Mahasiswa Indonesia di Sudan Meminta Dipulangkan

Muhammad Nasrullah Maruf
Mahasiswa Pascasarjana di Universitas Al-Qur'an Al-Karim, Omdurman, Sudan. IG: nas.maruf, salam kenal :)
Konten dari Pengguna
14 Mei 2020 8:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nasrullah Maruf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Duta Besar RI untuk Sudan dan Eritrea, Drs. Rossalis Rusman Adenan M.BA, memberikan langsung bantuan sembako dan alat kesehatan kepada perwakilan Keluarga Mahasiswa Aceh di Makmuroh, Khartoum, Sudan, Kamis (23/4/2020). Foto: Dokumentasi KBRI Khartoum.
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar RI untuk Sudan dan Eritrea, Drs. Rossalis Rusman Adenan M.BA, memberikan langsung bantuan sembako dan alat kesehatan kepada perwakilan Keluarga Mahasiswa Aceh di Makmuroh, Khartoum, Sudan, Kamis (23/4/2020). Foto: Dokumentasi KBRI Khartoum.
ADVERTISEMENT
Khartoum (13/5), para perwakilan mahasiswa Indonesia di Sudan yang diinisiasi oleh Persatuan Pelajar Indonesia Sudan (PPI Sudan) pada hari Selasa 12 Mei 2020 bersama ketua PPI Sudan Bani Arijan telah melakukan audiensi bertemu langsung dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Sudan dan Eritrea Drs. Rossalis Rusman Adenan M.BA di Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berkedudukan di Khartoum.
ADVERTISEMENT
Audiensi tersebut terwujud setelah sebelumnya PPI Sudan mengirim surat permohonan kepada Duta Besar yang kemudian mendapatkan jawaban positif. Menurut surat permohonan audiensi yang ditulis PPI Sudan kepada Duta Besar RI yang berkedudukan di Khartoum tersebut bahwa para perwakilan mahasiswa Indonesia ingin mendiskusikan terkait penanganan dan perlindungan mahasiswa Indonesia di Sudan dari pandemi corona dan lockdown di saat pandemi corona.
Mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia tersebut melihat bahwa kasus corona dan dampaknya bagi kelangsungan mereka di Sudan semakin mengkhawatirkan dan tidak menentu, ditambah sulitnya para mahasiswa yang sakit mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai di rumah sakit, menurut Wali salah satu mahasiswa pascasarjana asal Jakarta bahkan ada rekannya yang terindikasi corona namun hingga satu minggu menghubungi Call Center Kesehatan tidak juga ditanggapi untuk mendapatkan rapid test.
ADVERTISEMENT
Wali juga menyampaikan jika mahasiswa membutuhkan safe house dan dokter khusus bagi yang terindikasi sampai adanya kejelasan terkait penyakit mahasiswa yang sakit yang kemudian ditanggapi positif oleh Duta Besar. Selain itu, mahasiswa asal Aceh Muamar juga menyampaikan bahwa sampai saat ini banyak mahasiswa yang kesulitan dan membutuhkan secepatnya bantuan secara tunai selain dari sembako.
Menurutnya hal tersebut dikarenakan banyak dari keluarga mahasiswa di Indonesia yang sama-sama terdampak hingga akhirnya banyak dari mahasiswa di sini yang kesulitan untuk membeli kebutuhan dan khawatir tidak mampu lagi untuk membayar sewa indekos mereka.
Muamar juga menambahkan bahwa sampai saat ini seluruh mahasiswa di Sudan tidak ada yang kuliah daring maupun kuliah semacamnya, ini sudah berjalan lebih dari dua bulan dan sampai saat ini tidak ada kejelasan dari pihak kampus kapan akan dibukanya kembali perkuliahan, ditambah semakin meningkatnya kasus kriminalitas yang dialami para mahasiswa Indonesia di jalan-jalan di Ibu kota Khartoum setiap harinya.
Salah seorang mahasiswa Indonesia yang ikut antri di Pom Bensin di Khartoum akibat langkanya BBM di Sudan. Senin (20/4/2020). Foto: Marifat Dzaki.
Tidak adanya jaminan kesehatan yang bisa didapatkan para mahasiswa, sulitnya mendapatkan kebutuhan seperti BBM, gas rumah tangga, sulitnya mendapatkan bantuan cash dari pemerintah daerah dan pusat serta semakin meningkatnya tindak kejahatan terhadap mahasiswa, mereka memohon agar pihak Kedutaan Besar Indonesia di Khartoum bisa mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk segera mengevakuasi mahasiswa Indonesia yang ada di Sudan.
ADVERTISEMENT
Terhitung dalam sebulan ini saja sudah lebih dari 5 kasus kriminal yang dialami para mahasiswa, dan dalam sehari pernah terjadi hingga 3 kasus di lokasi berbeda pada saat pandemi yang mengarah para warga asing di Sudan. Meningkatnya kasus kriminal di Sudan juga terkait dengan krisis politik dan ekonomi yang sampai sekarang masih melanda Sudan.
Laporan yang diumumkan pemerintah Sudan melalui Satgas COVID-19 di laman Facebook-nya Sudan Health terpantau kasus positif corona terbanyak di Sudan masih berada di Provinsi Khartoum, provinsi ini juga merupakan tempat di mana sekitar 1.000 lebih warga negara Indonesia berada.