news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pertunjukan Wayang Golek Cepak Tegalan Jamaludin The Robber

Muhammad Fadly
Hi, I'm Fadly, Graduated student of Javanese Studies Program, Universitas Indonesia.
Konten dari Pengguna
11 Oktober 2020 13:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fadly tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wayang sudah diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada 7 November 2003 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, arti wayang sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sebuah boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional, biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang. Sedangkan menurut Darmoko (2004), pengertian wayang mengacu pada boneka, pertunjukan, kisah, dan orang-orang yang menari. Berbicara mengenai wayang, maka akan muncul beragam wayang yang dikenal oleh masyarakat kita, khususnya yang terkenal adalah wayang kulit, wayang golek, maupun wayang orang, akan tetapi menurut Pandam Gurito dalam Dwi Woro R. Mastuti (2004) menguraikan bahwa terdapat 28 jenis wayang. Wayang tersebut antara lain; wayang purwa; wayang gedog; wayang menak; wayang wahyu; wayang golek; wayang sasak; wayang Betawi; wayang banjar; wayang palembang; wayang golek menak; wayang klithik; wayang beber; wayang topeng; wayang jemblung, dan sebagainya. Akan tetapi, yang akan menjadi pembahasan dalam tulisan wayang golek cepak tegalan.
ADVERTISEMENT
Perkembangan wayang golek sendiri, bermula dari berkembangnya wayang kulit yang asalnya tidak diketahui secara jelas. Wayang golek bermula pada awal abad ke-16. Pada tahun 1840 lahir sebuah lakon Ramayana dan Mahabharata dengan wayang golek purwa. Kelahiran wayang golek diprakasai oleh Wiranata Koesoemah III di mana pada akhir masa jabatannya memerintahkan Ki Darman (pengrajin kulit asal Tegal) untuk membuat wayang dari kayu. (Sutarno, 1995). Masyarakat luas mengenal wayang golek berasal dari Jawa Barat, akan tetapi di Tegal sendiri, berkembang wayang golek cepak tegalan yang di prakasai oleh Almarhum Ki Enthus Susmono, yang memperkenalkan tokoh Lupit Slentheng. Lantas apa yang membedakan wayang golek cepak tegalan dengan wayang golek Sunda?
Pertunjukan Wayang Golek Cepak Tegalan
Pertunjukan wayang golek tersebut diiringi musik yang pada wayang golek biasanya, seperti gambang, rebab, kecrek, demung, kendang, gong, slentem, peking, dan saron.
ADVERTISEMENT
Bentuk dari wayang cepak tegalan ini, hampir serupa dengan wayang golek khas Sunda, berbentuk 3 dimensi, dapat dilihat, diraba, dan dipegang. Mengenai bentuk wajah dari wayang tegalan ini sangat beragam. Ada wayang yang berparas ayu dan bagus adapula yang berparas cenderung menyeramkan, semua tergantung dengan karakter dalam wayang tersebut.
Bahasa yang digunakan dalam wayang golek cepak tegalan ini menggunakan beberapa bahasa, dalam lakon Jamaludin The Robber yang dibawakan oleh dalang Ki Sri Waluyo, S.Sn., beliau membawakan lakon ini dengan bahasa Jawa dialek Jawa Tengahan, Jawa dengan dialek a (atau biasa disebut ngapak atau Tegal), bahasa Indonesia, dan sedikit menggunakan kosa kata bahasa Inggris. Hal ini dimungkinkan karena penonton yang hadir dalam pagelaran tersebut sangat beragam dan tak sedikit yang berasal dari mancanegara.
ADVERTISEMENT
Tokoh utama dalam pertunjukan wayang ini adalah Jamaludin. Tema dari lakon tersebut adalah percintaan yang tidak direstui dan dari akar permasalahan tersebut muncul konflik-konflik baru yang disajikan dalam lakon. Selain Jamaludin, Siti Sutijah juga merupakan tokoh utama karena semua konflik terjadi akibat perbuatan keduanya, di mana mereka saling mencintai, akan tetapi cinta mereka tidak direstui oleh ayahanda Siti Sutijah yang merupakan seorang bupati.
Dengan pementasan wayang golek gaya Tegal menunjukan bukti bahwa kita telah melaksanakan upaya melestarikan kebudayaan nasional serta kesenian yang sesuai dengan kepribadian dan jati diri bangsa. Pementasan wayang golek mampu menjadi tontonan yang memberi hiburan rekreatif di tengah-tengah kesibukan aktivitas kerja sehingga terbebas dari kepenatan serta kejenuhan tugas.
ADVERTISEMENT