Terima Kasih Om Yon, Atas Lagu-lagu untuk Orang Bersuara Cempreng

Muhammad Darisman
Asisten Redaktur kumparanBisnis. Menulis dan editing konten isu ekonomi dan bisnis. Membuat konten Multichannel.
Konten dari Pengguna
5 Januari 2018 19:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yon Koeswoyo. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Yon Koeswoyo. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pagi ini (5/1), Koesyono Koeswoyo alias Yon Koeswoyo, salah satu anggota Koes bersaudara yang kemudian menjadi Koes Plus, mengembuskan napas terakhirnya dalam usia 77 tahun. Dunia musik Tanah Air sangat berduka atas kabar ini. Saya juga ikut berduka— meskipun saya bukan anggota Jiwa Nusantara dan tidak tau semua lagu dalam 89 album mereka— karena banyak lagu-lagu yang menjadi penanda atas beberapa kenangan yang saya ingat.
ADVERTISEMENT
Saya memang belum lahir pada saat-saat kejayaan Koes Plus era 70-80an, saya terlambat 1 dekade. Tetapi lagu-lagunya, baik secara sengaja atau tidak sesekali terdengar sampai ke telinga saya sejak akhir 90an sampai sekarang. Lebih dari itu, masa SMP saat saya mulai beranjak remaja, warna suara tumbuh lebih cepat dari umur saya. Suara tipikal serak, cempreng, serta terdengar seperti suara bapak tua, membuat saya kesulitan memilih lagu.
Ini merupakan kesialan sekaligus keuntungan bagi saya pada masa-masa itu. Sialnya, untuk lagu-lagu pop yang booming pada masa itu, saya tidak bisa berbahagia untuk ikut menyanyikan. Namun, untungnya menurut saya, kesialan itu memaksa saya bergerak ke belakang untuk pilihan lagu. Iwan Fals, Ebiet G Ade, serta Koes Plus, menjadi 3 teratas yang setia saya dengar dan nyanyikan. Sederhananya, saya merasa suara saya yang lawas, serak cempreng hanya cocok dengan lagu-lagu lama.
ADVERTISEMENT
Kemudian, saya berusaha untuk mengenang John Lennon-nya Koes Plus, yang hanya saya kenal lewat lagu ini. Di antara saudara-saudaranya, Yon yang paling setia untuk bertahan dengan Koes Plus. Sejak memulai di tahun 60an dari Koes Bross, menjadi Koes Brother yang berganti nama Koes Bersaudara, lalu selama redup terangnya Koes Plus, dari 1969 sampai sebelum jatuh sakit, hanya Yon yang tidak pernah meninggalkan band keluarga itu.
Lagu yang paling mengena bagi saya adalah Andaikan Kau Datang yang memiliki kenangan saya akan jatuh cinta pertama kali, lalu berpisah ketika sedang bahagianya. Lalu ada lagu Bujangan dan Buat Apa Susah yang menemani masa-masa kacau dan menganggur saya selepas SMA. Hati senang walaupun tak punya uang, hooo. Ada Diana yang begitu pas dengan kehidupan kuliah saya ketika mengenal Diana yang walaupun tidak sampai menjadi kekasih. Selain itu saya juga menyukai Dara Manisku, Cubit Cubitan, Manis Sayang, Kolam Susu, hingga Kisah Sedih di Hari Minggu yang kalau tidak salah saya tau karena sebuah sinetron. Saya merasa musik mereka disesuaikan dengan suara saya.
ADVERTISEMENT
Jalan Panjang Om Yon dan Koes Plus
Yon Koeswoyo bersama Koes Plus (Foto: Facebook/Koes Plus)
zoom-in-whitePerbesar
Yon Koeswoyo bersama Koes Plus (Foto: Facebook/Koes Plus)
Di antara Koes Bersaudara, Adalah Tony yang awalnya memiliki bakat musik dari ayahnya yang bisa bermain gitar dan Mandau. Ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan mengajarkan musik kepada adik-adiknya, Yok, Yon, yang kemudian disusul oleh Nomo yang kembali dari pengembaraan. Ditambah dengan Jhon, mereka akhirnya membentuk Koes Bross yang kemudian diganti menjadi Koes Brothers (Koes Bersaudara).
Sebelum menyanyikan lagu-lagu The Beatles, lagu yang mereka tampilkan untuk acara ulang tahun, sunatan, dan pernikahan, adalah lagu Kalin Twin, Everly Brothers, Henry Belafonte dan masih banyak lagi lagu barat yang sedang tren. Karir mereka mulai naik sejak Tony berhenti kerja dan mulai menciptakan lagu.
Album pertama Koes Bersaudara berisi 12 lagu diluncurkan bertepatan dengan perhelatan Asian Games di Jakarta tahun 1962. Kehadiran Koes Plus bersamaan dengan aliran yang pada masa itu disebut ngak-ngik-ngok, atau musik pop yang masuk melalui majalah asing, piringan hitam, dan melalui siaran radio. John hanya ikut sampai album pertama ini, dan keluar setelah itu.
ADVERTISEMENT
Kemunculan The Beatles membawa aliran rock ‘n’ roll dianggap sebagai “generasi bunga” yang suka huru-hara dan antikemapanan, sehingga meresahkan penguasa dimanapun. Tetapi, lagu-lagu mereka digemari generasi muda termasuk Indonesia. Band Dara Puspita dan Koes Bersaudara juga mulai mengikuti gaya The Beatles. Bahkan dandanan Koes Bersaudara mengikuti penampilan panggung mereka, rambut berponi, sepatu berhak dan ujungnya lancip, serta menggunakan celana ketat.
Malangnya, memasuki akhir masa pemerintahan Orde Lama, hal-hal yang bersifat kebaratan dilarang pemerintah, bersama Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Radio-radio hanya boleh memutar lagu nasionalis, piringan hitam The Beatles, Rolling Stones dan sejenisnya ditarik dari pasaran, serta seluruh Band dilarang menggunakan kostum ala-ala The Beatles.
Pada satu penampilan tahun 1965, dalam penampilannya, Yok bersaudara pernah dilempari batu dan diteriaki Imperialis, kapitalis, dan segala macamnya. Pada Juni 1965 mereka dijemput mobil kejaksaan dan ditahan di Glodok. Selama mereka di penjara, banyak terjadi protes dari penggemar mereka kepada pemerintah, dan mereka tetap menciptakan lagu dari balik jeruji. Mereka baru dibebaskan tanpa alasan sehari sebelum meletusnya G 30 S PKI.
ADVERTISEMENT
Setelah bebas, mereka mulai dibanjiri tawaran manggung. Namun, Nomo keluar dan kemudian digantikan Murry, ini juga alasan hadirnya nama Koes Plus tahun 1969. Kemudian dalam perjalanannya, Nomo kembali bergabung. Sepanjang 70-80an adalah masa kejayaan mereka. Banyak band yang kemudian muncul menirukan mereka, seperti Panbers, Mercy’s, dan lain-lain.
Kembali mereka mengalami masa redup ketika Tony berpulang tahun 1987. Sejak itu mereka kehilangan penggerak Koes Plus. Yon bahkan sempat mengeluarkan album solo, dan Koes Plus selalu silih berganti personel. Hal inilah alasannya kenapa Yon yang paling tau pasang surutnya koes Plus.
Potret Yon Koeswoyo di rumah duka. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Yon Koeswoyo di rumah duka. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Hari ini, ia berpulang untuk selamanya. Membawa segudang cerita suka dukanya Bersama Koes Plus. Doa adalah penghargaan yang pantas diberikan oleh seluruh musikus Tanah Air, sebab bagaimanapun ia termasuk pelopor cikal-bakal pop di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terima kasih Om Yon, atas lagu-lagu yang ramah untuk orang-orang bervokal cempreng dan serak seperti saya. Mulai hari ini tentu saja hanya lewat Koes Plus kami bisa mengingatmu.
Selamat Jalan, semoga tetap dikenang masyarakat Indonesia, sebagaimana saya mengenang Diana.