Makan Siang Gratis Dan Ketahanan Pangan

Muhammad Muchlas Rowi
Dosen, penulis, serta pegiat Literasi Media yang aktif di berbagai organisasi. Saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Jamkrindo
Konten dari Pengguna
4 Januari 2024 22:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Muchlas Rowi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prabowo memegang seekor sapi. Foto: Instagram/@prabowo
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo memegang seekor sapi. Foto: Instagram/@prabowo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Makan siang [maksi] dan minum susu [misu] gratis kembali diangkat prabowo saat kembali maju di Pilpres 2024 dan berpasangan dengan Gibran. Program ini bahkan jadi andalan selain politik menggembirakan atau politik gemoy.
ADVERTISEMENT
Prabowo tentu punya seabreg alasan. Selain untuk menurunkan prevelensi stunting, juga untuk investasi masa depan. Sebagai langkah buat mempersiapkan generasi muda yang tangguh, cerdas dan sehat.
Siapa pun tahu, kunci sukses bagi Indonesia di masa depan adalah mempersiapkan generasi mudanya. Gagal menyiapkan generasi muda di masa depan, maka bukan cuma tertinggal tapi juga bisa binasa.
Alasan sederhananya hanya anak muda yang bisa mengusung kemajuan. Hanya anak muda yang bisa begadang dua hari dua malam untuk sebuah pekerjaan. Sedangkan kita yang sudah tak lagi muda usia, dijamin langsung masuk angin.
Program makan siang gratis tak cuma bakal memperbaiki gizi anak di sekolah tapi juga menggerakkan ekonomi. Hitungan sederhananya, menurut World Food Programe [WFP] PBB, dari setiap US$ 1 [US$= Rp15.485] program makan siang di sekolah bisa mendongkrak dampak ekonomi sebesar US$9 [Rp139.365].
ADVERTISEMENT
Dana sebesar US$1 akan kembali dalam bentuk dampak ekonomi langsung atau tidak langsung. Seperti peningkatan kecerdasan, peningkatan produktivitas dan penghasilan kerja, peningkatan kesehatan, serta perbaikan kesetaraan gender.
Untuk jangka panjang, program maksi dan misu gratis juga dapat memberi dampak positif pada ketahanan pangan dalam negeri. Para petani, nelayan, peternak, dan UMKM lebih sejahtera. Karena bahan makanan diusahakan dari petani, peternak, nelayan, UMKM di lingkungan sekolah. Menu juga akan disesuaikan dengan produksi pangan unggulan masyarakat di sekitar sekolah, termasuk susu segar.
Dalam hitungan Mas Bowo, program ini juga dapat menciptakan 1,8 juta lapangan kerja. Karena setidaknya akan ada 377.000 dapur yang digunakan buat menyiapkan makan siang gratis di sekolah. Jika setiap titik makan siang dan dapur dilayani sedikitnya lima pekerja.
ADVERTISEMENT
Belajar pada Finlandia
Sejumlah negara sudah menyelenggarakan program makan siang gratis untuk anak di sekolah. Program ini kerap dinamakan lunch atau meal program formschool, seperti di India, Inggris, Brasil, Estonia, dan Finlandia.
Negara terakhir mungkin bisa jadi rujukan. Ada kesadaran amat tinggi soal pentingnya ketahanan pangan. Mereka tidak ingin bernasib sama seperti pasukan Napoleon. Digdaya di medan perang, namun mati membeku lantaran kekurangan pasokan pangan. Mereka kalah oleh para petani Rusia dan Cossack yang melakukan perang gerilya tiada henti.
Masyarakat Finlandia memiliki tingkat ketahanan pangan tertinggi di dunia. Menurut Indeks ketahanan Pangan Global 2022, Finlandia menempati posisi teratas sebagai negara dengan indeks ketahanan pangan tertinggi di dunia. Nilainya, 83,7 poin. Nilai keterjangkauannya sampai poin 91,9 meskipun nilai ketersediaannya hanya sebesar 70,5.
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Eksekutif di Unit Bisnis Benih Corteva Agriscience, Tim Glenn menuturkan, Laporan Global Economist Impact menyoroti peran penting yang dimainkan petani dalam mengatasi ketahanan pangan. Dimana Finlandia, 95% daerahnya adalah pedesaaan dan menampung sekitar 39,5% dari total populasi. Itu artinya cukup banyak warga Finlandia yang masih memilih tinggal di desa-desa, ketimbang melakukan urbanisasi ke kota-kota.
Data juga menunjukkan jika di Finlandia ada sekira 44.500 kepemilikan lahan pertanian. Dimana rata-rata pra petani memiliki sekitar 51 hektar. Para petani bisa maksimal dalam menanam. Fokus terhadap satu atau dua produk pertanian saja.
Hebatnya lagi, sekitar 14,4 persen pertanian di Finlandia adalah pertanian organik. Kesadaran mereka untuk menggunakan pupuk organik sangat tinggi. Karena apa yang mereka tanam adalah apa yang akan anak-anak mereka makan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pertanian di Finlandia didukung oleh penggunaan teknologi modern, standar praktik lingkungan hidup dan kesejahteraan hewan yang tinggi, namun juga oleh tantangan profitabilitas yang signifikan. Secara proporsional, Finlandia adalah negara dengan hutan terbanyak di Eropa, hampir 75 persen diantaranya merupakan lahan tertutup oleh hutan.
Inovasi pertanian
Jika sebuah negara ingin meningkatkan ketahanan pangan, maka inovasi menjadi sangat penting. Intervensi teknologi wajib dilakukan agar pertanian bisa dikelola lebih efisien dan menguntungkan.
Soal kepemilikan dan tradisi bertani juga mesti direvolusi. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebesar 278 juta jiwa. Sebanyak 43 persen diantaranya hidup di desa.
Puluhan tahun atau bahkan mungkin ratusan tahun bangsa kita kerap disebut bangsa agraris. Penduduknya banyak yang menjadi petani dan menjadi kelompok organik yang memainkan peran sangat penting bagi roda perjalanan bangsa.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, meski petani menempati peran penting dalam ketahanan pangan. Tapi nyatanya kesejahteraan mereka jauh panggang dari api. Buntutnya, generasi penerus para petani, anak-anak muda di desa enggan jadi petani.
Persoalan serius yang terkadang kita lupakan sebetulnya adalah para petani di negeri ini lebih banyak yang hanya menjalankan pertanian subsisten. Pertanian swasembada dimana petani berusaha menghasilkan bahan pangan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarga. mereka bertani dengan skala kecil, menggunakan metode tradisional, dan memiliki sumber daya terbatas.
Ke depan, jika kita ingin meningkatkan ketahanan pangan maka para petani harus digeser dari petani subsisten menjadi petani yang menyediakan pangan dan membantu meningatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kepemilikan petani atas lahan harus ditingkatkan. Jika ingin tetap dibilang petani, mendapat subsidi benih dan pupuk, maka luas lahan pertanian harus ditetapkan sekian hektar. Jika tidak, maka para petani harus membentuk kelompok agar luas lahan mereka mencukupi.
ADVERTISEMENT
Jika tidak mencukupi maka tidak usah menjadi petani, bekerjalah di sektor lain yang sesuai dengan kapasitas dan passionnya. Dengan begitu, pengembangan pertanian akan lebih serius sekaligus menjanjikan fulus, bukan akal bulus.
**
Muhammad Muchlas Rowi
Dosen Manajemen Institut Bisnis Muhammmadiyah