IRON BOY, Pembawa Inovasi Mutakhir

Konten dari Pengguna
15 Mei 2018 4:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Arfan Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melihat manusia saling adu jotos mungkin biasa, namun bagaimana dengan robot yang bertarung? Kini, robot juga ditengok oleh manusia sebagai ajang pertarungan. Robot petarung menjadi sarana bagi masyarakat modern dalam menyalurkan ketertarikannya akan sebuah pertarungan robot.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Kota Bandung kini mengalami demam robot petarung. Hal itu ditunjukkan dengan menjamurnya kompetisi robot petarung di Kota Bandung. Menurut data yang kami himpun dari Komunitas Bandung Robotic Explorer, puluhan kompetisi diadakan tiap tahunnya di Bandung mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai universitas. Kejuaraan bertaraf nasional seperti Lomba Robot Nasional (BARONAS) jadi bidikan pecinta robot di tingkat universitas.
BARONAS menjadi ajang unjuk gigi antar mahasiswa se-Indonesia yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Tahun ini, kompetisi ini diadakan pada 31 Maret-1 April 2018 di Pusat RobotikaInstitut Teknologi Sepuluh November. Sebanyak 168 tim bertarung membuktikan siapa yang paling kuat.
Tim dengan nama unik muncul sebagai pemenang kedua kejuaraan ini. Tim ini bernama “Iron Man”. Bukan berasal dari Marvel, tim yang kami maksud melainkan dari Universitas Padjadjaran. Tim yang beranggotakan Mochammad Iman Fachri, Ikhsan Nurdiansi, dan Roby Setiawan ini tergabung dalam tim “Iron Man Padjadjaran”.
ADVERTISEMENT
Iron Man Padjadjaran rupanya punya jagoan andalan yang mengantarkannya menjadi juara II di ajang prestisius antara mahasiswa se-Indonesia. Bernama “Iron Boy”, robot ini berhasil mengalahkan “super hero” lainnya dari penjuru Indonesia.
Cr: Tim Dokumentasi RIPTEK HMTE Unpad
Kontingen RIPTEK Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE) Universitas Padjadjaran selepas memenangkan juara II di Lomba Robot Nasional (BARONAS), 1 April 2018.
Iman, Ketua tim “Iron Man Padjadjaran” memaparkan kepada kami mengenai sesuatu yang khas dari Iron Boy. Ditemui di sebuah kafe Kawasan Antapani pada pada Sabtu, 12 Mei 2018, Iman menejelaskan Iron boy, ternyata memiliki sesuatu yang khas dan tidak dimiliki oleh robot lain.
Iron Boy punya amunisi andalan yang dapat menaklukan lawannya. Menjadi spesial, mengingat performa dari motor dan baterai dari robot ini dua kali lebih tinggi dibandingkan robot lainnya. Kedua aspek itu memengaruhi pergerakan robot menjadi lebih kuat dan cepat.
ADVERTISEMENT
”Relatif spesifikasi kami itu tinggi, dari baterai robot dan motor kami itu bisa sampai 24 Volt. Beda sama tim lain yang hanya 12 Volt. Itu yang membuat robot kami diatas robot lain saat bertanding,” ungkap Iman.
Selain kedua aspek itu, ada unsur kabaruan lain yang dijelaskan oleh Pradipta, pelatih yang mendampingi “Iron Man” hingga jadi runner up. Pradipta yang kami wawancara via telepon pada Sabtu, 12 Mei 2018, menerangkan pentingnya Blade (senjata) dan Ban (roda) yang juga jadi elemen penting Iron Boy. Pemilihan kedua elemen itu digodok secara matang saat Iron Boy tengah dirakit.
Kekuatan motor yang mumpuni semakin terbantu dengan dorongan ban. Pradipta bercerita kepada kami, dorongan ban itu memengaruhi banyak aspek lain dalam dunia robot petarung. Pradipta menambahkan Penentuan jenis blade berkaitan erat dengan jenis ban. Iron Boy tak akan sekuat saat ini bila ban dan blade tidak cocok.
Cr: Tim Dokumentasi RIPTEK HMTE Unpad
ADVERTISEMENT
Robot Iron Boy ciptaan “Tim Iron Man Padjadjaran” yang memenangkan juara II Lomba Robot Nasional (BARONAS) 1 April 2018.
Inovasi yang telah ditorehkan oleh RIPTEK, Komunitas yang menanungi tim “Iron Man Padjadjaran” ini rupaya telah diakui langsung oleh Ruslan, tim yang tergabung dengan komunitas Bandung Robotic Eksplorer. Ruslan yang kami temui di Festival Pendidikan Kota Bandung, Balai Kota, Sabtu, 12 Mei 2018 menyatakan inovasi itu baru dan signifikan bagi perkembangan robot petarung.
“Performa yang double ini saya rasa sangat baik dalam mempengaruhi robot petarung dari RIPTEK ini. Saya harap RIPTEK mengembankan robot tersebut agar dapat bersaing dengan robot lain di kompetisi bertaraf internasional,” terang Ruslan .
Ruslan optimis, Iron Boy berpeluang menjuarai kompetisi di level internasional. Meski sama-sama optimis, Pradipta merasa perlu dalam melakukan pengembangan lebih lanjut Iron Boy.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ternyata Iron Boy punya kelemahan yang harus diatasi. Permasalahan utama Iron Boy yang Pradipta perlu tingkatkan adalah soal Body (badan) robot yang masih menemui kelemahan. Pergerakan yang tangkas, dan dorongan yang kuat tidak diimbangi dengan body yang optimal. Hal ini juga dirasakan oleh Iman setelah lomba telah selesai.
Iman menyatakan perlu merakit body robot lebih “niat” lagi kedepannya. Jika kembali bertarung, RIPTEK sebagai komunitas Iron Boy dirakit berharap mendapat suntikan dana lebih dalam sebuah kejuaraan. Iman membeberkan,“Dana sih yang jadi permasalahan utamanya.”
Selain masalah uang, tidak adanya payung yang menanungi seluruh komunitas robot petarung se-Indonesia membuat berbagai komunitas robot di daerah “tercecer-cecer” . Ketika RIPTEK berkesempatan berlomba di Jepang, Iman saat itu lebih membawa nama komunitasnya ketimbang nama Indonesia. Sebuah komunitas menurut Ruslan titik vital bagi pecinta robot dalam menuangkan idenya.
ADVERTISEMENT
Tengok saja komunitas Bandung Robotic Eksplorer, 600 anggotanya digodok menghasilkan inovasi dalam dunia robitik. Anggota dari komunitas Ruslan rasa akan lebih cepat berkembang ketimbang mereka yang hanya swadidik melalui internet. “Di komunitas, anggota akan dipancing agar memiliki sifat yang kompetitif,” ungkap Ruslan.
Cr: Muhamad Arfan Septiawan
Robot ciptaan Bandung Robotic Eksplorer pada Festival Pendidikan, Sabtu, 12 Mei 2018
Selain menengok Bandung Robotic Eksplorer, lihat pula siswa SMP Negeri 7 Kota Bandung yang mendapat enam emas sekaligus dari kompetisi robot. Ajang 5th International Islamic School Lombok Olympiad menjadi pembuktian bagi teknorat Indonesia di masa depan sudah unggul sejak di bangku SMP.
Ditemui dalam Festival Pendidikan, Vaskorio Beta, Ketua dari ekstrakulikuler ini berkisah mengenai ektraskulikuler yang mengubah dirinya. Sebelum bergabung dengan komunitas, Vaskorio kesulitan mengembankan minatnya. Namun, perubahan ditunjukan saat ia makin sering merakit robot melalui ektrakulikuler ini.
ADVERTISEMENT
Antusias yang tinggi dilihat dari banyaknya peserta dalam suatu perlombaan robot petarung. Di komunitas, anggotanya bisa terfasilitasi lebih jauh dalam mengikuti kompetisi. Tak sampai disitu, anggota dari Bandung Robitic Eksplorer akan mendapat pendampingan mulai dari pengerjaan sampai kompetisi usai.
Bukti konkret dari ini adalah banyaknya anggota Bandung Robotic Eksplorer yang menuai prestasi. Dalam data yang kami kumpulkan, Bandung Robotic Eksplorer berhasil mendominasi di ajang Indonesian Robotic Olympiad pada 2016. Kontingen dari Bandung Robotic Eksplorer mendapat juara 1,2, dan 3 di kategori pemula dan juara 2 di kategori reguler.
“Kalau kami merasa ekstrakulikuler atau komunitas robot selain bisa mendapat teman yang punya hobi sama, juga bisa mengembangkan kemampuan kita (Vaskorio dkk) dalam dunia robotik,” tutur Vaskoria.
ADVERTISEMENT