Nonfiksi: Naskah Cerita Pendek bersama Mawar

Muhammad Rojak Hidayat
Sastra Indonesia - Universitas Pamulang - Jangan menduga, caraku berbeda.
Konten dari Pengguna
16 November 2022 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rojak Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar milik pribadi
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan ini saya akan mencoba membuat sedikit naskah cerita pendek saat bersama mawar waktu lalu diakhir bulan. Dimana pada saat itu saya merasa gelisah dengan tidak menikmati setiap harinya, karena pada saat itu rasanya begitu banyak sekali cobaan yang saya hadapi dalam percintaan. Oleh karena itu, saya akan mencoba sedikit menuangkan pada artikel ini.
ADVERTISEMENT
Dengan harapan bisa langsung tayang, dan bisa kalian semua baca, meski saya sendiri tidak tahu apakah ini akan tayang atau tidak. Setidaknya pada kesempatan ini saya akan mencoba utarakan, dengan semua kekurangan yang saya miliki, semoga saja kalian bisa menerimanya. Baiklah kalau begitu langsung saja, saya akan membuat cerita pendek ini sebagai berikut:
Judul: Mawarku Disaat Hujan
Berawal dari awal dan seringnya pertemuan, dan satu kelompok tugas yang sama pada suatu ruangan dengannya. Saya pun serentak menyapanya sebagai permulaan, agar tugas cepat selesai dan dapat mengenalnya secara pribadi tentunya. Dengan itu saya langsung membuka pembahasan pertama kalianya dengan mengajaknya berdiskusi dalam kelompok sebagai berikut:
Saya: Mawar, bagaimana ini?, kita mau mulai dari mana sekarang?. Dan dia pun menjawab:
ADVERTISEMENT
Mawar: Kita mencari materinya dahulu, masih lama juga kan pengumpulannya?. Dan saya membalasnya:
Saya: Iya mawar, baiklah kalau begitu!.
Lalu kami membubarkan diskusi dalam kelompok, dengan berjalannya waktu kami pun berada tepat dimana saat hari pengumpulan tugas. Dan saya bertanya pada kelompok:
Saya: Tugas kita sudah selesai, kira-kira apa lagi yang kurang?. Dan mawar itu menjawab:
Mawar: Sepertinya sudah cukup, bagus juga gambarnya. Karena tugasnya disuruh untuk menggabarkan sebuah cerita.
Lalu kami langsung memberikan tugas kelompok itu kepada Dosen dan selesai, namun tidak berhenti disana saja. Keesokan harinya saya merasa ada yang berbeda, ia yang memiliki mata yang indah itu membuat saya ingin mengenalnya lebih jauh. Dengan kesempatan yang ada, saya langsung bergegas untuk mendekatinya.
ADVERTISEMENT
Namun sedikit disayangkan, temannya yang terlalu percaya diri ingin selalu ingin tahu usuran saya dengannya, dan selalu menilai buruk tentang saya saat mulai mencoba mendekatinya. Namun saya tidak pernah perduli akan hal itu, karena yang tahu tentang saya itu hanya orang yang benar-benar mengenal saya.
Walaupun seakan-akan rencana itu untuk menggagalkan semua usaha saya mendekatinya, dengan sangat disayangkan mawar itu terlalu cepat percaya dengan ucapan temannya tentang saya. Ketika pada suatu hari saya mencoba lagi untuk mendekatinya, dengan siap menerima konsekwensinya yang sudah saya pikirkan sebelumnya.
lalu beberapa hari kemudian saya mendapat kabar, bahwa pada saat malam sabtu atau minggu mawar akan bergegas pergi untuk pulang kampung, dengan tujuan untuk menghadiri acara pernikahan temannya, lalu ia pun pergi dengan seseorang. Namun semua itu tidak berlangsung lama, dan saya pun mengabarinya meski niat saya awalnya ingin mengatarnya. Dengan tujuan agar saya dapat banyak waktu bersamanya, dan saya menanyakan kembali kepadanya:
ADVERTISEMENT
Saya: Kamu lagi di mana?, kenapa tidak ada kabar. Ternyata mawar selama perjalanan tidak main handphone, dan ternyata udah sampai kampung halamannya, dengan membalas:
Mawar: Iya maaf, aku baru samapai di kampung, soalnya besok mau kondangan di tepat temen. Dan saya menjawab:
Saya: Yasudah kalau begitu, jangan lupa ingatan. Dengan sebuah kata singkat saya harap ia bisa mengerti. Lalu ia membalas dengan:
Mawar: Senin atau selasa, soalnya pulangnya naik motor sampai stasiun sama sepupu, terus dari stasiun naik kereta sendirian sampai sudimara.
Saya: Yasudah, aku jemput kamu sekarang?, jangan menolak lagi kali.
Dengan saya tahu ia mau meskipun dengan sangat terpaksa, karena dari obrolan sebelumnya mawar itu seakan memberatkan saya agar tidak menjemputnya.
ADVERTISEMENT
Lalu sempat hilang kabar, karena dirinya berjalan dari kampung naik kendaraan roda dua motor dengan sepupunya sampai stasiun. Dengan menunggu balasan yang lumayan cukup lama, saya pun langsung menuju ke stasiun sudimara agar mawar tidak bisa menolak ajakan saya menjemputnya. Dan akhirnya, dirinya pun mungkin dengan terpaksa membalas pesan saya dengan:
Mawar: Yasudah iya, tapi masih lama tahu. Emangnya kamu tidak kuliah?. Dan saya langsung menjawabnya tanpa pikir panjang dengan:
Saya: Ok, siap. Kamu lebih penting. Dengan perasaan sedang bahagia saat itu tanpa memikirkan akhirnya, dan dia pun membalas pesan saya kembali dengan:
Mawar: Loh, jangan begitu tahu, seriusan aku masih lama ini sampai sudimara.
Dengan tujuan saya untuk menyakinkannya, saya pun sudah tepat di posisi depan stasiun lalu pindah ke tempat pintu dua. Dan itu pun tepat sudah berada depan pasar sudimara dan hampir dua jam menunggunya, lalu saya pun membalas dengan:
ADVERTISEMENT
Saya: Iya, ini udah aku tunggu, tenang saja. Aman, kabarin saja kalau kamu sudah mau dekat sudimara.
Dengan tidak perdulikan akan sakit hati nantinya nanti, saya pun terus menunggunya sampai benar-benar mawar itu tiba, dan duduk di motor saya. Dan mawar pun menjawab pesan:
Mawar : Iya, yasudah.
Dengan harapan, pada saat pengantaran nanti cuaca akan hujan dan jalanan sedikit padat. Karena harapan itu setidaknya membuat waktu dan perjalanan saya sedikit lama untuk bersamanya, tentunya dengan harapan itu saya akan mendapat banyak waktu bersamanya. Karena itulah saya sangat berharap semoga Allah dapat kabulkan, setidaknya sedikit harapan itu dapat bersamanya, meskipun hanya satu jam saja.
Dengan perasaan yang sedang berbunga-bunga, saya pun tidak memikirkan hal lain. Tentunya kesempatan bersamanya ini tidak mungkin datang dua kali, apa lagi bersama dirinya yang saya kira akan terus bersama. Dengan berjalannya waktu, dia pun menelpon saya dengan memberitahu kalau dia sudah sampai. Dan saya pun bergegas untuk menjemputnya, menjemput mawar yang saya tunggu-tunggu.
ADVERTISEMENT
Dengan waktu menunggu hampir lewat dua jam, saya pun senang sekali saat dia menelpon dan memberikan kabar kedatangannya. Meski saya sangat tahu, dia sebenarnya tidak ingin saya yang menjemputnya. Serentak saya pun menjawabnya dengan:
Saya: Yaudah, tunggu disitu, jangan kemana-mana. Dan dia pun langsung menjawab:
Mawar: Iya, aku di depan toko minuman seret.
Saya: Ok, tunggu!
Dan kami berdua bertemu, dan langsung berjalan ke arah tempat tinggalnya dengan menggunakan sepeda motor. Namun seketika perjalanan mulai padat, dan gerimis berubah menjadi hujan lebat sebagaimana doa saya sebelumnya. Dengan teringat doa yang saya harapkan itu, saya pun merasa sangat bahagia dihari senin itu. Rasa bahagia tidak berlangsung lama, karena dia pun merasa terpaksa.
ADVERTISEMENT
Dengan derasnya hujan saat itu, saya pun minggir untuk meneduh dan menawarkannya memakai jas hujan. Namun ia tidak mau pakai, karena sebelumnya saya pun tahu ia tidak lagi menyukai hujan. Saya pun dengan sengaja untuk mengingatkan masalah hujan itu, dimana hujan itu pernah mengecewakannya. Dan saya pun mengajaknya hujan-hujanan untuk meneruskan perjalanan agar tidak terlalu malam, tentunya agar dia juga tidak sakit dengan pakaian hampir basah dan sedikit lelah.
Dan ternyata dia pun mau, lalu saya pun menanyakan tentang perasaan yang selama ini saya pendam. Kami berdua pun bercerita sejujur jujurnya. Rasanya tenang, lega, dan sudah tidak ada lagi rasa yang dipendam setelahnya. Dengan saya menanyakan:
Saya: Tahu gak, kalo aku suka sama kamu?. Karena sebelumnya saya di tantang untuk menembaknya secara langsung kalo berani.
ADVERTISEMENT
Mawar: Iya tau, ko kamu bisa suka sama aku? Sejak kapan?.
Saya: Dari awal kamu pindah keruangan aku.
Dengan mengetahui akhirnya semua itu akan gagal, saya pun terus menjadikan semua itu suatu fiksi yang sangat luar biasa.
Lalu kami berdua saling bercerita masalah hati yang sama-sama memendam, dengan tanpa ada perasaan lebih jauh kami berdua pun sepakat untuk tidak sama-sama saling berharap. Karena ada suatu yang harus dijaga, karena ada sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Tentunya saya pun mengerti atas perbincangan malam itu di kala hujan, dengan saling memahami satu sama lain dan saling menjaga.
Karena rasa tidak dapat dipaksakan, dan karena orang ketiga juga yang selalu membuat seakan memandang buruk tentang saya. Setidaknya dia telah jujur mengenai pembahasan pada saat itu, setidaknya sekarang yang tersisa hanyalah pelukannya yang begitu kuat. Seakan pelukan itu tidak harapkan, hanya karena keadaan dan masa lalu yang membuatnya kecewa sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Dan sekarang saya pun akan mencoba menjalani hari tanpanya, tanpa senyuman, dan tanpa menoleh kearahnya. Namun saya akan selalu menjaganya sebisa mungkin, tanpa orang lain tahu, dan tanpa ia tahu. Karena untuk saya, bahagianya itu sangatlah penting bagi saya. Dengan semampunya, sekarang saya akan mencoba untuk menjauhinya.
Akhir kata, mohon maaf atas kekurangan dalam naskah cerita pendek ini. Setidaknya saya hanya mengutarakan sebisanya saja, dengan harapan mawar itu tetap tumbuh bersama bunga-bunga di taman yang indah di dalam lingkarannya. Pesan untuknya, tetaplah sehat mawarku, teruslah tersenyum bahagia meskipun kau tidak denganku.
Karena saya sangat mencintai mawar saat itu, sampai-sampai saya lupa kalau saya juga butuh bahagia dan di cintai, "salam satu aspal, nikmat sehat nikmat rejeki untuk kita semua".
ADVERTISEMENT