Kronik Heroik Wong Agung Wilis Pahlawan Blambangan Menumpas Kompeni

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
21 September 2018 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Wong Agung Wilis, Pangeran Kerajaan Blambangan (Foto: Kent Ali BTD)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wong Agung Wilis, Pangeran Kerajaan Blambangan (Foto: Kent Ali BTD)
ADVERTISEMENT
Ketika Blambangan diperintah oleh Danuningrat, wilayah tersebut diserang oleh orang-orang Bugis di bawah pimpinan Daeng Pagersan dan Daeng Pagaruyung yang menduduki wilayah Bongpakem (sekitar daerah Pakem Kertosari). Pangeran Danuningrat memerintahkan kepada Panglima Ranggasetata untuk menumpasnya. Namun, Ranggasetata merasa mampu menumpas orang-orang Bugis apabila bekerjasama dengan Pangeran Agung Wilis yang telah tersisih dari istana Blambangan.
ADVERTISEMENT
Pangeran Agung Wilis semula tidak bersedia memenuhi permintaan raja Blambangan, tetapi secara diam-diam dia menumpas orang-orang Bugis yang ada di Bongpakem. Setelah itu, dia tidak menghadap raja Blambangan dan kembali ke daerah pengasingannya di pantai selatan. Dari sini terlihat sikap Agung dari Pangeran Agung Wilis yang cinta pada tanah airnya dan berjuang tanpa pamrih demi kepentingan rakyat serta kerajaannya.
Penaklukkan Blambangan oleh Kompeni Belanda
Pada pertengahan abad XVII laporan mata-mata kompeni Belanda di Probolinggo mengatakan bahwa pedagang dari Inggris yang merupakan musuh utama kompeni Belanda sering kali datang dan melakukan transaksi dagang di bandar sekitar Blambangan, sehingga menggelisahkan pihak kompeni.
Melihat keadaan itu, maka pihak kompeni bersikap tegas untuk menaklukkan Blambangan. Permohonan Gubernur Semarang untuk menaklukkan Blambangan disetujui oleh Gubernur Jenderal. Pengerahan pasukan segera dilakukan oleh Erdurijn Blanke yang ditunjuk sebagai komandan pasukan ekspedisi militer ke Blambangan.
ADVERTISEMENT
Ekspedisi militer ini mengikut sertakan pasukan-pasukan dari para bupati daerah di Jawa Timur seperti: Madura Barat, Sumenep, Surabaya, Pasuruan, Bangli, dan Probolinggo. Komandan Blanke dengan pasukannya berangkat dari Semarang pada tanggal 17 Pebruari 1767 untuk kemudian bergabung dengan pasukan dari para bupati di Jawa Timur.
Gerakan pasukan kompeni dan sekutunya berangkat dari Panarukan pada tanggal 13 Maret 1767 dan berhasil menduduki Banyualit pada tanggal 21 Maret 1767. Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 25 Maret 1767, Ibu Kota Kecamatan Blambangan dapat direbut oleh kompeni Belanda. Dua orang kepala daerah, Gusti Kutabedah dan Gusti Ngurah, yang diangkat oleh raja Mengui masih tetap melakukan perlawanan, tetapi akhirnya mereka ditaklukkan.
Perlawanan Pangeran Blambangan, Wong Agung Wilis
ADVERTISEMENT
Dengan ditaklukkannya Blambangan tahun 1767 tidak berarti bahwa daerah tersebut aman bagi kompeni, karena ternyata timbul perlawanan yang digalang oleh Pangeran Agung Wilis yang pada waktu itu ia dijadikan pangeran di Blambangan. Di bawah pemerintahannya, rakyat Blambangan hidup makmur dan sejahtera karena kepemimpinan Pangeran Agung Wilis bijak seperti yang terungkap dalam Babad Blambangan.
Mas Dalem Puger yakni anak Pangeran Agung Wilis mendesak ayahnya untuk menyerang benteng kompeni Banyualit. Sebenarnya Pangeran Agung Wilis kurang setuju usulan anaknya itu, karena menurutnya persenjataan pasukan Blambangan yang tidak seimbang. Namun demikian, karena desakan anak dan kerabatnya, maka Pangeran Agung Wilis akhirnya melakukan penyerangan terhadap benteng kompeni itu.
Pertempuran terjadi dengan seru, namun karena persenjataan kompeni lebih modern, dengan cepat perlawanan Pangeran Agung Wilis dapat dipadamkan oleh pihak kompeni. Merasa terdesak pasukan Blambangan mundur dan kompeni mengejar serta membakar rumah-rumah penduduk.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi kritis, Pangeran Agung Wilis meninggalkan istana, namun tertembak lutut kanannya dan lari ke dusun sekitar Banyualit. Pada tahun 1768 Pangeran Agung Wilis ditangkap dan keluarganya diasingkan ke Selong. Walaupun Pangeran Agung Wilis telah ditangkap dan diasingkan, tetapi pengaruhnya masih berlanjut.
Ikut Serta dalam Perlawanan
Besarnya pengaruh Pangeran Agung Wilis tampak terlihat tatkala Pangeran Jagapati atau Mas Rempeg pada tahun 1771 dan 1772 melawan kompeni Belanda, rakyat Blambangan dengan sukarela membantu perjuangannya. Salah satu alasannya karena rakyat Blambangan beranggapan bahwa Mas Rempeg merupakan 'reinkarnasi' dari Pangeran Agung Wilis yang sangat dihormati rakyat.
Dalam sumber kompeni, Mas Rempeg juga disebut Pseudo Wilis. Akhirnya Mas Rempeg meninggal beberapa hari setelah menderita luka dalam pertempuran di daerah Bayu, pertempuran ini berlangsung selama seminggu, yakni dari tanggal 14 sampai dengan 20 Desember 1771.
ADVERTISEMENT
Meski begitu para pengikutnya masih terus mengadakan perlawanan, hingga pada Oktober 1772 perlawanan rakyat Blambangan yang heroik itu dapat dikalahkan oleh kompeni. Setelah perlawanan Pangeran jagapati atau Pseudo Wilis dapat ditindas oleh kompeni Belanda, perjuangan rakyat Blambangan terus berlanjut, seperti yang dipimpin oleh Pangeran Singa pada tahun 1782.
Dalam perjuangannya ini Pangeran Singa menyebut dirinya sebagai Pseudo Wilis II. Dia mengobarkan perlawanan karena tidak rela Blambangan di bawah kekuasaan orang asing. Namun perlawanannya tidak kuat, sehingga dengan mudah dapat ditindas oleh kompeni Belanda.
Dengan demikian, jelas nilai-nilai heroik dari Pangeran Agung Wilis tetap berakar di kalangan masyarakatnya, sehingga apabila muncul tokoh-tokoh baru, mereka dianggap sebagai jelmaan dari Pangeran Agung Wilis.
ADVERTISEMENT
Akhir Perlawanan Rakyat Blambangan
Dengan takluknya Blambangan, seluruh daerah yang telah diserahkan Susuhunan menurut kontrak tahun 1743 benar-benar telah dikuasai oleh kompeni Belanda. Akibat peperangan tersebut kondisi Blambangan sangat parah, banyak tanah pertanian menjadi rusak dan penduduknya merosot tajam.
Menurut F. Epp, bahwa pada waktu terjadi peperangan tahun 1767-1768 antara kompeni dengan Kerajaan Blambangan, diperkirakan 60.000 orang Blambangan lenyap, baik karena meninggal dalam pertempuran maupun karena menyingkir ke daerah lain.
Menurut J. Hageman ketika Blambangan masih merupakan kerajaan merdeka jumlah penduduknya relatif banyak. Tahun 1654 Blambangan yang luas daerahnya 3.723 pal persegi berpenduduk sekitar 100.000 jiwa.