Google, Twitter, Facebook, Masih Setengah Hati Setop Iklan SARA

18 September 2017 8:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Konten negatif belum sepenuhnya lepas dari Google. Portal berita BuzzFeed menemukan raksasa teknologi itu masih membiarkan pengiklan berkampanye di platform-nya dengan nada penuh kebencian kepada suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
ADVERTISEMENT
Dari hasil investigasi yang dilakukan BuzzFeed, platform iklan Google memperbolehkan pengguna menjual iklan dengan kata-kata rasial seperti "parasit Yahudi," "Yahudi jahat," dan "orang kulit hitam menghancurkan segalanya."
Platform iklan Google bahkan menyarankan frasa kebencian lain yang tidak jauh berbeda, seperti misalnya mengetik "mengapa Yahudi menghancurkan segalanya" disarankan menjadi "Yahudi mengontrol bank."
Iklan dengan kata-kata tersebut sempat diaktifkan dan ditayangkan BuzzFeed pekan ini. Iklan tersebut dapat terlihat saat mereka mencari kata kunci yang telah dipilihnya.
Laporan BuzzFeed ini ditanggapi oleh Senior Vice President of Advertising Google, Sridhar Ramaswamy. Perusahaan mengaku lalai dalam hal ini dan iklan-iklan bernada rasial sudah dinonaktifkan.
"Tujuan kami adalah mencegah alat pengusul kata kunci kami mengeluarkan saran yang menyinggung, dan menghentikan semua iklan yang ofensif," kata Ramaswamy seperti dikutip The Verge. "Kamu memiliki bahasa yang menginformasikan pengiklan saat iklan mereka menyinggung dan karena itu ditolak. Dalam hal ini, iklan tidak bertentangan dengan sebagian besar kata kunci, namun kami tidak menangkap semua saran yang ofensif ini. Itu tidak cukup baik dan kami tidak membuat alasan. Kami sudah menonaktifkan saran tersebut, dan iklan apa pun yang berhasil lolos, dan akan bekerja lebih baik agar kejadian ini tidak terjadi lagi."
Mesin pencari Google. (Foto: FirmBee/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Mesin pencari Google. (Foto: FirmBee/Pixabay)
Google bukan satu-satunya yang mengalami kasus yang sama. Twitter dan Facebook disebut juga membiarkan pengiklan mengeluarkan iklan dengan kata-kata kebencian terhadap golongan tertentu.
ADVERTISEMENT
Dari catatan The Daily Beast, yang juga melakukan pengujian singkat alat iklan di platform Twitter, memperlihatkan 18,6 juta akun "kemungkinan" terlibat dengan kata "Nazi," sementara 14,5 juta pengguna lain dapat ditarik oleh kata bernada rasial.
Twitter sendiri berkata iklan dengan ujaran kebencian itu sudah masuk daftar hitam selama bertahun-tahun. Perihal temuan The Daily Beast, Twitter mengaku beberapa kampanye iklan tersebut lolos karena ada bug di platform-nya yang diklaim sudah diperbaiki.
Sementara Facebook, mengklaim sudah menutup kemampuan yang memungkinkan pengiklan memakai kata-kata yang tidak pantas, setelah investigasi ProPublica menemukan pengguna bisa beriklan dengan kata kunci seperti "pembenci Yahudi" atau "Hitler tidak melakukan kesalahan apa pun."
"Standar komunitas kami melarang orang menyerang berdasarkan karakteristik mereka yang dilindungi, termasuk agama, dan kami melarang pengiklan membedakan orang berdasarkan agama dan atribut lainnya," tulis pernyataan resmi Facebook. "Namun, ada kalanya konten muncul di platform kami yang melanggar standar kami. Kami tahu kami masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan."
ADVERTISEMENT