Menyimak Sukarno Punya Cerita (2)

Muhammad Darisman
Asisten Redaktur kumparanBisnis. Menulis dan editing konten isu ekonomi dan bisnis. Membuat konten Multichannel.
Konten dari Pengguna
1 Juni 2018 21:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tulisan Menyimak Sukarno Punya Cerita bagian satu, saya membahas mengenai kedekatan Bung Karno dengan Tan Malaka. Mulai dari pemikiran hingga surat wasiat sang proklamator yang kontroversial: Menyerahkan pimpinan negara kepada Tan Malaka jika terjadi keadaan darurat.
ADVERTISEMENT
Lalu, tulisan bagian kedua ini membahas tentang sisi lain Sukarno. Dari perintah pertamanya sebagai presiden yang cukup unik, yakni sate ayam lima puluh tusuk, lalu soal kendaraan dinas Presiden Pertama Indonesia yang merupakan mobil curian, hingga mengenai Bung Besar pernah bokek.
Soekarno Punya Cerita (Foto: Ajo)
Doa Monumental 1 Juni 1945
Hari ini diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. 73 tahun lalu, Bung Karno menyampaikan pidato di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pidato ini dianggap sebagai salah satu pidato bersejarah Bung Karno yang paling monumental dan mengguncang dunia. Peristiwa inilah yang akhirnya ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.
Sebelum berdiri di sidang BPUPKI ini, dari malam hingga memasuki dini hari di tanggal 1 Juni, Bung Karno dilanda kegundahan yang menyebabkannya tidak bisa tidur.
ADVERTISEMENT
Lalu, Bung Karno melangkah ke bagian belakang rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Ia menengadahkan wajah ke langit sembari mengangkat kedua tangan, Bung Karno berdoa.
Setiap kali berpidato setelah itu, ia akan selalu menceritakan kisah tersebut dengan meneteskan air mata. Ia akan berhenti sejenak dan berkata “Maaf, kalau saya ingat ini, selalu terharu”.
Sate Ayam Lima Puluh Tusuk
Di balik cerita heroik dalam memproklamasikan kemerdekaan, ada cerita unik mengenai Bung Karno, sesaat setelah ia terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia.
Perintah pertamanya bukan menandatangani dekrit atau membentuk kabinet, melainkan memangil tukang sate.
“Sate ayam lima puluh tusuk,” teriak Bung Karno.
Lantas ia menyantap sate itu di pinggir jalan dekat selokan. Kebiasaan tersebut berlanjut. Bung Karno acapkali mengajak satu dua pengawal ke luar istana untuk mencari sate. Mereka akan makan bersama sambil jongkok di pinggir jalan atau duduk di bahu trotoar.
ADVERTISEMENT
Bung Karno pun Pernah Bokek
Lukisan Soekarno (Foto: Ajo)
Suatu hari Bung Karno mengutus stafnya untuk memanggil T. D. Pardede, pengusaha asal Medan, untuk ke Jakarta. Mereka bertemu dan berbincang dengan menteri saat itu. Usai pertemuan, Bung Karno mengajak kenalannya itu ke pojok ruangan seraya berkata “Bisa kau pinjamkan aku uang?”
Pardede kebingungan, lalu mengeluarkan uang seribu dolar dari jas. Namun Bung Karno hanya mengambil secukupnya dan mengembalikan sisanya.
Kejadian lain, saat ia berjalan dengan Tri, mantan polwan yang pernah bekerja padanya. Waktu itu ia tidak lagi menjabat. Ia melihat rambutan, dan meminta Tri untuk membelikan. Jadilah kisah mantan polisi membelikan rambutan untuk mantan presiden yang bokek.
Mobil Curian untuk Kendaraan Dinas Sukarno
Kendaraan dinas Presiden Pertama Indonesia yaitu mobil limosin merek Buick Besar mobil tercantik se-Jakarta ketika itu. Dengan kapasitas penumpang 7 orang, tampilan mewah, dan bisa menjaga percakapan rahasia presiden di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, mobil tersebut kepunyaan seorang Jepang yang menjabat Kepala Jawatan Kereta Api. Sudiro, salah satu pengikut presidenlah yang punya ide untuk mengambil mobil tersebut. Ia mendatangi rumah tersebut, lalu meminta kunci mobil kepada sopir yang kebetulan dikenalnya.
“Saya mau ‘curi’ mobil ini untuk presiden kita, Pak Karno. Beliau Presiden kita. Paham?” tutur Sudiro.
Si sopir yang memiliki rasa nasionalisme memberikan mobil tersebut. Sudiro memintanya untuk pulang ke Jawa Tengah agar tidak dimarahi majikannya.
Kini, kendaraan kepresidenan itu tersimpan rapi di Gedung Joang 45 bersama kisah lucu di baliknya.
Sumber: Sejarah RI. 2016. Soekarno Poenja Tjerita. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.