Cerita Mahasiswa di Inggris Saat Menjalankan Ramadhan pada Masa Lockdown

Muhammad Isa Arifianto
Penulis merupakan Auditor pada salah satu Instansi Pemerintah di Indonesia dan master jurusan risk management pada University of Nottingham, United Kingdom
Konten dari Pengguna
12 Mei 2020 7:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Isa Arifianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Big Ben Foto: Reuters/Neil Hall
zoom-in-whitePerbesar
Big Ben Foto: Reuters/Neil Hall
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjalani ibadah di bulan suci ramadhan merupakan sebuah kebahagiaan bagi umat muslim seluruh dunia. Tak terkecuali bagi warga negara indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar Indonesia. Ramadhan tahun ini terasa begitu berbeda bagi penulis yang baru pertama kali merasakan ibadah bulan ramadhan di luar Indonesia, terlebih lagi berada di negara minoritas muslim di tengah suasana lockdown akibat pandemi COVID-19. Berikut beberapa hal yang menggambarkan suasana ramadhan yang dialami penulis.
ADVERTISEMENT
Berpuasa di negara sub-tropis merupakan tantangan tersendiri bagi makhluk tropis seperti penulis. Saat tulisan ini dibuat, di Inggris sedang mengalami musim semi, yang artinya matahari lebih banyak bersinar. Sebagai gambaran, waktu subuh saat ini sekitar pukul 03.15 BST (British Summer Time) dan waktu berbuka puasa sekitar pukul 20.45 BST.
Selain itu, perubahan waktu sahur dan berbuka setiap hari sekitar 1-3 menit yang mengakibatkan siang hari akan lebih lama. dengan kata lain jika di awal ramadhan berbuka puasa sekitar pukul 20.15 BST maka di akhir ramadhan bisa pukul 21.00 BST. begitu pula waktu sahur, jika di awal ramadhan waktu subuh sekitar pukul 03.30 BST maka di akhir ramadhan bisa sekitar 02.30 BST. jika membahas tentang salat tarawih, maka salat tarawih dilaksanakan sekitar pukul 22.40 BST.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara dengan minoritas muslim, penulis belum pernah mendengar lantunan azan dari masjid seperti yang biasa dilakukan di Indonesia atau negara mayoritas muslim lainnya. terlebih lagi suara sirine sebagai penanda imsak dan waktu berbuka.
Apa makanan spesial ramadhan di Inggris? jangan dibayangkan ada pasar ramadhan yang penuh dengan takjil yang membuat mata lebih lapar daripada perut. disini kami masih bisa menikmati takjil seperti kolak, martabak, lontong, gorengan dan lain sebagainya. namun tentunya dengan catatan, semuanya dibuat sendiri. Alhamdulillah kami bisa memperoleh bahan-bahan dengan mudah di toko-toko yang menjual bahan-bahan asia.
hal yang paling dirindukan ketika ramadhan adalah indahnya makan bersama ketika sahur dan berbuka bersama keluarga tercinta. bagi mahasiswa yang membawa serta keluarganya, hal tersebut sedikit terobati, namun bagi mahasiswa yang tidak membawa serta keluarganya, video call adalah obat yang cukup mujarab untuk mengobati kerinduan. di tengah pandemi dan suasana lockdown seperti ini, silaturahmi antar mahasiswa indonesia di Inggris pun dilakukan secara online.
ADVERTISEMENT
Apa persiapan lebaran kami? hahaha, sebuah hal yang membuat kami tertawa ketika membayangkan lebaran. lebaran tahun ini bersamaan dengan pekan ujian akhir semester di universitas tempat kami menempuh pendidikan.
Dengan beralihnya sistem pendidikan menjadi online karena pandemi COVID-19 kami sedikit bisa bernafas lega karena hujian dilaksanakan secara online. semoga bisa menikmati lontong, opor ayam, sambel goreng kentang , kue nastar, putri salju dan rengginang yang merupakan favorit penulis. (Akan diupdate tentang suasana lebaran di artikel selanjutnya)
hahaha, mungkin terdengar sedikit aneh, namun melihat iklan sirup m**jan dan iklan sarung yang sangat kental ketika suasana ramadhan di Indonesia merupakan salah satu hal yang dirindukan dan tidak kami dapatkan disini (kecuali melihat YouTube).
ADVERTISEMENT