Pembicaraan beberapa malam lalu meninggalkan jeda yang begitu panjang hingga Hanan mengira istrinya tidak akan menampakkan diri lagi dalam garasi tersembunyi yang mengurungnya. Piring makannya tak lagi diganti sesering kemarin, dan botol yang menampung air mineral telah tandas. Gerah yang disebabkan oleh pakaian yang tak diganti berhari-hari, serta rambut-rambut yang tumbuh kasar tak beraturan di atas bibir dan di bawah dagu, berkejaran dengan rasa penasaran yang tinggal setiap kali Hanan membuka dan menutup mata.
Dia bertanya-tanya adakah pilihan yang lebih baik dibanding usulan perceraian yang dikemukakannya. Perbincangan mereka bagaikan perjalanan panjang yang berliku-liku, ditempuh begitu rumit seakan tidak memiliki tujuan akhir. Telinganya masih heran mendengar Thalita memiliki solusi lain yang mengharuskan Hanan berjanji mengabulkan apa pun permintaan itu ketimbang mengakhiri bahtera rumah tangga. Semakin lama Thalita menggantung jawaban, kian resah suasana hatinya.
Berbeda dari segala opsi yang ditawarkan dunia pekerjaan dan Hanan terbiasa melakukan aksi mengambil keputusan, berhadapan dengan Thalita justru membuatnya terlihat bagai seseorang yang telah dirampas persenjataannya, emosinya, bahkan akal sehatnya. Sebanyak apa pun dia menerka dan memperkirakan risiko selalu saja meleset. Mungkin itu sebabnya perasaan cemas menjerat Hanan berlarut-larut. Tidak ada satu pun prediksi yang bisa menenangkan pesimistis dalam diri, apalagi keabsenan Thalita dalam beberapa hari seakan kian menjerumuskannya dalam lubang ketidaktahuan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814