Pembelajaran Online Membuat Pelajar Rawan Berperilaku Tidak Jujur

Muhammad Rifky Efendy
Hai Nama saya Muhammad Rifky Efendy. Saya adalah seorang mahasiswa akuntasi di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyukai kepenulisan, musik, dan film
Konten dari Pengguna
5 Juni 2021 20:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rifky Efendy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pembelajaran Online. Sumber : https://pixabay.com/id/illustrations/pendidikan-pembelajaran-online-ikon-5600987/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pembelajaran Online. Sumber : https://pixabay.com/id/illustrations/pendidikan-pembelajaran-online-ikon-5600987/
ADVERTISEMENT
Pada saat pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia, banyak orang yang terpapar COVID-19 membuat banyak sektor-sektor di Indonesia yang terdampak, sehingga pemerintah Indonesia membuat kebijakan-kebijakan baru agar mengurangi penyebaran COVID-19. Kebijakan-kebijakan pemerintah antara lain menerapkan social distancing, mewajibkan memakai masker saat keluar rumah, Work From Home, dan sebagainya. Hal ini membuat aktivitas yang tadinya dikerjakan di luar rumah sekarang harus berada di dalam rumah, seperti beribadah, bekerja, dan aktivitas belajar dan mengajar.
ADVERTISEMENT
Dalam sektor pendidikan sendiri, pemerintah membuat kebijakan bahwa kegiatan pembelajaran online atau dari rumah masing-masing. Sudah satu tahun lebih kami menjalani pembelajaran online. Banyak hal yang sudah kami alami baik itu positif maupun negatif.
Pada awalnya kami merasa senang ketika sistem pembelajaran online diterapkan karena pembelajarannya akan santai, tidak perlu datang ke kampus, dan dapat mengikuti pembelajaran di mana saja, tapi ternyata itu salah, jauh dari ekspektasi kami. Ternyata selama pembelajaran online banyak tugas dengan tenggat waktu yang singkat. Hal ini membuat kami berada dalam tekanan yang akhirnya membuka kesempatan untuk berperilaku tidak jujur untuk mendapatkan nilai yang bagus. Banyak teman-teman saya yang hanya copy paste untuk mengerjakan tugas. Atau mencari jawaban soal di internet, bahkan sampai ada yang bilang kalau Brainly adalah sahabat saat masa pembelajaran online.
ADVERTISEMENT
Mempertimbangkan kondisi tersebut, peneliti kebijakan pendidikan dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), Nya’ Zata Amani, menyatakan pentingnya strategi baru dalam penanaman nilai kejujuran melalui institusi sekolah agar mengurangi tindakan tidak jujur selama pembelajaran online.
Utamanya, pelajar perlu diyakinkan bahwa bukan hanya hasil saja yang penting melainkan prosesnya juga sama-sama penting, serta perlunya apresiasi yang adil perlu dibangun oleh pengajar di dalam kelas. Sementara itu, ada pengajar yang mengungkapkan bahwa pengajar harus mulai memerhatikan gaya dan minat belajar siswa agar pembelajaran online berjalan dengan lancar. Serta sebaiknya pendidik memberi materi belajar yang bersifat inklusif. Atau bahkan memperbanyak konferensi Zoom agar semakin akrab dan adanya relasi antara pengajar dan pelajar.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang dapat dilakukan pengajar untuk mengurangi perilaku tidak jujur pelajar dengan cara memberi soal-soal kasus yang membuka ruang untuk analisis. Hal ini juga dapat meningkatkan kemampuan pelajar dalam menganalisis suatu kasus dan mencari cara bagaimana menyelesaikan kasus tersebut menggunakan penalarannya Karena soalnya berupa kasus dan analisis, maka otomatis jawaban soal tersebut tidak ada di internet yang akhirnya memaksa pelajar untuk berpikir sendiri dalam menyelesaikan soal kasus tersebut.
Ilustrasi anak saat belajar menulis. Foto: pixabay.com