Diary: Puisi Apa Adanya dari Tukang Khayal

Muhammad Rojak Hidayat
Sastra Indonesia - Universitas Pamulang - Jangan menduga, caraku berbeda.
Konten dari Pengguna
18 Juli 2022 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rojak Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar milik pribadi
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membuat puisi, dimana puisi ini hadir dalam angan-angan saya selesai aktivitas malam ini. Puisi kali ini bukan perasaan yang sesungguhnya penulis rasakan sepenuhnya, namun puisi ini tercipta karena dengan perasaan biasa saja yang dihadirkan dengan sedikit kesan.
ADVERTISEMENT
Semoga saja dapat tercurahkan semua isi kepala dalam artikel ini, dan semoga bisa langsung tembus dan terbit tentunya. Mengenai kejadian dalam suatu peristiwa pertempuran hati, dan sedikit ilusi yang mengebu seakan tidak karuan membuat saya semakin yakin untuk melampiaskannya disini dengan seadanya.
Dan yang harus diingatkan kembali, ini hanyalah sebuah puisi yang melibatkan hati dan imajinasi penulis saja. Bukan karena adanya perasaan lebih, dan tidak ada sama sekali perasaan yang terjadi sesungguhnya. Jadi buat kalian yang ingin membacanya jangan menunjuk semua itu ke penulis ya, nanti penulis risau. Hehe
Jadi saya akan memberi bebas ruang komentar di bawah untuk kalian semua untuk mengkoreksi puisi pada kali ini, dengan harapan kalian semua dapat memberi saran atau kritik untuk saya agar dapat lebih baik lagi untuk kedepannya. Pastikan kalian semua masuk dalam ilusi imajinasi pada puisi ini, saya mohon sekali. Hehe
ADVERTISEMENT
Untuk lebih jauh untuk membuat puisi ini, saya akan mencobanya langsung ketik tanpa harus pikir panjang dan mengumpulkan materi sebelumnya. Baiklah kalo seperti itu mungkin tanpa harus pikir panjang lebar, dengan bismillah lanjut kebagian isi puisinya. Semoga kalian bisa meresapkannya, dengan puisi sebagai berikut:
Malam Ibaratnya
Hey malam, bintang terlihat membosankan dihadapanku,
Apakah kau dengannya baik-baik saja?
Ku dengar kau sibuk mengumpulkan tenaga,
Apakah kau baik-baik saja?
Malam kau itu indah, bahkan menurutku bintang itu tiada pun
Kau tetap indah.
Indah kau malam ini sangat menakjubkan,
Indah hitam kau yang memancar begitu suci.
Apa aku boleh menikmatinya sedikit saja?
Aku butuh malam kau malam ibaratnya.
Dengan ketenangan suci yang terhias rapih,
ADVERTISEMENT
Seakan kias yang begitu gelap berubah mempesona.
Dimana kias hitam kau yang bercahaya,
Membuatku semakin yakin akan kecewa.
Karena aku tahu, semua itu tertuju bukan untuk terik sepertiku.
Malam, bantu aku menjadi malam ibaratnya,
Aku tidak mau masuk dan terpesona olehmu.
Aku ingin biasa saja menikmatinya, tanpa hujan atau angin kencang.
Karena tenang kau saja sudah cukup bagiku ibaratnya.
Lemah ku, terlalu berharap waktu menerangkan bumi dengan malam,
Meski sadar sepenuhnya, Tuhan sudah menyiapkan bekal untukku.
Dimana bekal itu yang tidak dimiliki siapa pun,
Dengan perasaan begitu kuat, dengan semua tanda kacau terlihat.
Menyinari ku begitu terang dengan kabut hitam.
Malam, kau ibaratnya ladang bunga yang mati untukku,
Tanpa kejujuran, hati itu gelap seperti tidak tersiram ibaratnya.
ADVERTISEMENT
Namun nikmati saja, masamu masih ada beberapa jam lagi.
Ku anggap malam yang alami sudah terbiasa tanpa air.
Dan kau layak dilupakan dalam siangku, bahkan
Rindu yang menggebu runtukan malammu ibaratnya.
Harapanku, jadilah malam kau sebagai mana semestinya.
Jangan biarkan malam ibaratnya hilang,
Tanpa air yang mengkikis gelapmu perlahan.
Dimana gelapmu sungguh sempurna tanpa tersentuh terik.
Begitulah hatiku panggil kau malam ibaratnya.
Jadi seperti itulah puisi pada kali ini, semoga kalian paham dan bisa mengerti bahasa hati saya sebagai penulis puisi abal-abal. Dengan sedikit risaunya hati puisi itu terlampir, membuat saya ingin sekali melampiaskannya pada artikel selajutnya. Dengan penuh harap, puisi kali ini bukan hanya saya saja yang dapat merasakan imajinasinya.
ADVERTISEMENT
Mungkin bila diulas sedikit, saya banyak menyimpan makna pada kata yang telah tertuang di dalamnya. Tentunya agar membuat kalian bisa meresapi, dan bisa masuk kedalamnya dengan imajinasi kalian sendiri. Dengan kata "Malam Ibaratnya", penulis mencoba kiaskan kata tersebut pada bagian judul puisi.
Dengan merunjuk kata tersebut pada seseorang yang berubah karena sesuatu hal, dan hal itu tentunya menggoyahkan semangat yang menggebu pada hati penulis untuk mendekat. Tentunya, dengan kata tersebut puisi yang biasa itu bisa menjadi sedikit sendu. Dengan kata "Ibaratnya", semua hayalan penulis bisa tercurahkan.
Dalam puisi kali ini penulis sangat sadar dengan apa yang di tulisnya, dengan semua kata puitis bisa tercurahkan. Meski sekarang puisi tersebut hanya dimengerti penulis, setidaknya nanti kalian juga bisa mengartikannya dengan pandangan kalian semua. Bebas, karena puisi ini hanya khayalan sesaat dan tidak ada maksud lain.
ADVERTISEMENT
Karenanya, saya sangat berharap sekali kalian bisa berkontribusi untuk membangkitkan puisi ini lebih jauh, dengan berkomentar pada kolom di bawah. Atau kalian bisa juga menambahkannya dengan komentar pula, agar saya sebagai penulis puisi tersebut dapat memahami kembali dengan apa yang sudah tertuangkan.
Dengan penuh harap, semoga saja artikel ini dapat langsung terbit dan kalian semua bisa menikmati untuk membacanya. Dengan kata seadanya dalam puisi ini, jujur dengan pemikiran sangat keras saya curahkan sebisanya saya untuk merangkainya. Karena saya sangat awam akan puisi itu sendiri, dan sadar sekali akan hal itu.
Dimana saya pun masih belum bisa memberikan yang terbaik, hanya saja sedikit demi sedikit saya terus belajar untuk memperbaikinya pada setiap kali kesempatan yang ada. Jadi mohon maaf apabila puisi pada artikel kali ini kurang menarik dan tidak seperti pada artikel lainnya, tentunya saya akan terus berusaha untuk kalian semua.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian semua yang telah mampir untuk membaca sedikitnya artikel kali ini, dan semoga saja dapat kalian semua terima dengan rendah hati. Setidaknya niat penulis kali ini hanya untuk berbagi, dan tidak ada maksud berlebihan untuk menunggu harapan yang tidak mungkin didapatkan.
"Salam satu aspal, nikmat sehat nikmat rejeki untuk kalian semua". Amin