Titik Balik Jatuhnya Agus-Sylvi

15 Februari 2017 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cagub-cawagub saling berpelukan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Pasangan calon Agus Yudhoyono-Sylviana Murni menelan pil pahit dalam hasil hitung cepat (quick count) Pilgub DKI, karena suaranya terjun bebas. Bahkan, suara Agus-Syli tidak ada yang tembus 20 persen.
Update Quick Count (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Jika dianalisis singkat, perolehan suara Agus-Sylvi dalam quick count itu sebetulnya sejalan dengan tren elektabilitasnya yang menurun dalam beberapa survei terakhir. Meski pada awal kemunculannya Agus-Sylvi mengantongi elektabilitas cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
Berikut ulasan beberapa survei yang sudah memprediksi Agus-Sylvi akan berada di urutan paling bawah Pilgub DKI.
1. Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
SMRC menggali data survei Pilgub DKI pertama kali pada 1-9 Oktober 2016. Saat itu elektabilitas tertinggi adalah Ahok-Djarot 45,4%, kedua Agus-Sylvi 22,4% dan Anies-Sandi 11,6%.
Survei SMRC. (Foto: Dok. SMRC)
Sejak Oktober sampai Desember, elektabilitas Agus-Sylvi menanjak dan mencapai puncaknya di SMRC pada 6-14 Desember 2016 di urutan pertama 30,8%. Saat yang sama, elektabilitas Ahok-Djarot berada di titik terendah versi SMRC 28,8%.
Faktor penyebab paling utama jatuhnya Ahok-Djarot adalah kasus dugaan penistaan agama yang mendorong gerakan massa turun ke jalan, lalu Ahok ditetapkan sebagai tersangka pada 16 November.
Namun tren elektabilitas Agus-Sylvi yang tinggi hingga Desember itu, ternyata mulai menurun dalam survei yang digelar 14-22 Januari 2017. Faktor paling pentingnya menurut SMRC adalah debat perdana Pilgub DKI pada Jumat (13/1) lalu.
ADVERTISEMENT
Agus mendapat penilaian paling rendah dalam debat. Saat bersamaan Ahok trennya naik karena debat perdana dinilai paling baik.
Rilis survei SMRC tentang Pilgub DKI Jakarta. (Foto: Dok. SMRC)
"Sekitar 62 persen warga DKI menonton debat pada 13 Januari di TV. Di antara yang menonton, Ahok-Djarot dinilai unggul dari lawan-lawannya," ucap peneliti SMRC, Deny Irvani, Jumat (27/1).
2. Charta Politika Indonesia
Lembaga survei yang dipimpin oleh Yunarto Wijaya itu mencatat tren elektabilitas Agus-Sylvi terus turun sejak November 2016 (29,5%) ke Januari 2017, lalu Februari (21,3%). Sebaliknya, Ahok-Djarot menanjak pada rentang waktu yang sama.
Survei Charta Politika Indonesia. (Foto: Dok. Polmark)
Faktor paling berpengaruh dalam elektabilitas itu juga karena debat cagub-cawagub DKI pada 27 Januari 2017. Urutan hasilnya sama dengan temuan SMRC, yaitu Ahok-Djarot paling unggul dalam debat 36,9 persen, Anies-Sandi 32,3 persen, dan paling buruk Agus-Sylvi 15,7 persen.
ADVERTISEMENT
3. Indikator Politik Indonesia
Lembaga yang digawangi Burhanudin Muhtadi ini sudah memprediksi rendahnya suara Agus-Sylvi dalam quick count, dilihat dari tren elektabilitas ketiga pasangan calon pada November, Desember dan Januari.
Agus-Sylvi elektabilitasnya tertinggi pada November 2016 sebesar 30,4%, namun menurun pada Desember 26,5%, dan turun lagi pada Januari 2017 sebesar 23,6. Pada lompatan bulan yang sama, Ahok-Djarot justru trennya naik.
Elektabilitas Ahok-Djarot pada November 2014 sebesar 26,2%, lalu naik pada Desember 31,8%, dan naik lagi tertinggi pada Januari 38,2%.
Faktor turunnya Agus-Sylvi, menurut Indikator adalah kasus dugaan korupsi Sylviana Murni dalam pembangunan Masjid Al-Fauz saat Sylvi menjadi Wali Kota Jakarta Pusat. Sebanyak 39 persen responden pada bulan Januari, yakin Sylvi terlibat korupsi.
ADVERTISEMENT
Sementara faktor Ahok-Djarot naik dalam survei Indikator, disebabkan penilaian mayoritas responden bahwa Ahok tidak menistakan agama. Sejak November, Desember, hingga Januari angka penilaian Ahok menistakan agama semakin kecil. Begitu juga Ahok dianggap tulus dalam meminta maaf.
4. Poltracking Indonesia
Lembaga yang dipimpin Hanta Yudha ini menjabarkan beberapa faktor yang menyebabkan tren elektabilitas Agus-Sylvi melemah pada November 2016, Desember 2016, ke Januari 2017, meski secara angka ada kenaikan elektabilitas.
Di antara faktor turunnya elektabilitas Agus-Sylvi itu adalah: a. Efek kejutan yang semakin melemah sejak muncul sebagai cagub DKI, b. Pemilih Agus-Sylvi mulai terdistribusi ke pasangan calon lain, c. Punya tantangan untuk menarik simpati pemilih rasional.
Sementara faktor yang menyebabkan Ahok-Djarot trennya terus menaik jelang pemungutan suara, yaitu: a. Kasus hukum dugaan penistaan agama mulai melemah alias tak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas, b. Pemilih psikologis mulai melihat perubahan pada Ahok, c. Tingginya kepuasan terhadap kinerja Ahok-Djarot.
ADVERTISEMENT
Annisa dan Agus selesai memilih di TPS. (Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara)