Pesan Cinta dalam Hampers Hari Raya

Muhammad Muchlas Rowi
Dosen, penulis, serta pegiat Literasi Media yang aktif di berbagai organisasi. Saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Jamkrindo
Konten dari Pengguna
12 Mei 2021 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Muchlas Rowi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Dmitry Mashkin, unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Source: Dmitry Mashkin, unsplash.com
ADVERTISEMENT
“Lho, bukankah itu biasa disebut parsel?” jawab saya kepada istri. Dia menjelaskan bahwa hampers lebih sederhana dan lebih ekonomis. Biasanya berupa kue-kue lebaran. Namun hampers dikemas dengan cara yang unik, yakni dari bambu atau berupa keranjang. Hal ini membuat penampilannya menjadi cantik. Mendengar penjelasan tersebut, saya pikir menarik juga. Saya mencoba menelusuri lebih jauh soal hampers dengan googling di dunia maya.
ADVERTISEMENT
Dari beragam sumber di dunia maya saya dapat informasi bahwa keberadaan hampers seolah menggantikan parsel yang sudah jauh lebih dulu populer. Baik parsel maupun hampers sama-sama berasal dari bahasa asing. Hampers berasal dari bahasa Prancis “hanapier” yang berarti keranjang untuk piala. Sementara parsel berasal dari bahasa Inggris “parcel” yang berarti sesuatu yang sudah dibungkus.
Baik parsel maupun hampers sama-sama berupa bingkisan yang diberikan masyarakat saat hari raya. Bedanya, hampers terkesan lebih sederhana dan terjangkau secara harga. Sementara parsel lebih banyak secara kuantitas barang maupun harganya.
Hampers biasanya diisi dengan kue-kue lebaran. Walaupun isinya terlihat biasa, namun hampers dikemas secara kreatif oleh produsennya. Contohnya adalah ada hampers kue lebaran yang dibungkus dengan keranjang yang estetik. Hal ini membuat hampers tetap terlihat cantik dan menarik serta tidak terkesan murahan.
ADVERTISEMENT
Beragamnya kreasi hampers yang diproduksi oleh masyarakat menunjukkan daya tahan dan kreativitas bangsa. Meski dilanda pandemi, sebagian pengusaha tidak kehilangan akal untuk tetap kreatif dan inovatif. Lahirlah hampers-hampers cantik dan menarik yang laku di pasaran. Bisnis hampers juga berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi yang sempat mandek disebabkan pandemi.
Potensi bisnis hampers saat Bulan Ramadhan luar biasa. Pemerintah selayaknya bisa melihat potensi ini dan membantu para pengrajin hampers yang merupakan bagian dari industri ekonomi kreatif. Terlebih hampers merupakan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hampers juga menjadi potensi ekonomi lokal yang bisa diberdayakan.
Budaya saling memberi hampers pada saat Hari Raya merupakan sesuatu yang baik ditinjau dari segi agama maupun etika. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW pernah bersabda:”Saling memberi hadiah akan menyebabkan kalian saling mencintai.” Hadits ini menjadi dalil bahwa ajaran Islam menganjurkan kita untuk saling memberi hadiah dengan sesama untuk menambah rasa cinta.
ADVERTISEMENT
Momentum Hari Raya merupakan saat yang tepat untuk silaturahmi yang juga merupakan ajaran agama. Salah satu bentuk silaturahmi yang efektif adalah saling memberikan bingkisan. Silaturahmi non-verbal seperti ini seringkali lebih efektif dibandingkan dengan ucapan (verbal). Hal ini sejalan dengan ajaran agama, bahwa dakwah bil hal (dengan perbuatan) lebih efektif dibanding dengan dakwah bil lisan (dengan ucapan).
Secara etika, memberikan hadiah kepada sahabat atau kolega merupakan wujud kedermawanan dan kepedulian. Memberikan hadiah juga merupakan bentuk dari apresiasi dan memelihara hubungan baik dengan kolega dan sahabat. Memberikan hadiah juga merupakan komunikasi non verbal yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan cinta kebaikan kepada yang menerimanya.
Dalam konteks tertentu, saya sepakat bahwa memberikan hadiah bisa termasuk ke dalam gratifikasi. Misalnya hadiah yang diberikan berupa parsel dengan isi barang-barang mahal. Beberapa tahun yang lalu ada yang memberikan parsel berupa jam tangan mewah dan sejumlah uang. Dilihat dari bendanya, jelas ini merupakan gratifikasi.
ADVERTISEMENT
Namun untuk hampers saya kira tidak perlu dimasukkan ke dalam kategori gratifikasi. Karena kuantitas dan harganya yang terjangkau. Memberi hampers ibarat mentraktir makan siang kolega. Sesuatu yang sah saja dalam hubungan pertemanan atau bisnis.
Muhammad Muchlas Rowi, Komisaris Independen PT Jamkrindo