Merayakan Idul Adha: Penentuan, Petuah dan Kekuatan Bangsa

Muhammad Rifai
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang - Wakil Ketua Pemuda Forum Komunikasi Pabuaran Hilir
Konten dari Pengguna
20 Juli 2022 10:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berziarah selepas shalat idul adha. Foto: Dok.pri
zoom-in-whitePerbesar
Berziarah selepas shalat idul adha. Foto: Dok.pri
ADVERTISEMENT
Pemerintah memutuskan penentuan hari Raya Idul Adha 10 DzulHijjah 1443 H jatuh pada hari Minggu 10 Juli 2022 M. Namun tak semuanya komunitas muslim mengikuti penentuan dari pemerintah. Menariknya ada yang memutuskan hari raya Idul Adha itu dirayakan lebih awal sehari dari yang ditentukan oleh pemerintah. Sebut saja Jama’ah Muhammadiyah dan sebagian komunitas muslim lainnya yang menentukan hari raya Idul Adha jatuh pada hari sabtu 9 juli 2022 M. Mereka berdalih memiliki penentuan tanggal islam sendiri dengan metode dan ijtima para ulamanya dan mampu mempertanggungjawabkannya.
ADVERTISEMENT
Apakah hal ini buruk bagi ummat muslim Indonesia? Saya pribadi tentu menginginkan kesatuan padu dan keselarasan dalam hal apapun bagi umat muslim indonesia termasuk dalam hal menentukan hari besar islam. Namun tentunya itu tidak mungkin dilakukan. Penyebaran islam di indonesia memiliki sejarah yang panjang juga memiliki pelaku sejarah yang beragam dengan berbagai corak pandang dan prinsipnya yang kemudian hari menentukan arah tuju komunitas (jama'ah) yang mereka pimpin. Maka perbedaan dalam hal ini harus dipandang sebagai anugerah dan kekuatan selama tidak bertentangan dengan syariat dan dasar agama yang berpotensi merusak agama itu sendiri.
Sebenarnya perbedaan penentuan hari-hari besar islam lazim terjadi di indonesia. Bukan hanya Idul Adha namun Idul Fitri pun sering terjadi perbedaan dalam penentuan awal mula beserta hari rayanya. Namun tak pernah terjadi pergesekan maupun perseteruan. Antar semua komunitas muslim hingga pemerintah pun semuanya sadar dan menghormati hasil ijtima masing-masing atas penentuan pemilihan hari besar islam tersebut. Semuanya memiliki basis yang kuat dalam segi keyakian penggunaan metode hingga landasan dalil dan ulama-ulama yang sanggup mempertangungjawabkannya.
ADVERTISEMENT
Keputusan mana yang Masyarakat Wilayah Saya Diami Ikuti?
Ibadah Haji ialah rangkain ibadah fisik yang meliputi ihram (niat suci), wukuf, mabit, jumrah dan seterusnya. Ibadah akbar ummat muslim yang didambakan oleh seluruh ummat muslim di dunia.
Lalu bagi kita yang belum di berikan kesempatan berhaji dianjurkan untuk melaksanakan shalat idul adha. Pada hari itu semua ummat muslim di dunia serentak sujud menunaikan titah Allah SWT, memuji-Nya, mengucapkan takbir dan khusuk dalam ibadah shalat setahun sekali ini.
Zikir bersama selepas melaksanakan shalat idul adha. Foto: Dok.pri
Saya melaksanakan shalat idul adha di kediaman saya, kampung Pabuaran Hilir. Di Masjid Jami Pabuaran Hilir. Ketika khutbah shalat id itu saya masih ingat ceramah dan petuah dari guru tercinta, KH. Abdul Kholiq, seorang pemuka agama bertitle Kiai Haji yang telah sepuh, berwibawa dengan segudang ilmu agama juga pengalamannya dalam lingkup kemasyarakatan. Beliau menyebutkan dalam setiap kesempatan idul adha lakukanlah 5 hal kegiatan berikut ini, tentu hal ini sesuai dengan tuntunan agama dan sunnah rosul-Nya.
ADVERTISEMENT
Pertama, melaksanakan shalat idul adha itu sendiri. Kedua, dalam shalat ied seorang imam atau pemuka agama diharuskan berkhutbah/berpesan ilmu dan pengetahuan agama. Ketiga, saling memaafkan antar individu. Tak ada lagi permasalahan antar anak adam yang membuat pertentangan dan perpecahan. Keempat, berzikir dan memohon pengampunan pada tuhan akan dosa sendiri, keluarga dan terkhusus orang-orang yang mendahului kita. Yang terakhir , kelima, berqurban. Menumpahkan darah hewan dibarengi menyebut asma Allah. Sebagai bentuk penghambaan dan pengorbanan diri juga manifestasi bentuk syukur atas nikmat dan anugerah yang tuhan berikan.
Ucap syukur kami panjatkan telah melaksanakan shalat idul adha dengan niat dan harapan semoga Allah SWT. menerima ibadah kami. Merayakan hari raya idul adha pada tanggal 10 dzullhijjah 1443 hijriyah/sabtu 9 juli 2022 masehi.
ADVERTISEMENT
Menziarahi Makam para Kiai
Budaya kita indonesia sarat akan tata krama dan hormat menghormati pada yang tua apalagi yang telah mendahului menghadap ilahi. Proyeksi dari itu terwujud dengan kebiasaan ziarah menziarahi makam/kuburan sanak saudara, guru dan orang-orang yang disayangi. Tentu hal ini sesuai dengan tuntunan agama dan budaya bangsa kita yang baik.
Kampung Pabuaran Hilir adalah wilayah kecil yang saat ini saya tempati. Lokasinya berada Desa Sukatani Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Wilayah ini merupakan rumah teduh tempat saya dan masyarakat tinggal dan bernaung. Bagi saya daerah yang saya diami adalah tempat kembali pulang setelah lama pergi berlalu mencari penghidupan ataupun mencari pengetahuan di wilayah orang lain. Lalu disuatu kesempatan kembali dan pulang lalu berkontribusi pada hal baik adalah satu pilihan tindakan baik. Sedikit saya ceritakan bahwa wilayah saya memiliki sejarah panjang. Dahulunya hanya sebuah daerah hutan tak berpenghuni. Oleh segelintir orang terdahulu dilakukan pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian yang lambat laun bertransformasi menjadi sebuah wilayah tetap untuk tempat tinggal hingga membentuk kesatuan masyarakat seiring waktu dan jumlah penduduknya yang kian bertambah.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas jasa-jasa baik yang telah diberikan para leluhur baik yang saya ketahui dan belum saya ketahui kepada masyarakat pabuaran hilir ini berikut saya rangkum 3 Tokoh beserta majlis ilmu/pesantren yang mereka bangun yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat panhil terkhusus pada sektor keagamaan dan kemasyarakatan (social). Hal ini adalah hasil dari ngobrol saya dengan beberapa tokoh dan sepuh yang ada diwilayah ini.
Pertama, ada Alm. KH. Husain pendiri Pondok Pesantren Sibtu Al-Amani. Kedua, Alm. KH. Darzatullah Pondok Pesantren As-Shobariyah. Ketiga, KH. Abdul Kholik pendiri Majlis Al-I’tishom.
Kepada mereka yang tulus dan ikhlas karena Allah SWT telah memberikan amal bakti dengan mendidik masyarakat panhil dalam bidang agama dan sosial dengan coraknya masing-masing semoga Allah SWT. memberikan ganjaran terbaik untuk mereka semua. Aamiin.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini kegiatan ziarah menziarahi makam para ulama dan pejung muslim indonesia marak dilakukan dan telah menjadi budaya bangsa indonesia yang baik. Namun berduyun menziarahi guru dan ulama di wilayah sendiri belumlah masif dilakoni. Masyarakat pada umumnya lebih tertarik untuk menziarahi makam keramat jauh. Tentu ini hal baik namun alangkah baiknya kita juga harus mengenali orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan apalagi mereka yang berpengaruh di wilayah sendiri dalam hal penyebarluasan agama islam. Kepada merekalah kitapun harus mendoakan dan menziarahi.
Atas dasar hal demikian, saya dan pemuda/i panhil yang tergabung dalam oganisasi Forum Komunikasi Pemuda Pabuaran Hilir (FK-PANHIL) berinisiatif dan mengajak masyarakat untuk menziarahi. Kami melakukan musyawarah intens dengan berbagai pihak dan tokoh panhil tentang wacana kami ini, ziarah ulama panhil. Selain sebagai bentuk komunikasi persetujuan juga agar mereka memberikan masukan positif sehingga kegiatan ini tercipta dari keinginan bersama dan menjadi cita-cita bersama.
ADVERTISEMENT
Syukur alhamdulillah, bersama fk-panhil dan masyarakat, selepas solat idul adha dan santap makan bersama kami lakukan tour ziarah lokal menziarahi 3 tempat pemakaman berduyun bersama-sama. Setiap lokasi pemakaman itu berbeda. Kami beriringan berjalan kaki menziarahi tiap lokasi pemakaman yang berbeda. Terakhir, menziarahi Almh. Ibu Nenden , Istri dariKH. Abdul Kholik yang lokasinya berada diluar wilayah kami. Ibu-ibu berangkat menggunakan kendaraan mobil bak. Saya dan pemuda berikut masyarakat lainnya menggunakan motor pribadi untuk pergi ke pemakaman terakhir ini. Terharu dan penuh rasa bahagia karena Ini adalah hal baru dan pertama. Pasti di tahun kemudian kami akan melaksanakannya kembali. Ini adalah rencana dan cita-cita kami agar ziarah ulama panhil ini menjadi budaya panhil yang mendarah daging dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Kemunculan Kekuatan Bangsa dari Prosesi Qurban
Tidak banyak jumlah hewan yang diqurbankan di wilayah saya. Hanya satu sapi dan belasan domba saja. Tapi ini yang paling saya tunggu. Ya prosesi berqurban! Kenapa? Jika Anda jadi saya yang mengikuti dan membantu prosesi qurban hingga akhir mulai dari penyembelihan, pengulitan, pembersihan jeroan (organ dalam) hingga membagikannya kepada masyarakat, Anda akan melihat hal yang sangat berharga. Satu kekuatan (power) yang lahir dari sebuah kumpulan masyarakat (society) yaitu kerukunan dan gotong-royongnya (kolektivisme).
Membantu proses penyembelihan hewan qurban. Foto: Dok.pri
Anda akan melihat senyum bahagia sekaligus wajah yang sesekali merengut takut dari anak-anak yang melihat penyembelihan qurban. Anda juga akan melihat kesigapan orang-orang yang lihai menguliti dan memtong daging qurban. Anda pun akan melihat antusiasme remaja dan pemuda yang sigap membawa jeroan qurban untuk dibawa ke sungai lalu dibersihkan. Anda akan melihat mereka dalam kesatuan kebersamaan dan kerukunan yang terlahir dan tumbuh diatas pelaksanaan titah agama dan interaksi antar masyarakat ini.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya hal ini adalah satu kekuatan hebat teruji yang sanggup mempertahannkan keutuhan masyarakat itu sendiri. Hal seperti ini pun pasti terlahir juga di wilayah dan daerah-daerah lain. Suatu kekuatan berbasis lokal yang bisa diberdayakan untuk dijadikan kekuatan untuk bangsa. Semoga para generasi penerus bangsa kita hingga para pemimpin bangsa ini menyadarinya. Melihat, merasakan lalu menciptakan hal baru untuk kebermanfatan bangsa dengan ‘memanen’ kekuatan dari masyarakat itu sendiri.