Perih di dahi memaksa kesadaran Hanan kembali. Ketika kelopak matanya terbuka, gulita menyambut. Serpihan-serpihan benda asing menancap di sudut kening, terasa menyakitkan saat membiarkan luka itu menyobek permukaan kulit senti demi senti. Suara rintih pelannya merayap ke tepian dinding, menimbulkan gema singkat lantas perlahan-lahan lenyap.
Kekosongan dalam ruang yang ditempatinya kini begitu berbeda dengan keributan yang dia alami beberapa waktu lalu. Ada sebuah jeda tercipta setelah pelipisnya mengeluarkan darah dan sebelum salah satu pergelangan tangannya dicengkeram borgol. Pingsannya Hanan memungkinkan perempuan itu bekerja menyeret tubuhnya ke tempat yang sama sekali tak dia kenali.
Dalam larutan hening Hanan membentangkan ingatan yang masih meninggalkan jejak dalam kepala. Beberapa saat lalu pikirannya sibuk memuat daftar pertanyaan berlandaskan kecurigaan. Akal sehatnya diselubungi emosi yang begitu membara sampai menghanguskan segala kerinduan pada Thalita, bahkan setelah pandangannya jatuh ke arah minibar di sudut luar dapur, ketika Thalita menyambutnya dengan senyum pendek selagi menyulang anggur.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814