Protes Blokir Telegram, Fahri Hamzah Kultwit #BlokirJokowi

16 Juli 2017 11:49 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fahri Hamzah meminta pimpinan PKS dirombak (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Hamzah meminta pimpinan PKS dirombak (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bukan Fahri Hamzah kalau tak kritis dan blak-blakan. Setelah kultwitnya soal KPK membuat sebagian orang gerah, kini Fahri membuat kultwit dengan tagar #BlokirJokowi, sebagai protes atas pemblokiran Telegram.
ADVERTISEMENT
Kultwit Fahri itu dimulai dengan ungkapan, 'Penting tidak apa yang Anda katakan, bukan karena Anda punya posisi kuasa, tapi karena Anda punya pengetahuan' dibubuhi tagar #Blokir Jokowi.
"Padahal yang harus kita jawab dari modernitas digital ini adalah bagaiamana mengelola negara yg rakyatnya bebas 100%?" cuit Fahri dikutip Minggu (16/7).
Dalam bahasa yang sedikit kiasan, Fahri menyebut kebebasan direbut oleh manusia (pemerintah) secara bertahap, dari banyak otoritas, agama, negara, pasar dan lain-lain. Sekarang semua sudah didapat. Kebebasan di ujung jari manusia ini adalah kebebasan mutlak.
"Apakah negara masih punya sisa akal untuk menghadapinya? Dan apakah yang akan kita pilih bagi masa depan manusia Indonesia? Maju atau mundur?" tanyanya.
Menurutnya, kebebasan bicara sebagai kemerdekaan terakhir yang ditemukan, tak pernah menemukan struktur yang mengakomodasinya. Sekarang manusia berbicara secara sempurna, tidak ada lagi yang bisa menghalangi. Firewall (perangkat untuk mengontrol jaringan -red) tidak sanggup.
ADVERTISEMENT
Fahri menuturkan jika Indonesia ingin lompat ke depan, maka yang diperlukan adalah percakapan antara kita, karena negara mustahil memiliki seluruh kapasitas untuk menghadapi semua.
"Kita memerlukan kerendahan hati pemerintah, jangan panik dan jadilah moderator bagi warga negara," lanjutnya masih dengan tagar #BlokirJokowi.
Fahri mengingatkan bahwa negara harus mengantar warganya, bagi kegandrungan yang positif melihat dunia ini yang penuh kebebasan ini. Negara jangan membangun kecurigaan karena belum punya pengetahuan tentang arsitektur masa depan kolektif.
"Mari kita terima kebodohan kolektif kita, karena lebih baik sebagai orang bodoh kita bersatu, daripada menjadi orang pintar kita bercerai," kritiknya.
Fahri juga menyarankan pemerintah perlu ketenangan dalam membaca pesan agama. Jangan teks agama membuat kita sok tahu. Padahal, pada akhirnya Tuhan mengetahui yang tidak kita ketahui.
ADVERTISEMENT
"Seandainya ini adalah kejahiliyahan baru, maka kita semua jahiliyah. Kita semua harus rendah hati, jangan mau menang sendiri," tegasnya.
Fahri mengutip Bung Karno, 'seandainya Pancasila itu menjadi hanya 1 sila (ekasila), sila itu berbunyi gotong royong'. Mengapa gotong royong menjadi perasan isi pancasila? Karena negara hanya bisa mencapai puncaknya dengan saling menolong.
"Tolong menolong dalam suasana persaudaraan adakah religiusitas Indonesia, puncak dari kematangan jiwa," tutup Fahri.
Meski menggunakan tagar #BlokirJokowi, tak ada satupun tweet yang mention langsung Twitter Jokowi. Fahri juga tak menyebut Telegram, meski yang dimaksud adalah keputusan pemerintah memblokir telegram. Tagar itu ramai sejak kemarin berdampingan dengan tagar #RIPDemokrasi.
Sementara itu, pemerintah sudah menjelaskan alasan pemblokiran karena Telegram kerap digunakan teroris untuk beraksi.
ADVERTISEMENT