Kominfo Bantah Gosip Mesin Sensor Internet Dipakai untuk Sadap

9 Oktober 2017 15:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) akan segera membangun mesin sensor konten negatif di Internet setelah menentukan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) sebagai pemenang lelang. Di tengah proses pengadaannya, muncul isu yang menyebutkan alat tersebut memiliki sistem deep packet inspection (DPI).
ADVERTISEMENT
DPI sendiri merupakan teknologi yang diterapkan di router dan bisa difungsikan banyak hal, mulai dari filter dan blokir konten Internet, mendeteksi serangan malware hingga memantau aliran data secara real-time.
Fungi yang disebut terakhir ini yang dikhawatirkan akan terjadi pelanggaran keamanan privasi masyarakat, karena operator dapat memantau aliran data atau pengumpulan data dari masyarakat.
Kabar tersebut langsung dibantahkan oleh Dirjen APlikasi Informatika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan. Dalam jumpa pers Senin (9/10), Semuel menyebut mesin sensor Internet mereka tidak memakai sistem DPI, melainkan memakai sistem crawling.
"Sistem ini bukan sistem yang digosipkan di luar ada DPI. Kita tidak membeli sistem DPI," kata pria yang akrab disapa Semmy. "Sistem crawling adalah sistem yang tadinya orang secara manual membuka website satu-satu (untuk penanganan konten negatif) sekarang dilakukan otomatis karena ada bot dan AI yang dipasang. Mesin akan crawling, menganalisis konten-konten negatif tersebut."
ADVERTISEMENT
Tujuan diadakannya mesin sensor Internet ini adalah untuk menyaring Internet Indonesia dari konten-konten bermuatan negatif, seperti pornografi, terorisme, separatisme, kekerasan terhadap anak, dan konten lainnya yang melanggar undang-undang.
Mesin sensor Internet ini nantinya akan disediakan oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), setelah perusahaan dinyatakan sebagai pemenang lelang pengadaan mesin sensor Internet dengan harga penawaran Rp 198 miliar dan harga koreksi Rp 194 miliar.
Lelang pengadaan mesin sensor internet ini dibuka pertama kali pada 30 Agustus 2017 lalu. Semuel mengungkapkan ada 72 perusahaan yang mendaftar, namun hanya ada 21 yang mengirim dokumen, dan diseleksi terus hingga keluar nama PT Inti sebagai pemenang.
Kemkominfo menargetkan mesin ini bisa mulai berjalan pada Januari 2018 nanti. Tapi, Semuel mengatakan Kemkominfo masih membutuhkan partisipasi masyarakat untuk mengadukan konten negatif walau sudah ada mesin ini.
ADVERTISEMENT
"Target pertama saya pornografi, saya fokuskan ke sana, karena kejahatan seks sangat tinggi. Ini yang perlu diutamakan," ujar Semuel.