Analisis Jenis Tindakan Bullying yang Biasa Menimpa Siswa SMP

Konten dari Pengguna
15 Januari 2021 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rafi Raditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: pojoksatu.id
PENDAHULUAN
Pada dasarnya institusi pendidikan dibentuk bertujuan bukan hanya untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dalam hal akademik maupun non akademik, akan tetapi juga membentuk moral dan karakter para siswa dan siswi nya dalam bersikap dalam kehidupan sehari-hari seperti menghormati orang yang lebih tua dari kita serta menyayangi orang yang lebih muda. Oleh Karenanya pendidikan tersebut bukan hanya sekadar menjadi bentuk pengiriman sebuah ilmu pengetahuan kepada murid, tapi juga pengiriman moral dan tata perilaku serta nilai kemanusiaan yang bersifat menyeluruh. Dengan pengiriman moral yang bersifat menyeluruh tersebut diharapkan agar para murid dapat mengedepankan sikap sopan santun dan selalu menghargai orang lain, yang mana selanjutnya hal ini dapat terlihat dalam sikap sehari-hari serta terkait watak murid itu sendiri (Kusrahmadi, 2011).Akan tetapi budaya perundungan (bullying) atas dasar senioritas masih saja terjadi di dalam dunia pendidikan. Karena dianggap meresahkan, banyak masyarakat yang mendesak pemerintah agar segera menuntaskan masalah ini secara serius. Bullying merupakan sebuah bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap anak yang biasanya dilakukan oleh teman sepermainan kepada anak yang lebih rendah derajatnya ataupun yang lebih lemah demi mendapatkan keuntungan atau sebuah kepuasan semata.
ADVERTISEMENT
Biasanya bullying selalu terjadi berulang kali dan dalam beberapa kasus kebanyakan mereka selalu menjadi korban dari kakak tingkat mereka di Sekolah. Berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik disebabkan kurangnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif sehingga berdampak pula pada kurangnya pemahaman moral atau nilai yang diterimanya, seperti akrab dengan apa yang namanya intimidasi, kebohongan, dan lain sebagainya yang termasuk dalam perilaku negatif. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh para remaja, yang mana masa remaja sendiri memiliki pengertian yaitu masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental.
Namun tidak dapat dipungkiri jika pada masa remaja khusunya di lingkungan Sekolah menengah pertama banyak sekali terjadi kasus bullying atas dasar senioritas yang mana perploncoan di masa orientasi siswa baru terkadang muncul dan dilakukan kepada siswa baru tersebut, misalnya saja seperti menjelek-jelekan fisik dan kemampuan berpikir siswa baru dan lain sebagainya, terkait hal tersebut maka bullying yang dilakukan oleh remaja di SMP sudah sangat memprihatinkan, lalu terkait tahapannya, remaja dapat terbagi dalam tahapan berikut ini yaitu:
ADVERTISEMENT
a. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja mempunyai masa yang singkat, kurang lebih hanya sekitar satu tahun, untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun-13 atau 14 tahun. Dikatakan juga bahwasannya pada fase ini merupakan yang negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif. Fase yang sulit untuk hubungan komunikasi antara anak-anak dengan orang tuanya. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan termasuk dalam hormonalnya, observasi anak usia dini menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja mulai menunjukkan kenaikan reflektivitas tentang diri mereka yang berubah dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka.
b. Remaja Awal (13 atau 14 tahun-17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional serta terjadinya ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada usia ini. Mereka mencari tahu identitas dirinya karena di masa ini statusnya tidak sepenuhnya jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini pencapaian kemandirian dan identitas sangatlah menonjol, pemikiran juga semakin logis, abstrak, dan idealistis serta semakin banyak waktu yang bisa diluangkan diluar waktu bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
c. Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Masa ini umumnya ditandai dengan seseorang ingin menjadi pusat perhatian teman sebayanya, idealis dan memiliki impian yang sangat tinggi serta semangat yang besar. Selain itu mereka juga berusaha untuk meningkatkan identitas dirinya dan ingin berusaha dalam mencapai ketidaktergantungan emosional. Lalu pengertian bullying yaitu tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
ADVERTISEMENT
Lalu menurut Olweus (Krahe, 2005) bullying adalah tindakan yang sifatnya negatif. Sifat ini dapat muncul pada seseorang atau sekelompok orang karena merasa lebih kuat. Sifat yang kemudian dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu serta dapat melukai korban. Korban biasanya berada dalam situasi tidak mampu mempertahankan diri secara efektif dan tidak mampu melawan tindakan tersebut. Hal ini disebabkan karena dalam bullying terdapat ketidakseimbangan antara kekuasaan ataupun kekuatan antara pelaku dan korban. Dari paparan tersebut yang sudah disebutkan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa masa remaja itu memanglah masa yang mengasyikan yang mana terjadinya perubahan sikap dan perilaku masing-masing siswa dalam belajar, tumbuh kembang, serta pertemanannya. Selain itu dimulai juga masa pubertas seperti laki-laki sudah mulai mengalami mimpi basah serta tumbuhnya jakun, sedangkan pada perempuan sudah mulai memasuki fase menstruasi dan suaranya melengking. Di samping itu juga masa remaja banyak juga yang sudah mulai menunjukkan peningkatan emosinya secara berkala karena efek dari masa pubertasnya. Terkadang tingginya emosi juga membuat banyak remaja merasa stress dalam belajar dan menjalankan aktivitasnya baik di Sekolah maupun di lingkungan lainnya sampai akhirnya mereka yang merasa butuh perhatian mulai melakukan tindakan yang semena-mena terhadap teman sebayanya yang dirasa lemah, dan faktor inilah yang menjadi tahap awal terjadinya bullying di lingkunagn sekolah, khususnya pada siswa Sekolah menengah Pertama.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, jenis-jenis bullying terhadap siswa SMP ini penting untuk dibahas secara rinci dengan membagi penjelasan dari pengertian remaja itu sendiri, jenis-jenis remaja, lalu dilanjut dengan pembagian jenis-jenis bullying yang biasa menimpa para siswa SMP, serta apa saja solusi yang dibutuhkan dalam meminimalisir angka kasus bullying ini baik dari pihak sekolah, maupun orang tua siswa.
METODE
Dalam melakukan penelitian terhadap suatu karya ilmiah, perlu adanya satu bentuk metode yang digunakan dalam mencari data-data penelitian yang mana nantinya akan digunakan dalam pembahasan. Metode penelitian merupakan langkah-langkah ilmiah dalam mendapatkan data-data yang otentik serta memiliki kejelasan isi. Jenis penelitian pada karya ilmiah ini adalah penelitian kualitatif. Data-data penelitian ini bersumber dari web internet, jurnal, maupun buku yang memiliki kejelasan serta sumber yang konkret.
ADVERTISEMENT
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sekolah memiliki peran besar terhadap tumbuh dan perkembangan anak, khususnya dalam mendorong peserta didiknya agar bisa berprestasi dan memiliki keahlian dalam bidang akademik maupun non akademik. Selain itu dapat diharapkan jika Sekolah sebagai rumah kedua para anak sekiranya bisa turut andil dalam mendidik para siswa dan siswinya agar bisa bersikap baik kepada semua orang, khususnya yang berusia lebih tua dari mereka serta menyayangi teman-teman mereka yang berusia jauh lebih muda. Akan tetapi masih saja proses belajar mengajar serta bermain para siswa siswi di sekolah khususnya pada lingkungan Sekolah menengah Pertama (SMP) justru ternodai dengan adanya praktik tindakan school bullying.Tindakan School bullying sangat erat kaitannya dengan usia siswa yang tergolong masih labil sehingga kerap kali tindakan yang dilakukan diluar dari kontrol dan pengawasan orang tua. Tidak dapat dipungkiri bahwa usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan usia yang sangat rentan terjadinya tindakan school bullying. Siswa SMP umumnya merupakan siswa dengan usia 12-15 tahun. Sementara apabila dikaitkan dengan teori remaja yang dikemukakan oleh Dr. Sugiman, masa remaja dianggap bermula pada saat seorang anak telah matang secara seksual. Dilanjutkan dengan Hurlock yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Menurutnya masa remaja awal berlangsung sekitar usia 13 hingga 16 atau 17 tahun, dan masa remaja akhir bermula dari usia 16 atau 17 sampai 18 tahun. Maka dari itu pihak sekolah beserta orang tua harus bisa mengawasi peserta didik dalam belajar di Sekolah agar tidak menjadi korban maupun pelaku dalam tindakan school bullying yang keji ini. Di samping itu juga menurut (Coloroso, 2006) jenis-jenis bullying terbagi atas empat macam yaitu:
ADVERTISEMENT
a. Bullying verbal
Maksud dari bullying dalam bentuk verbal ini adalah tindakan yang sering kali dilakukan, bahkan selalu saja terjadi dalam dunia pendidikan, yang mana dari tindakan bullying ini bisa mengakar ke tindakan kekerasan lainnya. Intinya bullying verbal ini adalah tahap awal dari segala perilaku kekerasan lainnya. Sedangkan contoh bullying secara verbal ini antara lain adalah: menyebut nama yang mengandung unsur hinaan/celaan kepada korban, memfitnah korban, mengintimidasi, serta mengejek latar belakang kehidupan beserta kondisi perekonomian korban. Umumnya yang menjadi target hinaan dari bullying verbal ini yaitu anak-anak yang memiliki kondisi fisik yang berbeda dari anak pada umumnya, anak yang berasal dari golongan keluarga kurang mampu, anak dengan etnis minoritas yang tinggal di lingkungan etnis mayoritas, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
b. Bullying fisik
Tindakan bullying ini merupakan yang paling mudah untuk diidentifikasi, karena bisa dilihat langsung secara jelas walaupun kejadian ini jarang terjadi dibandingkan dengan yang sebelumnya disebutkan yaitu bullying verbal (kata-kata). Dan yang paling parahnya justru walau kasus bullying ini bisa dikatakan jarang terjadi pada siswa SMP akan tetapi justru tindakan bullying inilah yang paling banyak memakan korban jiwa, entah itu luka parah bahkan sampai harus ada yang harus meregang nyawa karena tindakan biadab ini. Contoh dari bullying fisik yaitu sebagai berikut: memukul dan mencakar badan korban, menjitak kepala, meludahi, dan yang paling parah yaitu merampas secara paksa serta menghancurkan barang-barang pribadi milik korban.
c. Bullying relasional
Maksud dari bullying relasional ini yaitu tindakan yang dilakukan oleh pelaku kepada korban bullying dengan cara memutuskan relasi/hubungan pertemanan korban dengan teman terdekatnya. Akan tetapi tindakan bullying ini memang sangat sulit untu diidentifikasi karena dilakukan secara diam-diam dengan cara menyebarkan gosip kepada orang lain tanpa sepengetahuan si korban, bersikap bersembunyi sembari menunjukkan ekspresi muka sinisnya kepada korban selagi bersama teman sahabatnya dengan dalih untuk membuat teman sahabat si korban curiga dan pada akhirnya dengan melihat si korban diperlakukan seperti itu lalu mereka berusaha menjauhi korban.
ADVERTISEMENT
d. Bullying secara elektronik (cyberbullying)
Sebenarnya tindakan bullying ini hampir mirip dengan bullying verbal yang mana dilakukan dengan menyebarkan kebencian serta hinaan terhadap korban, akan tetapi ada perbedaan yang signifikan antara bullying verbal dengan cyberbullying, yang mana jika verbal dilakukan dengan menghina korban secara langsung di dunia nyata, khususnya dalam lingkungan SMP. Sedangkan cyberbullying dilakukan lewat media sosial di gadget. Caranya yaitu ketika korban memposting sesuatu di media sosial lalu para pelaku bullying akan melakukan aksinya dengan menghina lewat kolom komentar, atau biasanya menyewa serta membuat akun palsu guna membuat korban menjadi curiga terhadap identitas pelaku. Hinaan tidak hanya dilakukan sampai situ saja akan tetapi biasanya aib korban maupun video tindakan bejat pelaku bullying akan disebarluaskan oleh pelaku bullying ke media sosial, tindakan ini tentunya bertujuan agar si korban merasa malu serta hilang semangat dalam belajar di sekolah karena data dan aib pribadinya disebarkan secara sembarangan oleh para pelaku bullying yang bejat itu.
ADVERTISEMENT
Selain itu adanya penekanan terhadap tindakan negatif menjadikan tindakan bullying seakan-akan memiliki kesamaan dengan tindakan yang dilakukan secara sengaja demi menakut-nakuti serta membuat siswa menjadi tidak nyaman. Seperti contoh mencaci maki, melontarkan kata-kata yang bersifat merendahkan korban, mencela, memberikan julukan yang tidak pantas, menendang, serta menolak untuk berteman juga merupakan jenis-jenis nyata pada bullying yang biasa terjadi pada siswa Sekolah menengah Pertama. Di samping itu juga menurut Riauskina, dkk (2005, dalam Ariesto, 2009) bahwasannya perilaku bullying terbagi lagi jenisnya yaitu sebagai berikut:
1. Kontak fisik langsung: Tindakan ini biasanya dilakukan oleh para pelaku bullying dengan cara mengigit korban, menjambak, memeras uang korban secara paksa, mengunci korban di sebuah ruangan, serta merusak barang miliki pribadi korban. Tak jarang dari tindakan ini malah membuat korban semakin terpuruk dan merasakan rasa sakit dan trauma yang mendalam sampai-sampai mereka takut untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran di sekolah dikarenakan rasa cemas yang menghantuinya.
ADVERTISEMENT
2. Kontak verbal langsung: Yang dimaksud dengan kontak verbal langsung ini bisa berupa ancaman seperti kalau si korban tidak mau menuruti kemauan pelaku bullying maka dia akan diancam seperti dirampas barang pribadinya, dipukul dan lain sebagainya, selain itu melontarkan kata-kata yang sifatnya merendahkan harkat dan martabat korban, menyebut korban dengan panggilan nama (seperti contoh memanggil nama dengan sebutan nama orangtua korban, maupun binatang), serta menyebarkan gossip kepada masyarakat luas agar korban dipermalukan di depan umum.
3. Perilaku non verbal langsung: Tindakan ini dilakukan oleh pelaku bullying kepada korbannya dengan cara melihat dengan ekspresi sinis, menjulurkan lidah sembari mencaci maki korban, mengancam, bahkan tak jarang tindakan ini dilakukan berbarengan dengan bullying fisik mapun verbal. Seperti contoh yaitu seorang siswa yang baru saja pulang Sekolah kebetulan melewati tempat yang sepi serta pulang seorang diri tanpa ada seorang teman disampingnya, lalu pelaku bullying akan muncul sembari mencegat jalan pulang si korban lalu setelah itu barulah pelaku beraksi dengan cara mengejek si korban sembari memukulnya kalau bisa. Begitulah yang dilakukan oleh para pelaku agar mengusir rasa kebosanannya walaupun si korban akan menangis dan trauma ketika sesampainya di Rumah.
ADVERTISEMENT
4. Perilaku non verbal tidak langsung: Disini biasanya para pelaku bullying melakukan aksinya dengan maksud merusak persahabatan teman sepermainannya di SMP dengan cara yang bisa dibilang sangat licik, yaitu dengan cara mendiamkan serta memanipulasi persahabatan dengan maksud agar si korban tidak memiliki teman yang bisa diandalkan lagi, selain itu pelaku bullying biasanya juga mengirimkan semacam surat maupun mengirimkan semacam surat lalumenyebarkannya kepada masyarakat luas tanpa sepengetahuan korban, agar nantinya ketika aib si korban yaitu Siswa tersebar secara meluas maka dapat dipastikan banyak teman-teman sebayanya yang meninggalkan dia.
5. Pelecehan seksual: Inilah perilaku yang bisa dibilang melampaui batas normal, karena biasanya pelaku sudah mulai melakukan tindakan yang senonoh kepada korbannya, umumnya yang biasanya menjadi korban dari tindakan ini yaitu murid perempuan, karena banyak juga siswa yang sudah mulai memasuki masa remaja maka masa birahinya sudah mulai naik yang ditandai dengan kadar hormon testoteron yang mulai bertambah serta meningkat drastis serta sudah mulai memiliki rasa suka terhadap wanita. Biasanya para pelaku akan memgang tubuh atau biasanya mengancam korban dengan cara menyebarkan video serta gambar yang sekiranya tidak pantas jikalau korban khususnya siswi tidak bersikap kooperatif terhadap pembully, atau yang lebih parahnya lagi tindakan ini juga bisa menimbulkan masalah baru yakni revenge porn. Yang mana memiliki makna yaitu salah satu bentuk kekerasan seksual yang mana biasanya dilakukan dengan cara memaksa bahkan mengancam korbannya, terutama siswi SMP. Biasanya tindakan ini juga disebabkan karena siswi yang menjadi korban bullying di SMP tidak mau bersikap kooperatif dengan pelaku dan bahkan berusaha untuk melwannya, maka dari itu biasanya para pelaku membalas dendam kelakuan korban dengan cara menyebarkan konten yang berisikan asusila melalui dunia maya, bentuk dari konten tersebut dapat berupa rekaman suara, foto maupun video yang biasanya dibuat oleh pasangan siswa siswi yang sedang berpacaran dan bahkan sedang melakukan tindakan senonoh. Tindakan revenge porn ini bertujuan tak lain dan tak bukan yaitu untuk mempermalukan, mengucilkan, serta membuat korban menjadi trauma karena aib mereka yang seharusnya diketahui oleh mereka berdua akan tetapi malah tersebar luas di jagat maya.
ADVERTISEMENT
Lalu menurut (Rigby,2008), dijelaskan pula bahwa bullying kategori sedang (intermediatte) secara langsung atau tidak, disadari maupun tidak disadari terjadi dirumah selama anak dalam asuhan orang tua bisa dalam bentuk pelecehan dan penghinaan yang secara sistematik dan menyakinkan selama periode waktu yang cukup lama (9-16 hari dalam 1 bulan) sudah dapat menjadikan pengalaman traumatik bagi anak dan menjadi dasar munculnya perilaku bullying. Sedangkan di Sekolah, bentuk tindakan bullying ini bisa dalam bentuk sebuah ejekan yang menyakitkan bagi si korban itu sendiri, pengucilan dari lingkungan pertemanannya serta serangan fisik yang terkesan biasa saja, contohnya seperti mendorong korban, menjegal, dan menarik kerah baju si korban dengan paksa. Selain itu ada beberapa hal yang mungkin sekiranya bisa menjadi penyebab awal bahwasannya si anak bisa mengalami bullying di sekolah antara lain: sulit untuk tidur nyenyak, mengompol ketika tidur, merasa sakit pada bagian kepala maupun perut, dan ketika melihat makanan menjadi tidak nafsu, muntah-muntah, timbulnya rasa takut untuk pergi ke Sekolah, rasa ingin didampingi dengan orang tua di kala belajar baik di rumah maupun sekolah, serta adanya perubahan yang drastis dari cara berperilaku, berpakaian, serta kebiasaan sehari-hari sang anak.
ADVERTISEMENT
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwasannya masa remaja seperti ini adalah fase dimana merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Jadi secara tidak langsung kita bukanlah anak-anak yang masih harus manja dan bergantung kepada peran orang tua, akan tetapi kita sudah mulai memasuki masa dewasa walaupun sebenarnya bisa disebut sebagai masa transisi terlebih dahulu. Lalu masa remaja ini dimulai sejak kita memasuki lingkungan Sekolah menengah Pertama (SMP), yang mana tentu lingkungan pembelajaran serta pola bermain siswa dan siswinya sudah pasti berbeda dengan yang dilakukan pada saat kita mengenyam pendidikan di lingkungan Sekolah dasar (SD) maupun TK.
Di lingkungan Sekolah menengah Pertama (SMP) kita semua harus mulai dituntut untuk berpikir kritis, mencari teman sebanyak-banyaknya, mencari aktivitas serta harus mulai menentukan minat dan bakat kita masing-masing dengan cara mengikuti ekstrakulikuler di Sekolah. Walaupun masa remaja merupakan masa yang unik serta bahwasannya kita sudah mulai memasuki masa dewasa, akan tetapi masa ini adalah masa dimana para anak-anak SMP ini sudah mulai memasuki masa pubertas, yang artinya yaitu para remaja mulai menunjukan perubahan dalam tumbuh kembangnya seperti siswa laki-laki biasanya tumbuh jakun, dada membidang, tumbuh bulu di kaki, dan lain-lain. Sedangkan yang wanita biasanya ditunjukkan dengan mulai memasuki fase menstruasi serta suara yang melengking, artinya adalah ketika kita sudah mulai memasuki masa pubertas maka tingkat emosi pun terkadang tidak stabil bagi setiap remaja, disinilah bahwasannya tindakan bullying akan terjadi jika ada beberapa anak yang sekiranya sulit untuk mengontrol emosinya. Lalu bullying sendiri yang terjadi terhadap siswa dan siswi SMP ada banyak macamnya mulai dari yang verbal (kata-kata) sampai berujung pada tindakan revenge porn (balas dendam dengan menyebarkan konten asusila korban).
ADVERTISEMENT
Semua tindakan bullying memang pada dasarnya berdampak kepada korban, baik melukai fisik maupun psikisnya, yang mana jika tindakan keji ini dilakukan secara berulang kali maka korban akan merasa resah dalam menjalankan aktivitas serta pembelajaran di Sekolahnya. Bahkan yang lebih parahnya lagi jika korban sudah mulai depresi terhadap hidupnya yang selalu dibully oleh teman sepermainannya maka bisa mengakibatkan trauma seumur hidup dan bunuh diri, tentu hal seperti ini bagi pelaku bullying merupakan hal yang biasa saja serta menyenangkan, akan tetapi bagi korban bullying yang selalu mengalaminya akan kehilangan jati diri, semangat hidup dan justru selalu dihantui oleh rasa takut yang berlebihan. Untuk mencegah hal ini terjadi lagi kedepannya maka pihak sekolah harus lebih tegas dalam memberi sanksi agar para pelaku bullying ini kedepannya bisa jera dan tidak mengulangi tindakan yang sama kepada korban, lalu dari pihak BK (bimbingan konseling) bisa lebih mengawasi kegiatan anak-anak yang belajar di kelas agar kedepannya tindakan ini tidak terjadi lagi. Selain itu dari pihak orang tua harus lebih mendidik serta memperhatikan anaknya dalam kegiatan belajar serta di sekolah pun orang tua harus selalu aktif menanyakan kepada guru dan pihak sekolah lain terkait kondisi anak, apakah mereka dapat belajar dengan tenang atau justru tidak. Di samping itu orang tua juga harus mengajari sang anak agar bisa berani dalam bertindak serta melindungi diri, dan mengajarinya untuk bisa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama. Terakhir yang paling pasti dari kita sendiri bahwasannya kita harus bisa membela diri kita dan jangan takut untuk menolak tawaran orang lain, khususnya teman satu sekolah yang sekiranya aneh dan di luar batas wajar kita, selain itu sebagai anak jangan takut untuk melapor kepada orang tua terkait apa tindakan yang telah dilakukan oleh teman sepermainannya, agar nantinya jika ada tindakan yang melewati batas normal sekiranya orang tua bisa berkoordinasi dengan pihak Sekolah demi pengawasan anak lebih lanjut. Dan semoga kedepannya tindakan bullying atau yang biasa disebut perundungan terhadap siswa SMP ini tidak pernah terulang lagi di lain waktu.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Ardi, Irawan Sapto. (2020, Februari 03). Mengenal Jenis-Jenis dan Contoh Perilaku Bullying yang Kerap Tak Disadari. health.kompas.com. https://health.kompas.com/read/2020/02/03/102900568/mengenal-jenis-jenis dan-contoh-perilaku-bullying-yang-kerap-tak-disadari?page=all.
Coloroso. (2007). Faktor yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. jurnal.unpad.ac.id, 4 (2), 328. https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/viewFile/14352/6931.
Julia, Tiana. (2020, Februari 12). Mengenal Jenis-jenis Bullying di Internet. Inews.id. https://www.inews.id/techno/internet/mengenal-jenis-jenis-bullying-di-internet.
Kusrahmadi, S.D. (2011). Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Oktaviani, Eti. (2020, Juli 13). Mengenali Revenge Porn, satu bentuk kekerasan melalui Dunia Maya. lbhsemarang.id. https://www.lbhsemarang.id/news/mengenali-revenge-porn-salah-satu-bentuk-kekerasan-seksual-melalui dunia maya41925#:~:text=Revenge%20Porn%20atau%20balas%20dendam,konten%20asusila%20melalui%20d nia%20maya.
Perwitasari, Nur Hidayah. (2019, Oktober 23). Memahami Bullying dan Jenis-jenis Intimidasi. tirto.id. https://tirto.id/memahami-bullying-dan-jenis-jenis-intimidasi-ekdN.
Riadi, Muchlisin. (2018,Januari 11). Pengertian, Unsur, Jenis, Ciri-ciri dan Skenario Bullying. kajianpustaka.com. https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-skenario-bullying.html.
Rigby. (2008). Hubungan Antara Tindakan Bullying dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Udayana, 1 (2), 253. https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/download/25085/16298.
ADVERTISEMENT
Sari, Yuli Permata.,dan Welhendri Azwar.(2017).Fenomena Bullying Siswa Studi Tentang Motif Perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 01 Painan Sumatera Barat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam,10(2), 325. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/view/2366.
Sejiwa. (2008). Hubungan Perilaku Over Protective Orang Tua Dan Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar. Educational Psychology Journal, 2 (1), 31. https://www.google.com/search?q=sejiwa+2008+tentang+bullying&oq=sejiwa+20 8+tentang+bullying&aqs=chrome..69i57j0i22i30i457.5803j1j4&sourceid=chrome ie=UTF-8.