Asal Mula Gandrung Lanang di Banyuwangi

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2017 3:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Asal Mula Gandrung Lanang di Banyuwangi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gandrung banyuwangi di Pameran Bondowoso tahun 1898 @Sumber Kitlv.nl
ADVERTISEMENT
Asal mulanya tarian gandrung di banyuwangi dibawakan oleh seorang bocah laki laki dengan busana dan gerak tari yang meniru gerakan putri dan penari itu disebut Gandrung Lanang (laki-Laki), Berdasarkan perkembangannya tari gandrung kini boleh dibawakan oleh penari wanita hingga sekarang ini.
Sampai tahun 1890, Julukan bagi penari gandrung dlberikan kepada seorang laki-Laki yang masih jajaka, Asalnya, gandrung itu kaliling ke desa-desa bersama sama serombongan pemain musik yang memainkan kendang dan terbang. Penari gandrung beserta pemain musik terus berjalan sambil menari-nari. Adakalanya grup gandrung ini ditanggap atau diminta main oleh warga desa yang kebetulan berhajat mengawinkan anaknya. Pada saat pertunjukan berlangsung itulah, biasanya gandrung lanang di-ibing oleh para tamu laki laki. Sebagai penghargaan kepada mereka, masyarakat yang melihat pertunjukan, tersebut memberi hadiah berupa beras yang mereka masukkan ke dalam sebuah kantong.
ADVERTISEMENT
Para penari gandrung lanang berkisar antara 14-10 tahun. Seorang penari bocah yang berwajah elok, dirias dan diberi busana putri, menari-nari dengan menirukan gerak tarian putri, Sebenarnya bentuk tarian dengan penari bocah laki-laki seperti ini merupakan suatu ciri khas dalam berbagai bentuk pertunjukan kesenian rakyat tradisional, Sebagai contoh di beberapa daerah seperti Ponorogo terkenal dengan sebutan gemblek, di Aceh disebut seudati dan di Madura dengan nama runding.
Pada abad XIX, tradisi gandrung dengan penari pria mulai mengalami perubahan Karena semula yang boleh menjadi penari gandrung adalah anak-anak muda dengan batas usia antara 16-17 tahun, namun pada abad XIX tidak lagi ada pambatasan usia.
Gandrung lanang yang terakhir dan paling terkenal pada tahun 1890-an bernama Marsan dari Rogojampi, Dia termashur sebagai penari hingga ke daerah-daerah lainya. Saat. ada upacara perhelatan di masyarakat, gandrung marsan selalu diundang, dan samua pesaingnya harus mangakui keunggulannya sebagai penari gandrung.
ADVERTISEMENT
Jika penari gandrung lainnya mengabdikan diri pada kesenian gandrung hanya terbatas usia 18 -17 tahun, maka marsan bergelut dalam kesenian gandrung hingga mencapai Usia 40 tahun, sampai la meninggal dunia pada tahun itu juga.
Pada umumnya tarian profan jika ditilik dari fungsinya tidak akan dapat menjadi tarian sakral. Justru yang sakral pada perkembangannya bisa menjadi profan. Seperti diketahui bahwa. tari seblang adalab tarian sakral yang ada di Banyuwangi, sedangkan gandrung murupakan jenis tarian hiburan. Pigeaud mengatakan bahwa pada tahun 1770-an tarian seblang sudah ada, Hal ini ditengarai behwa saat itu, Sayu Wiwit pernah melihat menari seblang. Apakab gandrung sudah ada sebelum itu, rasanya tidak mungkin. Oleb karena mengingat gandrung lanang yang masih kabur kapan adanya, ternyata berakhir pada tahun 1890-an,
ADVERTISEMENT
Semi, penari gandrung wanita pertama sewaktu masih hidup, pernah mengatakan bahwa tidak jelas kapan dimulainya gandrung lanang. bahkan berakhirnya pun juga masih kabur, Hanya saja Semi diusianya yang ke 8O tahun pernah menyinggung bahwa gandrung lanang. yang terkenal waktu itu adalah gandrung Mus (tidak jelas nama lengkapnya), Mus setelah berhenti menari gandrung, kemudian naik haji dengan nama Haji Akhmad. Apabila kita kaitkan dengan ungkapan Scholte bahwa gandrung lanang yang terkenal saat itu adalah marsan, maka hal itupun dibenarkan oleh Semi (wawancara dengan Hasan ali Tahun 1995).
Dengan kata lain bahwa Marsan adalah gandrung yang paling terkenal diantara gandrung lanang yang lainnya. dengan demikian dapat dikaitkan pada saat Semi berusia muda, gandrung Marsan masih aktif menjadi penari gandrung.@dinukil dari buku tesis Koleksi @wers.Btd-Gandrung Banyuwangi Sebagai identitas budaya masyarakat Osing di Jawa Timur Oleh Bambang Soeyono tahun 1998
ADVERTISEMENT