Selalu Percaya Diri, Ini 3 Cara Mengatasi Imposter Syndrome di Tempat Kerja

Muhammad Riandy
Pejuang Epilepsi.
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2020 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Riandy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi percaya diri. Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi percaya diri. Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
ADVERTISEMENT
Pernah menganggap pencapaian yang kamu raih terjadi karena kebetulan? Sampai-sampai, jadi tidak yakin dengan kualitas pekerjaan sendiri, yang mungkin bagi orang lain sudah layak? Kalau kamu sampai beranggapan sudah menipu orang di sekitarmu karena pencapaian yang kamu raih, bisa jadi itu tanda imposter syndrome, ya. Fenomena psikologis ini tanpa disadari sering terjadi di kehidupan sehari-hari, khususnya di tempat kerja. Jadi, sudah saatnya buat kamu mencari solusi untuk mengatasi kondisi ini.
ADVERTISEMENT
Imposter syndrome adalah suatu keadaan psikologis di mana seseorang tidak yakin terhadap prestasi yang mereka dapatkan. Istilah ini disebut sindrom penyemu karena membuat penderitanya sering kali berasumsi dirinya telah menipu atau membodohi orang di sekelilingnya. Serta, mereka merasa tidak percaya diri dan tidak pantas setiap menerima pujian. Selain itu, orang-orang tersebut juga menganggap kerja keras dan kesuksesan yang didapat hanyalah keberuntungan semata.
Istilah imposter syndrome sendiri pertama kali diperkenalkan oleh psikolog klinis Pauline Rose Clance dan Suzane Imes di tahun 1978. Dijelaskan bahwa kondisi ini mulanya dialami oleh wanita karier yang sukses, namun selalu mempertanyakan kelayakan dirinya saat bekerja bersama para pria. Meskipun mereka sebetulnya memiliki kemampuan yang mumpuni dan cukup berprestasi, mereka tetap tidak mampu menginternalisasi pencapaiannya.
ADVERTISEMENT
Amy Morin, seorang psikoterapis di Massachusetts menjelaskan bahwa kondisi ini sebetulnya dapat memicu seseorang makin termotivasi saat bekerja. Terutama, bagi pekerja yang perfeksionis karena selalu mengejar kesempurnaan di setiap aspek. Namun, jangan salah. Hal ini justru dapat menjadi bumerang.
Bersikap perfeksionis dapat membuat orang dengan imposter syndrome cenderung mengalami kecemasan secara terus menerus saat beraktifitas di tempat kerja. Serta yang menjadi masalah dari kondisi psikologis ini, tidak peduli seberapa giat mereka bekerja dan pengalaman yang dicapai, penderitanya tetap tidak dapat menghapus pemikiran telah “menipu” orang lain, dan selalu beranggapan semua orang di sekitarnya jauh berkompeten.
Perlu diperhatikan bahwa fenomena imposter syndrome dapat terjadi kepada siapa saja. Baik itu orang sukses, maupun yang sudah berpendidikan sekalipun. Beberapa faktor pun ikut menjadi pemicu timbulnya pemikiran ini. Contohnya, lingkungan tidak sehat seperti selalu memberikan pujian berlebih saat masa kanak-kanak. Atau, orang tua yang kadang memberi semangat pada si kecil, tetapi sering juga mencela.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan seperti ini bisa berdampak pada kondisi psikologis dan memicu kecemasan kejiwaan seseorang ketika dewasa, dan akhirnya mulai meragukan kualitas dirinya saat berada di lingkungan baru, seperti di tempat kerja. Mengatasi imposter syndrome di kehidupan profesional pun menjadi hal yang harus diperhatikan.
Melody Wilding, seorang motivator bisnis menjelaskan bahwa kebanyakan pekerja mengalami kesulitan menunjukkan performanya karena cenderung digeluti perasaan tertekan. Hal ini kurang lebih disebabkan oleh rasa tidak percaya diri saat mereka menghadapi suasana baru seperti saat mendapat tugas atau bahkan promosi jabatan. Nah, agar terhindar dari kondisi tersebut, berikut adalah cara mengatasi imposter syndrome di tempat kerja:
Pahami semua itu sangatlah wajar. Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
Jika kamu merasa tidak pantas dan ragu terhadap prestasi yang diraih di tempat kerja, jangan bersedih. Mengetahui gejala imposter syndrome adalah langkah awal untuk mengatasinya. Yang harus diingat adalah kamu tidak sendiri mengalami kondisi ini. Jadi, jangan ragu untuk membicarakan serta menulis yang dirasa, sekaligus yang menjadi pemicu pikiran negatif ini.
ADVERTISEMENT
Dengan menulis, akan mempermudah untuk memahami kelebihan serta kekurangan diri sendiri. Menerapkan cara ini juga dapat membantumu mengapresiasi diri, dan membuat kamu tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal-hal negatif terhadap diri sendiri. Sehingga, menjadikanmu lebih yakin untuk menghargai setiap prestasi.
Jangan takut juga untuk membicarakan beban pikiranmu kepada rekan kerja dan orang terdekat. Berkomunikasi dan bercerita dengan orang di sekeliling menjadi cukup penting dalam membangun dukungan psikis. Tentunya, mereka bisa memberikan solusi jika seandainya pernah mengalami kondisi serupa. Ingat, saling membantu menjadi kunci dalam mengatasi imposter syndrome.
Ingat kembali pencapaianmu. Foto:Pexels/Andrea Piacquadio
Yang menjadi masalah umum pada penderita imposter syndrome adalah mereka selalu merasa tidak pantas setiap kali menerima pujian. Meskipun tugas maupun pekerjaan sudah dilakukan dengan baik, mereka tetap berasumsi selalu ada yang kurang dan salah. Untuk mengatasinya, pahami bahwa setiap kesuksesan yang didapat di tempat kerja tidak hanya tercapai karena adanya faktor eksternal seperti bantuan rekan kerja atau keberuntungan.
ADVERTISEMENT
Tulis setiap pencapaian, baik itu setahun lalu atau mungkin yang baru saja kamu dapatkan. Cara ini dapat membuatmu menjadi fokus serta termotivasi untuk memberikan performa terbaik saat bekerja. Jangan lupa, ubahlah pola pikirmu dengan mulai mempercayai kemampuan diri sendiri.
Percaya diri dengan kemampuanmu. Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
Saat mengalami imposter syndrome, seringkali terlintas pikiran menyalahkan dan meragukan kemampuan diri sendiri. Pemikiran seperti ini secara tidak langsung membuat penderitanya takut jika mengalami kegagalan dan mendorong untuk selalu bersikap perfeksionis saat beraktifitas. Pemikiran negatif seperti ini jelas hanya memberikan dampak buruk di kehidupan pribadi maupun saat berada di tempat kerja.
Biasakan untuk menerima setiap hasil pekerjaan yang kamu lakukan, tanpa harus membandingkannya. Sehingga, kamu akan mulai menerima setiap kegagalan sebagai proses pembelajaran. Selain itu, cobalah untuk tidak memasang target tinggi di setiap pekerjaan agar tidak merasa tertekan saat melakukannya dan tidak menganggap setiap hasil diraih karena keberuntungan.
ADVERTISEMENT
Pahami juga kalau tidak ada hal yang sempurna, dan siapapun memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dengan yakin terhadap kemampuan diri sendiri dan mengubah pola berpikir, dapat membantumu mengatasi kondisi ini.
Fenomena psikologis ini memang tidak banyak mendapat perhatian masyarakat, walaupun sering ditemui di kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan profesional seperti di tempat kerja, imposter syndrome juga harus mendapat perhatian lebih. Selalu perhatikan kondisi sesama dengan mulai mengubah pola berpikir dan saling berkomunikasi.