Posisi ASEAN dan Indonesia di Agresi Militer Rusia dan Ukraina

MUHAMMAD HABIBIE RAHMAN
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
19 Maret 2022 15:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD HABIBIE RAHMAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pasukan ukraina parade militer di Kyiv photo by : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pasukan ukraina parade militer di Kyiv photo by : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Apakah kalian tahu masyarakat Indonesia dibuat ramai oleh konflik yang melibatkan negara bekas pecahan Uni Soviet yaitu Rusia dan Ukraina. Konflik terjadi disebabkan oleh berbagai alasan. Alasan paling kontroversial adalah Rusia menginvasi Ukraina yang mempertambah keruh konflik ini.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 16 februari 2022 Rusia mulai menginvasi Ukraina lewat provinsi tenggara yang pro-Rusia yaitu Donetsk dan Luhansk. Rusia mengakui secara sepihak bahwa provinsi tersebut merdeka dari Ukraina.
Sebelum itu Rusia telah menginvasi Krimea (wilayah Ukraina) di tahun 2014. Mengklaim bahwa secara de facto daerah itu sekarang bagian dari Rusia. Konflik tersebut membuat PBB tidak ambil diam. Negara-negara anggota PBB melakukan rapat untuk mendesak agar Putin menarik pasukannya di Ukraina dengan segera dan membuka jalur kemanusiaan.
Indonesia mendesak Rusia pula lewat wakilnya di PBB agar segera menarik pasukannya dan mengakhiri invasi. Hanya Singapura yang mengambil sikap tegas dengan memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia melalui jasa perbankan yang mereka bekukan.
ADVERTISEMENT
ASEAN cenderung mengambil sikap hati-hati terhadap konflik ini. Hal ini terjadi disebabkan Rusia dan Ukraina turut andil dalam kegiatan ekspor dan impor ke negara-negara ASEAN. Ukraina merupakan pengimpor gandum terbesar di ASEAN dan Rusia pengimpor alat strategis militer ke ASEAN.
Solusi ASEAN terhadap konflik ini adalah agar disegerakan gencatan senjata dan menarik pasukan dari Ukraina.
ADVERTISEMENT
Alasan ASEAN tidak mengambil kebijakan secara ketat untuk tidak mencampuri urusan negara lain “Cara ASEAN” adalah istilah untuk menyebut kebijakan tersebut.
Tampaknya juga ada banyak perdebatan, terutama di garis depan, tentang mengapa perang di Ukraina pecah. Menurut survei terbaru negara-negara Asia Tenggara, yang diterbitkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute pada Februari 2022, pandangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terbagi, tetapi mayoritas orang Asia Tenggara bersikeras untuk tidak ditarik ke dalam orbit negara adidaya.
Nah, bagi Sebagian orang di Asia Tenggara perang di Ukraina adalah masalah yang jauh, di mana tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang Asia Tenggara untuk mempengaruhi dan keterlibatan apa pun hanya akan membawa mereka kesulitan yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Bagi yang lain, perang di Ukraina memiliki implikasi yang sangat nyata bagi wilayah tersebut.
Menarik lagi, Masyarakat Indonesia lebih cenderung melihat konflik ini sebagai standar ganda negara-negara barat. Cepatnya tanggapan dan aksi dalam mengirim bantuan kemanusiaan maupun bantuan militer.
Masyarakat Indonesia membandingkannya dengan konflik Israel-Palestina, dimana PBB lamban dalam mengambil sikap tegas. Ketika diadakan resolusi untuk rakyat Palestina, lagi-lagi Amerika Serikat sebagai negara dewan keamanan tetap PBB memveto resolusi. Berakibatkan gagalnya misi kemanusiaan dan penolakan PBB terhadap kota tua Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
ADVERTISEMENT
Seperti di negara-negara barat, demo tentang konflik ini juga dilakukan di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
ilustrasi harapan baik terhadap negaranya photo by : freepik.com
Dikutip dari website Kedutaan Besar Ukraina di RI, kiriman bantuan kemanusian dari pemerintah untuk Ukraina sedang berlangsung.
Indonesia mengirim obat-obatan yang berasal dari farmasi Indonesia, “Sanbe Farma” dan “Novell Pharmaceutical Laboratories” menyumbangkan 500 ribu UA Hryvna dalam bentuk obat-obatan kepada Kepala Klinik Rumah Sakit Militer Kementerian Pertahanan Ukraina. Perusahaan penerbangan Ukraina “Ukraine Air Alliance” mengangkut bantuan ini secara cuma-cuma.
Bantuan ini akan digunakan oleh warga Ukraina yang menderita akibat agresi militer Rusia ke Ukraina.
Nah pada intinya, Perang hanya akan menimbulkan trauma dan kerugian yang mendalam. Tidak ada yang menang dalam peperangan, hanya ada korban dan duka yang menyelimuti keluarga yang ditinggal. Peradaban terhenti akibat perang. Banyak anak anak putus sekolah akibat rudal yang menghantam sekolah mereka.
ADVERTISEMENT