Agar Anak Kita Sukses

Muhammad Iqbal PhD Psikolog
Seorang Psikolog Bekerja sebagai seorang konselor pernikahan dan Owner Rumah Konseling, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Periode 2016-2021.Saat Dosen Tetap Psikologi Universitas Paramadina. Ketua STIE Swadaya Jakarta
Konten dari Pengguna
15 April 2020 10:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal PhD Psikolog tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kesuksesan seorang anak ada banyak faktor, mulai dari doa orang tua, bakat, pengasuhan anak, lingkungan yang baik, tetapi semuanya saling berkaitan, tidak cukup hanya pola asuh saja, tetapi juga harus diimbangi doa, usaha dan lingkungan yang mendukung untuk anak berkembang
ADVERTISEMENT
Ada banyak misteri tentang kesuksesan anak, ada orang tuanya baik, berpendidikan, sekolahnya bagus, anaknya sukses dan berprestasi, ada juga orang tua baik, sekolah baik, namun ketika dewasa bermasalah karena lingkungannya buruknya, ada juga orang tuanya jahat, tidak berpendidikan, namun anaknya bisa menjadi baik dan sukses karena lingkungannya mendukung dia untuk baik, ada juga anak yatim piatu sejak kecil, lingkungannya buruk, namun dia bisa baik dan tangguh ketika mendapat sentuhan kasih sayang dan hidayah keimanan
Dalamn mendidik anak sukses itu tidak cukup hanya dengan pangasuhan yang baik, namun juga harus diimbangi dengan lingkungan yang mendukung dan positif. Tugas kita sebagai orang tua kepada anak kita adalah mendoakan, menyiapkan, merencanakan, meningkatkan kemampuan, memotivasi, mengapresiasi, membangun komunikasi dan kedekatan, menfasilitasi, menggali potensi, mengembangkan minat dan bakat, sabar membimbin, menuntun dan itu semua memerlukan pengorbanan baik dari segi waktu, biaya bahkan jiwa dan raga
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua yang kurang memahami perbedaan potensi setiap anak, ada sebuah kasus yang saya tangani dimana orang tua yang memiliki harapan yang tinggi kepada anaknya, ia perfeksionis kepada anaknya, setiap saat nilainya di pantau, semua kursus ikuti, tidak boleh ada sedikitpun kesalahan dari anaknya, marah dan ancaman menjadi makanan sehari-hari anaknya, orang tua selalu mengawasi dan menekan anaknya agar berprestasi, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat dan menyalurkan hobi, anak tertekan dan tidak ada waktu untuk bermain, akhirnya anaknya stres, bosan, jenuh dan akhirnya mencoba memakai narkoba dan berpikir untuk bunuh diri bunuh diri
Padahal seorang profesor Psikologi Pendidikan dari Harvard University dalam teori Multiple Intelligences sejak tahun 1983 hingga penelitiannya terus berkembang saat ini , sudah mengemukakan bahwa setiap manusia itu memiliki kecerdasan yang berbeda dan manusia memiliki 9 kecerdasan dan logik-matematika hanya salah satu kecerdasan saja
ADVERTISEMENT
Menurut saya untuk menjadi sukses tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan akademik saja, namun harus dimbangi dengan kemampuan "soft Skill" yaitu komunikasi, daya juang, kerjasama, kreatif, jiwa kepemimpinan, percaya diri, berani, disiplin dan terakhir adalah Ketaqwaan dan keimanan, karena ada banyak orang cerdas dalam segala hal, namun ketika tidak punya iman, dia berakhir dengan bunuh diri, narkoba, zina dan masuk penjara (kriminalitas).
Disamping itu dalam pengasuhan, mayaritas orang tua mewarisi gaya lama pengasuhan orang tua mereka sejak dahulu lalu menerapkan kepada anaknya, sehingga mereka mewarisi sebuah pola asuh yang sudah tidak sesuai dengan zamannya dan mengeneralisasi potensi setiap anak.
Perlu di ketahui mendidik itu bukan mencari kesalahan, membanding-bandingkan anak kita dengan saudara kandungnya atau dengan anak orang lain, bukan merendahkan, bukan menjaga jarak, bukan menghina apalagi mempermalukan anak di hadapan orang lain, bukan memarahi, mencaci maki, membentak dan memukul
ADVERTISEMENT
ibarat tanaman, agar dia berbuah baik, maka perlu di beri pupuk, air, vitamin, tanah yang baik, bukan di dilukai atau di patahkan dahannya atau di cemari air dan tanahnya
Marah, Omelan, caci maki, pukulan akan membuat anak menjauh dan akhirnya tidak respek, didiklah mereka dengan contoh dan keteladanan, tunjukan bagaimana sikap sabar, cinta dan kasih sayang, sehingga kita bisa menjadi teladan, merek perlu figur dalam menentukan arah
Orang tua itu ibarat seorang pelatih olah raga, dia harusnya punya metode, taktik, strategi dan kemampuan memotivasi, pelatih juga harus bisa memberikan contoh bagaimana melakukannya, bukan hanya bisa marah dan membentak, pelatih yang di segani adalah pelatih yang punya prestasi, bisa memberikan contoh dan keteladanan serta mampu menjalin kedekatan dengan anak yang dilatihnya
ADVERTISEMENT
kalau pelatihnya suka marah-marah, tidak bisa memberikan contoh, tidak pernah punya prestasi, tidak ada yang bisa di banggakan maka anak buahnya akan malas-malasan, tidak bergairah dan berusaha menjauh dan menjaga jarak
Wallahu'alam
Muhammad Iqbal, Ph.D
Dekan Fak Psikologi Universitas Mercu Buana
CEO Rumah Konseling
Untuk Konsultasi bisa via DM IG : @muhammadiqbalphd