Cerita @kurawa, Pembela Ahok di Media Sosial

16 Januari 2017 16:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pemillik akun @kurawa (Foto: Johannes Hutabarat)
Pemilik akun Twitter @kurawa, Rudi Valinka, muncul di acara bedah buku yang ditulisnya 'A Man Called #Ahok' di Pondok Bambu, Jakarta Timur. Dengan gayanya yang santai, dia berbicara soal buku yang ditulisnya dari percakapan di Twitter itu di depan 100 orang.
ADVERTISEMENT
Usai bedah buku, Rudi lalu ikut Ahok blusukan bertemu warga di Pondok Bambu. Sambil blusukan, Rudi berbagi cerita kepada kumparan soal alasannya mulai sering muncul di dunia nyata.
Rudi menghadiri bedah buku A Man Called #Ahok (Foto: Johannes Hutabarat/kumparan)
"Kita ini bagian dari generasi yang rusak, jadi kalau ada orang yang aneh, dalam arti unik, bersih gitu, maka sekarang kita harus berani mengubah. Harus dukung orang ini. Karena kita nggak mau rusaknya itu sampai anak cucu kita nanti," ucap Rudi mengawali ceritanya.
Rudi mengaku kenal dengan Ahok sejak Pilgub DKI tahun 2012 lalu. Saat itu Ahok menjadi cawagub Jokowi. Meski saat itu sudah kenal, namun Rudi baru bertemu dengan Ahok di kantor Pemprov DKI pada tahun 2013.
"Tahun 2013 akhir ke ruangan dia sekedar kenalan aja gitu," kata Rudi yang hadir bertopi hitam dan kaos biru itu.
ADVERTISEMENT
Perlahan namun pasti, Rudi pun mengenal sosok Ahok dan kinerjanya di DKI Jakarta. Terlebih, saat Ahok punya kewenangan lebih sebagai gubernur menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden RI pada tahun 2014.
Saat itu Rudi masih dikenal sebagai anonim di dunia maya dengan akun @kurawa. Pengikutnya terus bertambah setiap kali dia membuka suatu kasus atau laporan lengkap dengan data-data lewat kultwit.
"13 Tahun saya ketemu orang-orang yang nggak bener, makanya namanya aku kurawa," ucap Rudi. Selama 13 tahun itu dia menjadi auditor di beberapa perusahaan.
Namun sekitar 2015 dan 2016, Rudi mulai menunjukkan jati dirinya di Twitter dengan menampilkan nama pribadi Rudi Valinka dan wajahnya lewat foto profil.
Di Pilgub DKI, Rudi yang sejak awal rajin membela Ahok via Twitter itu muncul dengan buku berjudul 'A Man Called Ahok'. Selain agar orang lebih kenal Ahok, buku itu juga disebutnya untuk melawan serangan kepada Ahok soal dugaan penistaan agama.
ADVERTISEMENT
"Ya (buku ini) mencounter isu SARA. Dia setiap ada Pilkada apa-apa, dia selalu diserang seperti itu. Dan itu menurut saya ada beberapa yang efektif. Di Pilgub Babel dia kalah karena itu juga," tuturnya.
Ahok hadiri bedah buku "A Man called #Ahok" (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Sebelum menulis buku, Rudi melakukan apa yang disebutnya sebagai tabayyun atau mencari kebenaran, atas dugaan penistaan agama Ahok. Dia blusukan kampung halaman Ahok Belitung Timur, selama 3 hari untuk mencari tahu apakah Ahok sosok yang menistakan agama.
Kesimpulan atas 'tabayyun'nya itulah Rudi tuangkan dalam buku. Siang tadi, Rudi hadir langsung menjadi pembicara di buku yang mulai laris dicari orang itu bersama Ahok. Padahal, sebelumnya sudah ada setidaknya dua kali bedah buku serupa yang dihadiri oleh Ahok, tapi tidak dihadiri Rudi.
ADVERTISEMENT
Kenapa sekarang lebih sering muncul?
"Karena ini titik krusial bangsa kita. Pak Ahok ini bukan hanya figur yang kita perjuangkan, Ahok itu sebuah harapan warga Indonesia yang mau berubah. Jadi kalau nanti di periode ini kita kalah dalam kasus ini, Indonesia mundur lagi," kata Rudi masih sambil mengikuti blusukan Ahok.
Sebagai warga Jakarta, Rudi tahu betul apa yang sudah berubah di tangan Ahok dan apa yang harus diperbaiki. Contoh paling sederhana adalah pungutan liar untuk segala administrasi. Rudi menilai Ahok bisa menghapuskan budaya itu, bahkan meningkatkan pelayanannya.
"Ya kita kalau udah ada yang terbukti, ngapain lagi (pilih yang lain). Kecuali ragu-ragu. Ini sudah sampai level di luar dia yang ceplas-ceplos, dia udah titik sempurna untuk kinerja. Kita harus dukung, ngapaian coba mundur lagi. Makanya orang kayak gini munculnya entah berapa tahun yang akan datang lagi," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kurawa Alias Rudy Valinka. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Rudi meyakini bahwa kasus dugaan penistaan agama itu adalah kepentingan politik untuk menjegal Ahok.
"Saya kan muslim, diajarkan dari kecil apapun juga kalau masih omongan orang harus ada tabayyun. Artinya konfirmasi, dan ini kerjaan saya cari bukti bener nggak, karena yang satu ngomong nista, satunya nggak," ucap Rudi.
"Caranya gimana, ya kita cari jawaban. Ketemu langsung orang di sana, bener nggak. Itu yang orang tuduh dia nista agama kan langsung ke pengadilan, artinya semua karena urusan politik bukan karena nistain agama," imbuhnya.