Sekali Lagi tentang Vaksinasi dan Imunisasi

Ferizal Ramli
Ekspatriat-Konsultan Manajemen & IT domisili di Hamburg. Chairman IASI - Ikatan Ahli Sarjana Indonesia Jerman 2014-2016 #dariTepianLembahSungaiElbe
Konten dari Pengguna
16 September 2018 17:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferizal Ramli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekali Lagi tentang Vaksinasi dan Imunisasi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pro-kontra imunisasi riuh di tanah air. Saya tidak akan mencampuri kajian akidah atau aturan syariah di tulisan ini. Biarlah para ahli agama dengan wisdom-nya yang memutuskan lalu boleh jadi nanti akan ada ijma tentang hal ini.
ADVERTISEMENT
Saya cuma ingin mau share-kan cerita tentang "Vaksinasi dan Imunisasi" di Jerman, negara yang sistem kesehatannya amat maju serta sistem asuransi kesehatan negaranya (BPJS-nya Jerman) amat maju.
Nah, di sini biaya untuk "Vaksinasi dan Imunisasi" yang telah di-standard-kan wajib maka biayanya 100% dijamin oleh negara. Jadi, jelas urusan kampanye pentingnya "Vaksinasi dan Imunisasi" tidak mungkin untuk memenuhi kepentingan perusahaan farmasi agar obatnya laku.
Tidak ada perusahaan farmasi manapun yang sanggup jika lawannya adalah Negara Jerman yang begitu amat maju, masyarakatnya amat terdidik, sistemnya amat baik serta kaya raya. Artinya, jika ada logika yang bilang "Vaksinasi dan Imunisasi" adalah proyek jualan perusahaan farmasi maka itu bisa dipastikan logika 100% tidak benar dan jauh dari penggunaan akal sehat.
ADVERTISEMENT
Mana mau Pemerintah Jerman "dikibulin" perusahaan farmasi untuk membayar semua Program "Vaksinasi dan Imunisasi"? Jika Pemerintah Jerman mengharuskan rakyatnya yang dianggap penting olehnya. Sampai saat ini "Vaksinasi dan Imunisasi" menurut ahli-ahli di negara maju seperti Jerman itu mutlak penting!
Petugas menunjukan Vaksin Campak dan Rubella (MR) sebelum melakukan imuniasasi kepada anak. (Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menunjukan Vaksin Campak dan Rubella (MR) sebelum melakukan imuniasasi kepada anak. (Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa)
Contoh nyatanya: Di sini, para anak yang mau masuk Grundschule (Sekolah Dasar) harus sertakan bukti bahwa mereka sudah divaksin dan imunisasi sesuai aturan. Ada "Buku Kuning" untuk bukti catatan vaksin dan imunisasi si anak dari mulai bayi baru lahir sampai dengan umur 16 tahun yang dianggap dewasa. Jika tidak memenuhi standard vaksin yang ditetapkan maka si anak tidak bisa sekolah.
Si orang tua yang menghambat anaknya untuk bisa sekolah maka dalam aturan Jerman bisa masuk penjara. Di Jerman anak tidak sekolah maka si orang tua bisa berakibat masuk penjara.
ADVERTISEMENT
Jangankan tidak sekolah, dari pengalaman saya pribadi saya seringkali sulit pulang ke Indonesia bersama keluarga (anak-anak) karena umumnya waktu liburan kerja saya, waktu liburan kerja istri saya dan serta anak-anak saya sering kali tidak sama.
Tapi kami tidak membuat anak kami berani membolos. Jika sampai ketahuan anak kita 1 hari saja bolos sekolah karena dibawa pulang ke Indonesia, lalu di Bandara Jerman ketahuan polisi, maka saya ditangkap serta disidang! Dendanya ngeri bung. Kalau sampai lebih dari 1 minggu bolosnya maka (saya dengar) bisa dipenjara bung si orang tua.
Nah, kembali ke vaksin dan imunisasi. Jadi, meskipun dalam aturan hukum secara langsung saya ndak tahu persis apakah vaksin dan imunisasi wajib atau tidak di Jerman, tapi secara tidak langsung hukumnya wajib. Jika anak tidak divaksin atau imunisasi maka si anak tersebut tidak bisa sekolah. Jika ini terjadi, si orang tua bisa berakibat masuk penjara karena tidak sekolahkan anaknya.
Ilustrasi imunisasi anak.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi imunisasi anak. (Foto: Thinkstock)
Ada catatan penting: Memang tidak ada aturan langsung anak yang tidak divaksin maka si orang tua langsung masuk penjara. Akibatnya, ada yang salah paham di sini bilang Jerman tidak wajibkan vaksinasi. Padahal aturannya jelas, anak yang tidak divaksin maka tidak bisa sekolah. Anak yang tidak bisa sekolah itu tanggung jawab orang tua, serta si orang tua menurut aturan Jerman bisa masuk penjara jika anaknya tidak sekolah.
ADVERTISEMENT
Tapi kenapa Pemerintah Jerman begitu tegas dengan Aturan Vaksin dan Imunisasi. Jawabnya dalam sebuah diskusi pernah saya ikuti salah seorang Pakar menjelaskan: "Kita (Jerman, red) tidak mau mempunyai generasi yang hilang karena anak-anaknya terkena penyakit yang seharusnya 100% bisa dicegah".
Penyakit-penyakit yang terjadi karena para anak-anak yang tidak divaksin atau tidak diimunisasi menyebabkan si anak sakit Folio, Cacar, Diptheri, dan penyakit mengerikan lainnya. Ini kerugian besar bagi suatu bangsa.
Bukannya terlahir generasi-generasi yang sehat phisik dan cerdas, justru karena kelalaian tidak divaksin dan diimunisasi menghasilkan para generasi muda yang penyakitan. Ini kerugian amat besar: Kehilangan Generasi.
Lantas bagaimana pada masyarakat yang menolak vaksinasi dan imunisasi? Ya, mungkin ini akan jadi seleksi alam belaka yah. Generasi-generasi yang terkena penyakit karena mereka tidak divaksin atau diimunisasi akan menjadi generasi-generasi yang tidak bisa survive lagi.
ADVERTISEMENT
Mereka sayang sekali akan menjadi generasi inferior karena terkena penyakit yang tidak perlu yang sesungguhnya amat bisa dihindari. Jadilah mereka akan hilang karena seleksi alam.
Tampaknya para pakar di Jerman amat sadari bahaya itu: Akan ada generasi yang kalah dalam seleksi alam akibat kena penyakit karena tidak di-vaksin. Itu sebabnya mereka "mewajibkan" vaksin dan imunisasi pada generasi mudanya yang menjadi syarat mutlak saat anak-anaknya ingin masuk sekolah, dan negara membayar semua itu.
#dariTepianLembahSungaiElbe
Ferizal Ramli