2 Tahun Kumparan: Cercaan dan Pujian yang Menguatkan

Muhammad Darisman
Asisten Redaktur kumparanBisnis. Menulis dan editing konten isu ekonomi dan bisnis. Membuat konten Multichannel.
Konten dari Pengguna
17 Januari 2019 16:44 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kumparan di Jimbaran Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
kumparan di Jimbaran Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Tepat hari ini, setahun lalu, artikel berjudul Setahun kumparan: Jawaban Hari Ini, Harapan untuk Hari Depan saya tulis. Kala itu, saya yang baru tiga bulan menjadi bagian dari media yang bermarkas di Jati Murni ini, berani melihat hal itu sebagai harapan.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, saya menjadi saksi satu demi satu harapan itu mulai mewujud--Setidaknya, begitulah yang terasa secara pribadi. Media ini kian hari kian melaung. Dari yang tadinya punya karyawan 200, jadi 400. Dari punya satu markas, kini jadi dua. Dari yang media partner-nya hanya 10, sebentar lagi 37.
1 Tahun kumparan Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
1 Tahun kumparan Foto: kumparan
Benar adanya, kian hari kian banyak yang memuji. Dan tak dimungkiri, selama kurun waktu itu tentu banyak pula cercaan. Itu hal biasa. Sebagaimana pepatah tua Minang nan tak lekang oleh zaman: 'Sabanyak urang nan sayang, sabanyak itu pulo nan banci' (Sebanyak orang sayang, sebanyak itu pula yang benci).
Lambat laun saya memahami, kantor seolah membisikkan kepada saya: "Jangan takut dihujat, jangan berpikir harus menjadi seperti yang orang ini atau itu mau. Selama tetap apa adanya dan bertumpu pada kebenaran, kita akan baik-baik saja".
ADVERTISEMENT
Bisikan itu saya temukan buktinya kemudian. Jika boleh mengambil satu contoh, sebut saja saat tsunami menerjang Anyer. Saya tengah libur kala itu, notifikasi berita kumparan masuk ke telepon selular. Sejak detik itu, saya fokus mengikuti perkembangan pemberitaan.
Dalam beberapa menit saja, feed Instagram kumparan yang bertuliskan Breaking News: Tsunami Terjang Pantai Anyer habis-habisan dihujat warganet.
"kumparan hoaks."
"kumparan jangan bikin resah deh."
"Fiks langsung unfollow."
Dan ada ratusan lagi cercaan serupa yang masuk dalam hitungan menit saja. Apa pasal? Sebab, malam itu kumparan satu-satunya media yang menuliskan bahwa bencana yang menelan ratusan korban jiwa itu adalah tsunami. Selebihnya menggunakan diksi 'gelombang pasang' atau 'air bah'.
Bolak balik Safari, Twitter, Instagram, dan aplikasi kumparan, saya lakoni malam itu. Bahkan, saya khawatir serta berharap feed dan berita itu diturunkan, atau minimal diganti diksinya. Terlebih satu jam kemudian, akun Twitter resmi BNPB dan BMKG membuat cuitan bahwa yang terjadi di Anyer hanya gelombang pasang akibat purnama.
ADVERTISEMENT
Rasanya saya ingin berkata: "Segera ubah". Tapi apa lacur, kumparan kadung dihujat. Dan yang terjadi, berita itu tak kunjung diturunkan, beberapa anggota tim di grup WhatApps kantor mulai berdebat, mengumpulkan data, melakukan analisis. Hingga menemukan kesimpulan: Itu tsunami, yang disebabkan oleh Gunung Anak Krakatau. Dan kita (BMKG) tak punya deteksi tsunami selain yang disebabkan oleh gempa.
Ya, hal serupa pernah terjadi tahun 400-an pada Gunung Krakatau Purba, lalu 1883 pada Gunung Krakatau. Keduanya menimbulkan tsunami maha dahsyat. Analisis ini jadi salah satu alasan tetap bertahan--meski harus berlawanan arah dengan dua lembaga kebencanaan itu.
Hal belakangan yang kami sadari malam itu, fakta bahwa Pemimpin Redaksi kami, Arifin Asydhad, berada di Anyer. Adalah dari mas Asy data-data untuk berita itu didapat pertama kali. Di grup, ia mengirim foto mobil terseret ombak dan menghantam pohon (yang tak lain itu mobilnya). Beberapa letusan yang sore hari ia saksikan juga jadi salah satu alasan penguat.
ADVERTISEMENT
Barulah tiga jam kemudian, usai konferensi pers, BMKG menyatakan itu tsunami. Malam itu menjadi tiga jam paling mendebarkan selama saya berada di kumparan. Tsunami senyap itu membawa keributan.
Itu juga menjadi satu hari di mana Kami mendapat banyak cercaan dan pujian secara berbarengan. Hari itu saya menyadari keduanya hal yang wajar dan akan selalu Kami temui sepanjang perjalanan. Hanya saja, cercaan itu tak untuk jadi alasan melemahkan. Sebaliknya pujian juga jangan sampai melenakan. Justru keduanya adalah hal yang menguatkan selama ini.
Kini, dua tahun sudah usianya, dan 15 bulan sudah saya menjadi bagian. Sejak memutuskan untuk berada di dalam selama yang saya bisa, Sejak itu pula saya akan berlapang dada menerima pujian dan cercaan warganet yang tak akan pernah habis. Dan, saya percaya kumparan, seberapapun mengutamakan kecepatan, ia tak akan melupakan verifikasi dan akurasi--dua nyawa yang menghidupi media.
ADVERTISEMENT
kumparan, 17 Januari 2019. Dalam rangka menghayati ulang tahun yang kedua.
____
Kamu bisa mengetahui apapun mengenai kumparan dengan mengeklik akun Life at kumparan.
#percayakumparan #duatahunkumparan