sambil makan roti tidak lupa sebotol bir pilsner khas Jerman untuk menemani makan malam.
Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia (7)
zoom-in-whitePerbesar
Kalau kalian kira-kira bisa gak makan cuman roti aja sama keju? Kalau Masdit sih anak pecel lele sama nasi goreng gerobak abang-abang kalo malam. Lagian sebagai anak kos dan rantau kadang kita lebih milih buat mikir tugas-tugas kampus/kerjaan kantor daripada makan malam. Seperti sebuah quote yang terkenal banget di Jerman dari Wolfgang Neuss, seorang aktor dan artis kabaret Jerman:
ADVERTISEMENT
"Heut' mach ich mir kein Abendbrot, heut' mach ich mir Gedanken."
Artinya: "Hari ini aku tidak makan malam, hari ini aku lebih memilih untuk berfikir/merenung."
Jadi buat yang gak makan malam gak usah khawatir, lebih baik kita berfikir buat masa depan kita nanti. Semangat untuk para jiwa muda!