Startup Garena Ganti Nama Jadi Sea Setelah Raih Investasi Rp 7,3 T

8 Mei 2017 10:21 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kantor pusat Garena di Singapura. (Foto: Garena)
Startup teknologi Garena yang berasal dari Singapura dan salah satu yang paling bernilai di Asia Tenggara, memutuskan untuk mengganti nama dan merek menjadi Sea Ltd, setelah mereka mendapatkan investasi tahap baru sebesar 550 juta dolar AS atau sekitar Rp 7,3 triliun.
ADVERTISEMENT
Investasi kali ini diikuti oleh sejumlah pemodal, yang diketahui antara lain Farallon Capital Management, Hillhouse Capital, Cathay Financial Holding Co, serta perusahaan konglomerat makanan Uni-President Enterprises Corp, juga ikut dalam investasi ini.
Sebelumnya, startup yang didirikan oleh Forrest Li pada tahun 2009 tersebut telah mendapatkan dukungan finansial dari Tencent Holdings asal China, lalu GDP Ventures dari Indonesia, dan JG Summit Holdings dari Filipina.
Besar kemungkinan investasi tersebut akan digunakan Sea untuk mendanai persaingan melawan Alibaba yang lewat Lazada berekspansi bisnis e-commerce di Asia Tenggara, terutama Indonesia. Lawan e-commerce lain yang patut diantisipasi oleh Sea adalah JD.com yang sangat serius berbisnis di Asia Tenggara dan terakhir dilaporkan akan berinvestasi di e-commerce terbesar Indonesia, Tokopedia.
ADVERTISEMENT
Sea sendiri mengoperasikan sejumlah bisnis besar, termasuk aplikasi pesan BeeTalk, platform e-commerce Shopee, dan layanan pembayaran digital AirPay. Mereka juga menyediakan platform social game serta menjadi penerbit game besar seperti Point Blank, lalu menyediakan voucher untuk pembelian konten di dalam game.
Sea menolak untuk mengungkap valuasi perusahaan setelah menerima pendanaan baru. Mereka terahir kali menggalan dana sebesar 170 juta dolar AS yang membuat valuasi jadi 3,75 miliar dolar AS pada 2016.
Keuangan Sea terbilang baik untuk sebuah startup berusia delapan tahun karena mereka telah mencetak laba bersih. Mereka mengatakan berhasil meningkatkan laba bersih 13 kali lipat dibandingkan tahun 2011 menjadi sekitar 270 juta dolar AS (sekitar Rp 3,6 triliun) pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT