Halu! Kemerdekaan Seutuhnya Indonesia Diserahkan Kepada Pemuda Zaman Sekarang

Muhammad Gibbran Madani
Nama saya mirip seperti Kahlil Gibran. Lahir di Subang pada saat pemilihan presiden tahun 1999. Suka membaca buku, menulis, travelling, berorganisasi, dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial dalam rangka menangkap senyuman.
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2020 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Gibbran Madani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/photos/demonstration-indonesian-green-tree-5437548/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/photos/demonstration-indonesian-green-tree-5437548/
ADVERTISEMENT
Dalam sepanjang hidup, apa kalian pernah merasa sangat sedih dan malu? Kalau misalkan kalian bertanya balik kepada saya maka saya akan jawab secara tegas, “ Saya pernah!”
ADVERTISEMENT
Tentunya bila diakui, hal ini sungguh amat menyedihkan bagi saya dan mungkin beberapa kawan-kawan pun merasakan hal yang sama, karena hal ini berkaitan langsung dengan kemerdekaan tanah air kita, Indonesia tercinta.
Saya pernah mendengar dari seorang dosen yang mengatakan, “Sebenarnya, Indonesia itu belum benar-benar merdeka seutuhnya. Buktinya kesejahteraan untuk rakyatnya masih nol. Dan, kita masih seperti dijajah di tanah sendiri bahkan lebih parahnya oleh bangsa kita sendiri.”
Saya tak terkejut dengan apa yang disampaikan dosen saya tersebut, teman-teman saya yang lain juga sama, hanya mengangguk, karena kami sependapat bahwasanya kemerdekaan Indonesia itu masih belum seutuhnya didapatkan.
Lihat saja di negeri kita tercinta ini! Banyak sumber daya alam yang melimpah tapi tak terkelola dengan baik. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang berjejer rapih di atas tanah ini, tapi bos-bosnya adalah orang asing.
ADVERTISEMENT
Dan, yang paling parahnya adalah ketika beliau melanjutkan, “Pemuda zaman sekarang? Halu! Sudah tak ada harapan lagi bagi orang-orang yang katanya adalah generasi emas untuk mewujudkan cita-cita Indonesia.”
Sedangkan hal ini membuat saya terkesiap. Kenapa? Pikir saya dalam hati. Bukankah pemuda adalah generasi harapan bangsa? Lalu apa yang mau dipermasalahkan kepada para pemuda zaman sekarang ini?
Setelah saya telusuri lebih dalam ternyata apa yang disampaikan oleh dosen saya ada benarnya. Kemerdekaan seutuhnya yang didambakan oleh para leluhur kita itu masih jauh pada harapan apalagi bila hanya diserahkan kepada para pemudanya, yang mana pemuda-pemuda zaman sekarang kok gini-gini, ya?
Wajar saja pemuda sekarang sudah banyak diremehkan oleh kaum tua. Kaum tua tidak percaya bahwa bangsa ini akan lebih baik ditangan para pemuda sebagai bahan bakar regenarasi penerusnya nanti untuk memperjuangkan kemerdekaan seutuhnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini sangat masuk akal karena pemuda-pemuda zaman sekarang terlihat tidak memiliki sebuah visi kebangsaan yang menjadi patokan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia seutuhnya.
Ditambah, banyak sekali pemuda-pemuda yang apatis, menghalalkan segala cara hanya untuk mewujudkan kebahagiaannya pada sekadar visi kebahagiaan keluarga kecilnya saja.
Mereka terlalu mengenyampingkan visi besar kebangsaan, kesejahteraan dan kebermanfaatan luas untuk Indonesia termasuk nilai-nilai gotong royong yang sudah menjadi budaya kebangsaan Indonesia. Visi mereka kecil. Nyali dan semangatnya untuk kemerdekaan seutuhnya masih hanya seukur kacang polong.
Bisa dilihat, pemuda zaman sekarang bukannya memikirkan bagaimana agar selalu bergerak untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia seutuhnya, mereka malah terlena oleh tikungan zaman.
Degradasi moral para pemuda semakin meningkat. Banyak dari mereka tak lepas dari judi, narkoba, dan sex bebas yang banyak berakibat pada tindakan aborsi salah satunya adalah kasus Siswa SMP di Cimahi yang tega membuang bayinya.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam survei yang dilakukan Durex RB Indonesia, pada responden anak muda, usia 18-20 tahun, 33 persen telah melakukan aktivitas seksual, dengan kemungkinan tertular penyakit menular seksual sebesar 50:50.
Mungkin disisi degradasi moral yang dialami oleh para pemuda zaman sekarang, mereka terlena karena telah salah memilih role model yang dijadikan sebagai panutan untuk masa depannya. Banyak dari mereka malah mengambil para role model di sosial media, seperti artis tik-tok, vloger youtube, dan sebagainya.
Sehingga berakibat pada tindak-tanduk buruk yang sering mereka lakukan. Lupa dengan identitasnya sebagai pemuda. Hanya sekadar menikmati masa muda dibandingkan menyusun sebuah gerakan-gerakan, mempersiapkan kapasitas diri seperti para pejuang kemerdekaan: Bung Hatta, Soekarno, dan Sjahrir.
Ada juga beberapa manusia-manusia cerdas yang lahir dan dibesarkan di tanah air ini, tapi mereka tidak bangga terhadap apa yang dimiliki bangsanya. Mereka malah mencari pelarian keluar negeri, selalu membanding-bandingkan tentang negeri orang lain, mengatakan jauh lebih bagus dibandingkan negeri sendiri. seperti yang dikatakan pepatah, “Rumput tetangga akan selalu lebih hijau.”
ADVERTISEMENT
Mereka pergi menghilang ke antah-berantah karena tak ingin membangun rumah sendiri dengan susah payah. Menjalani hidup tenang dan nyaman di tempat perasingan yang bukan tanah kelahiran mereka.
Saya bahkan teringat kisah Ainun dan Ahmad dalam film Habibie & Ainun 3 yang saya tonton di akhir 2019 lalu. Suatu peristiwa ketika Ahmad ditolak cintanya oleh Ainun karena Ahmad tidak mencintai negerinya sendiri dan lebih memilih pergi meninggalkan Indonesia.
Mungkin saja Indonesia ini masih membutuhkan ribuan tahun lagi untuk menantikan kedatangan generasi pemuda yang gemilang, cerdas, dan bisa membawa visi-visi luar biasa untuk memajukan Indonesia di masa yang akan datang.
Padahal untuk menyongsong kesempatan bonus demografi hanya tinggal beberapa tahun lagi dan ini seharusnya akan menjadi kesempatan besar untuk Indonesia yang bergantung pada para pemuda sebagai pemeran utama pada momentum bonus demografi ini.
ADVERTISEMENT
Malu saya bila saja nanti bertemu dengan tokoh-tokoh bangsa yang sudah memperjuangkan kemerdekaan ini dengan keringat pertaruhan nyawanya.
Apa yang akan dikatakan oleh Bung Hatta? Apa kata Soekarno nanti yang pastinya akan menyesal telah mengatakan, ”Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Lalu bagaimana sekarang? Kok, pemuda zaman sekarang kayak gini-gini aja? Apa yang mau dibanggakan? Lantas, bagaimana memperjuangkan kemerdekaan seutuhnya?
Dan saya pun tiba-tiba terbangunkan dari tidur panjang saya dan menyadarkan bahwa saya pun adalah seorang pemuda yang mencintai tanah airnya.