Pernah Setor KTP untuk Ahok dan Kisah Unik Sandi Lain selama Pilgub

7 Juni 2017 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sandi saat ditemui di kawasan Ciputat. (Foto: Wandha Hidayat/kumparan)
Wakil Gubernur DKI terpilih Sandiaga Uno menceritakan pengalaman-pengalaman uniknya selama Pilkada DKI, saat mengisi acara Pengkajian Ramadhan di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat, Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Pengalaman uniknya yang ia ceritakan pertama ketika kantornya menyetor KTP untuk gerakan satu juta KTP mendukung petahana maju dalam Pilkada DKI. Pengalaman itu terjadi ketika Sandi belum diajukan sebagai cawagub DKI.
"Saya kalau enggak salah juga pernah ikut menyetor KTP waktu itu. Oleh kantor saya dimasukin. Itu biasanya kan dikumpulin waktu itu," kata Sandi yang disambut tawa hadirin, Selasa (7/6).
Sandi saat ditemui di kawasan Ciputat. (Foto: Wandha Hidayat/kumparan)
Kemudian ia menceritakan tentang beda pendapat dengan pasangannya Gubernur DKI terpilih Anies Baswedan soal isu yang diusung dalam Pilkada DKI. Sandi menolak usulan Anies yang ngotot ingin mengusung isu korupsi.
Alasannya, kata Sandi, karena masyarakat Jakarta sudah menganggap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang saat itu menjabat sebagai DKI-1 sudah sangat bersih dari korupsi. Terbukti ketika Sandi berada di suatu forum diskusi.
ADVERTISEMENT
"Salah satu dari anggota diksusi ini adalah ibu-ibu yang berjilbab syar'i. Terus ditanya kenapa memilih Pak Basuki Tjahaja Purnama? Oh karena dia bersih, dia anti korupsi. Tidak pernah ada pejabat publik yang lebih bersih dari Pak Basuki," kata Sandi menirukan seorang ibu yang dimaksudnya.
Lalu Sandi memberikan pertanyaan hipotesa kepada ibu tersebut. Sandi bertanya lagi, apakah pilihan ibu itu tidak berubah seandainya Ahok terbukti korupsi.
"Oh tetap saya pilih Pak Basuki. Karena KPK-nya yang salah," ujar Sandi menirukan jawaban ibu tersebut.
"Jadi saya bilang, percuma Pak Anies kita bicara masalah korupsi. Pak Basuki sudah dianggap lebih bersih dari KPK," sambungnya.
Pengalaman unik lainnya, Sandi mengatakan, bergabung lebih dari 8.000 grup WhatsApp selama kampanye. Setiap berkampanye di sebuah lokasi, nomor WhatsApp Sandi dimasukkan ke dalam grup WhatsApp RW yang didatanginya berkampanye.
ADVERTISEMENT
"Setiap kali kunjungan Pak RW masukin saya ke grup RW-nya. Habis itu setelah dimasukin ke grup RW-nya, dimasukin juga ke grup Whatsapp keluarganya. Dan kalau misalnya RW-nya ada perpecahan saya dibuatin Whatsapp grup sendiri juga. Akhirnya ada 8.000 Whatsapp grup saya sekarang di nomor yang pertama saya," jelasnya.
Sandi mengaku selama berkampanye 18 bulan di Jakarta, ia telah mengunjungi 44 kecamatan, 267 kelurahan, dan hampir 1.300 RW. Saat ini Sandi bersama Anies menunggu pelantikan pada Oktober 2017.