Mengenal Kudo, Startup E-commerce O2O yang Akhirnya Dibeli Grab

3 April 2017 15:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Aplikasi Kudo di ponsel Android. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Berita mengejutkan dalam industri digital Indonesia datang pada awal April ini. Grab selaku pemain besar dalam bisnis jaringan transportasi online mengumumkan kesepakatan untuk mengakuisisi startup Kudo yang menyediakan perdagangan online to offline (O2O). Kudo adalah singkatan dari 'Kios untuk Dagang Online.' Pada dasarnya layanan mereka ingin menjembatani antara dunia perdagangan online dan offline. Model bisnis yang diusung Kudo memungkinkan siapa saja menjadi agen atau reseller untuk menjual berbagai produk dari toko online yang telah jadi mitra Kudo. Agen-agen ini bakal dibekali komputer tablet dan aplikasi Kudo untuk menawarkan produk kepada orang-orang yang belum memakai ponsel pintar, belum memakai Internet, atau tidak memiliki kartu debit hingga kartu kredit, sehingga kesulitan dalam berbelanja online. Katalog di aplikasi Kudo diisi oleh produk-produk yang terdaftar di perusahaan e-commerce. Sejauh ini Kudo telah bermitra dengan BukaLapak, Lazada, BerryBenka, dan lain-lain. Kerja sama ini membuat Kudo menyediakan banyak pilihan karena produknya disediakan oleh banyak perusahaan e-commerce, mulai dari tiket, peralatan elektronik, busana, kosmetik, perabot rumah tangga, sampai makanan. Bahkan, Kudo juga bisa dipakai untuk membayar asuransi dan memberi pinjaman uang ke konsumen. Dua Pendiri yang Bersahabat Albert Lucius dan Agung Nugroho adalah dua sosok pendiri Kudo, yang masing-masing kini menjabat sebagai CEO dan COO. Albert diketahui sebelumnya bekerja sebagai analis di Goldman Sachs dan product engineer di Apple. Sementara Agung sempat bekerja sebagai konsultan di Boston Consulting Group. Mereka merupakan lulusan MBA dari Haas School of Business, University of California Berkeley. Keduanya juga tercatat sudah bersahabat sejak sekolah dan gemar bermain organ.
ADVERTISEMENT
CEO Grab Anthony Tan dan CEO Kudo Albert Lucius. (Foto: Grab)
Dengan pengalaman sebagai analis dan konsultan, keduanya mencoba menyelesaikan masalah masih banyaknya orang Indonesia yang belum memiliki rekening bank dan kesulitan melakukan belanja online. Model bisnis macam ini ada yang mencapai sukses di China, Jepang, Thailand, dan Rusia, yang warganya punya budaya pembayaran tunai yang sangat kuat. Hal semacam inilah yang membuat para investor tertarik untuk mengakuisisi Kudo yang sebelumnya telah diberi pendanaan oleh EMTEK, East Ventures, GREE Ventures, Singapore Press Holdings, IMJ Investment Partners, 500 Durians, Beenext, dan SkyStar. Model Bisnis Kudo bisa dibilang pionir dalam bisnis O20 di Indonesia. Startup ini telah memiliki 300 ribu agen yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah konsumen mencapai 1,6 juta. Perusahaan itu menargetkan punya 1 juta agen di tahun 2018 nanti. Baca juga: Perkuat Bisnis Online to Offline, Kudo Kejar 1 Juta Agen Kudo menarik komisi dari para merchant atau perusahaan e-commerce yang produknya terpampang di aplikasi Kudo. Komisi ini dibagi juga kepada para agen yang sukses menjual produk dalam katalog Kudo kepada para konsumen yang melakukan transaksi O2O. Saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Kudo enggan menyebut persentase bagi hasil yang mereka terapkan kepada para mitra pedagang dan para agennya. Teknologi Ada beberapa alat utama yang dibagikan Kudo kepada para agennya, yaitu tablet, aplikasi Kudo, dan fitur pembayaran online. Kudo membuat tablet Android sendiri yang bekerjasama dengan vendor asal China untuk menyediakan perangkat komunikasi kepada para agennya. Namun, sejauh ini Kudo tidak memberi tahu vendor apa yang mereka manfaatkan untuk membuat tablet. Kedua, aplikasi mobile. Aplikasi mobile Kudo dikenal bisa berjalan walau di jaringan EDGE alias 2G. Kudo harus melakukannya untuk menjawab kemungkinan para agen mereka sedang menawarkan produk-produk ke daerah di pedalaman. Mereka pun merancang agar fitur pembayaran dan transaksi di aplikasi Kudo bisa berjalan mulus walau jaringan seluler yang didapatkan adalah 2G.
ADVERTISEMENT
Aplikasi Kudo di ponsel Android. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Ketiga, tentu saja teknologi pembayaran mobile. Fitur inilah yang kemungkinan membuat Grab tertarik untuk mengakuisisi Kudo. Keunggulan jangkauan Kudo yang luas di kota-kota kecil akan memperkuat dan memperluas layanan GrabPay, serta menghadirkan solusi pembayaran non-tunai yang nyaman dalam meningkatkan pengalaman berbelanja online. "Setelah proses akuisisi rampung, tim dan platform Kudo akan terintegrasi secara penuh ke dalam ekosistem pembayaran milik Grab, GrabPay," tulis Grab dalam siaran pers kesepakatan akuisisi dengan Kudo, Senin (3/4). Selain itu, Grab juga berencana mendukung dan meningkatkan ekspansi jaringan agen Kudo di seluruh Indonesia serta memanfaatkan jangkauan Kudo yang luas untuk meningkatkan jumlah penumpang, mitra pengemudi dan pengguna GrabPay di platform Grab. Langkah Grab mengakuisisi Kudo, merupakan bagian dari komitmen investasi 700 juta dolar AS yang siap digelontorkan Grab di Indonesia selama empat tahun ke depan. Dengan demikian, bisa dipastikan nilai akuisisi ini kurang dari 700 juta dolar AS. Kantor berita Reuters pada Februari lalu melaporkan Grab setuju membeli Kudo senilai lebih dari 100 juta dolar AS, mengutip orang-orang yang dekat dengan rencana tersebut. Baca juga: Grab Resmi Akuisisi Kudo
ADVERTISEMENT