Rusaknya Rumah Abah Jajang dan Sisi Gelap Wisata Viral

Kediaman itu sederhana saja, berlantai papan kayu dan berdinding bilik bambu, sebagaimana bentuk lazim rumah panggung khas masyarakat Sunda. Tapi pemandangan di sekelilingnya luar biasa menakjubkan, sebab berhadap-hadapan langsung dengan Curug Citambur. Cukup duduk di teras, lanskap air terjun di kejauhan langsung memanjakan mata. Pesona inilah yang membuat banyak orang berminat mengajukan diri sebagai calon pembeli; nilai tertinggi yang disodorkan konon hingga dua setengah miliar. Tetapi pemiliknya, Abah Jajang, menolak seluruh tawaran itu. Ia membuktikan, dengan cara yang sangat bersahaja, bahwa uang tak selalu bisa membeli segala hal. Terdengar sangat heroik di era sekarang.

Heroisme Abah Jajang segera viral di media sosial, membuat publik terbelalak. Saban hari, ratusan pelancong datang berkunjung ke rumahnya. Sebagian mendirikan tenda dan bermalam di halaman, yang lain sekadar mampir mencuci mata. Syahdan, sebagaimana telah diduga, melonjaknya intensitas kunjungan mengubah banyak hal. Paling mencolok adalah rumput yang semula hijau asri kini gundul berlumpur. Potret rumah sebelum dan sesudah viral tampak sangat kontras.

Abah Jajang tak merasa berkeberatan atas kerusakan yang ditimbulkan para tamu. Ia tampak berlapang dada, setidaknya dalam video pengakuan yang beredar luas di publik. Tetapi, banyak orang justru menerjemahkan sikap mulia Abah sebagai cara jitu untuk mengelak dari persoalan. Seolah, karena pemilik rumah tak marah, maka lenyapnya rumput-rumput bukan masalah.